Anda di halaman 1dari 26

Gigitan Ular Berbisa

(Snakebite)

Oleh: Ayu
Sartika R
Pembimbing:
dr. Robert F Siregar, Sp.B
Pada umumnya korban
Gigitan ular merupakan salah gigitan ular adalah laki-laki,
satu masalah kesehatan seringkali dalam kondisi
masyarakat yang penting mabuk, sedang melakukan
terutama di negara tropis dan aktifitas berkebun, atau
subtropis. sedang menangkap bahkan
bermain dengan ular.

Pendahul
uan
Jenis ular yang sering Tujuan penatalaksanaan pada
menyebabkan gigitan di kasus gigitan ular berbisa
Indonesia adalah Famili adalah menghalangi/
Elapidae dan Viperidae. Bisa memperlambat absorbsi bisa
Famili Elapidae memiliki sifat ular, menetralkan bisa ular
predominan neurotoksik, yang sudah masuk ke dalam
sedangkan Famili Viperidae sirkulasi darah, mengatasi
hematotoksik dan efek lokal dan sistemik.
nekrotoksik.
Cedera yang disebabkan oleh gigitan ular
baik ular berbisa maupun tidak berbisa dan
Gigitan sering mengakibatkan luka tusukan dan
ular kadang-kadang menyebabkan envenomation

Suatu zat atau substansi yang berfungsi


untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus
Bisa juga berperan pada sistem pertahanan diri

Zat atau senyawa yang masuk ke dalam


tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis
Racun dan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan kematian.
Identifikasi Ular Berbisa
Pembeda Ular Berbisa Ular Tak
Berbisa
Bentuk kepala Segitiga Segi empat panjang
Gigi taring 2 gigi taring besar Gigi kecil
Bekas gigitan 2 luka utama krn gigi Luka halus lengkung
taring bekas gigitan
Besar ular Sedang Sangat bervariasi
Warna ular bervariasi Tidak terlalu
bervariasi
Pupil ular elips bulat
Ekor ular Bentuk sisik tunggal Bersisik ganda
Agresifitas Mematuk 1 atau 2 kali Mematuk berulang
dan membelit sampai
Bekas gigitan ular (A) ular tidak
berbisa tanpa bekas taring (B) ular
berbisa dengan bekas taring
Ular A. Famili Elapidae, B. Famili
Viperidae, C. Famili Hydrophidae,
misalnya ular laut, D. Ular tidak
berbisa (Python)
Reaksi Bisa Ular

Hematotoks
ik

Neurotoksik

Sitotoksik
Menenangk
an korban

Penanga
nan Awal

Bawa
ke RS Immobilis
terdek asi

at
Airway

Exposur Breathin
e Penanga g
nan Awal
di Rumah
Sakit
Disabilit
y of Circulati
Nervous on
system
Pemeriksaan Fisik
Bitten part General
Mengukur TD dan HR
Mengamati keadaan kulit
Adanya bekas taring dan membran mukosa
(petekie, purpura,
Bengkak ekimosis, perdarahan
Nyeri konjungtiva)
Perubahan warna Pemeriksaan hidung
epistaksis
Sensasi rasa terbakar
Nyeri abdomen dapat
Perdarahan merupakan suatu
perdarahan GI atau
retroperitoneal
Pemeriksaan Penunjang
20 min whole blood
clotting test (20WBCT)
Hitung trombosit Urinalisis
trombositopenia proteinuria,
Hitung leukosit hematuria
leukositosis (neutrofil) EKG bradikardia,
PT dan aPTT inversi septal
memanjang, serta gelombang T
penurunan jumlah
fibrinogen
Pemberian Antivenom/
Serum Anti Bisa Ular (SABU)
Satu-satunya antidotum spesifik untuk
bisa ular.
Merupakan bagian imunoglobulin (IgG)
dari plasma kuda, kedelai, atau domba
yang telah dikebalkan dengan bisa dari
satu ular atau lebih.
Terdapat 2 jenis: Monovalen dan Polivalen

Antivenom diberikan pada pasien yang


Hemostatik yang tidak
stabil
Sistem Tanda-tanda neurotoksik
Kardiovaskular abnormal

ik AKI: oliguria/ anuria


Hemoglobin-/myoglobin-uria
Hasil pemeriksaan
laboratorium lain

Pembengkakan lokal yang


mengenai lebih dari
setengah daerah gigitan

Lokal dalam 48 jam dari gigitan.


Pembengkakan cepat
meluas
Gejala
tidak
berkurang
dpt
diberikan
setiap 24 Maksimum
jam 80 100 mL
(20 vials)
Pemberian antivenom diulang
apabila:
Gangguan koagulasi darah yang
persisten setelah 6 jam atau
perdarahan setelah 1 2 jam dari
pemberian dosis awal
Tanda- tanda neurotoksik atau
kardiovaskular yang memburuk.
Reaksi terhadap SABU
10-180 : Early Anaphylactic reaction
gatal, urtikaria, batuk kering, panas, mual-
muntah, nyeri perut, diare, takikardia
60-120 : Pyrogenic (endotoxin) reactions
Menggigil, demam, vasodilatasi, hipotensi
1-12 hari : Late (Serum sickness type)
reactions
Demam, mual, muntah, diare, gatal, urtikaria,
nyeri otot, lymphadenopathy, bengkak,
mononeuritis, proteinuria, ensefalopati
Tatalaksana Reaksi Awal
Stop SABU
Epinephrine 0.1%, 1:1000,
1mg/mL
0.5 mg untuk dewasa
0.01 mg/kgBB untuk anak-anak
Antihistamin
CTM 10mg (dewasa) atau 0.2mg/kg
(anak)
Dan IV Hydrocortisone 100mg (d) atau
2mg/kg (a)
Tatalaksana Reaksi
Lanjut
Untuk Late (serum sickness)
reaction
CTM 4x 2mg (d) atau 0.25mg/kg/hari
(anak)
Prednisolone 4x 5mg (dewasa) atau
0.7 mg/kg/hari (anak) selama 5-7 hari

Anda mungkin juga menyukai