Anda di halaman 1dari 20

PEMADAM KEBAKARAN

Kelompok 3
Angga Erlangga
Euis Riska Yunita
Hasan Abdul Rohman
Kebakaran
Kebakaran a. Oksigen
Oksigen atau gas O2 yang terdapat diudara bebas

berawal dari adalah unsur penting dalam pembakaran. Jumlah


oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan
pembakaran suatu benda. Kadar oksigen yang kurang
proses reaksi dari 12 % tidak akan menimbulkan pembakaran
b. Panas
oksidasi antara Panas menyebabkan suatu bahan mengalami
perubahan suhu / temperatur, sehingga akhirnya
unsur Oksigen mencapai titik nyala dan menjadi terbakar. Sumber
sumber panas tersebut dapat berupa sinar matahari,

( O2 ), Panas dan listrik, pusat energi mekanik, pusat reaksi kimia dan
sebagainya.
c. Bahan yang mudah terbakar ( Bahan bakar )
Material yang Bahan tersebut memiliki titik nyala rendah yang
merupakan temperatur terendah suatu bahan untuk
mudah terbakar dapat berubah menjadi uap dan akan menyala bila
tersentuh api. Bahan makin mudah terbakar bila
( bahan bakar ). memiliki titik nyala yang makin rendah. Dari ketiga
unsur unsur di atas dapat digambarkan pada segitiga
api.
Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang
masing masing tahapan terjadi peningkatan suhu, yaitu
perkembangan dari suatu rendah kemudian meningkat hingga
mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur angsur menurun
sampai saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi mati
atau padam. Pada umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu :
a. Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )
b. Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )
Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya
dipengaruhi oleh lidah api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat
penjalarannya biasanya kearah vertikal sampai batas tertentu yang
tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalar kearah
horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung gedung
bertingkat tinggi, api menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api
tersebut.
Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada
tahap pertumbuhan. Bila sudah mencapai tahap pembakaran,
api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan.

Waktu Pertumbuhan / Growth


Klasifikasi Pertumbuhan Time
( detik )
Tumbuh Lambat ( Slow Growth ) > 300
Tumbuh Sedang ( Moderete
150 300
Growth )
Tumbuh Cepat ( Fast Growth ) 80 150
Tumbuh Sangat Cepat (Very Fast
< 80
Growth )
Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi Kebakaran, Material dan Media Pemadam
Kebakaran di Indonesia dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel Klasifikasi Kebakaran
RESIKO MATERIAL ALAT PEMADAM
Dry Chemichal Multiporse dan
Class A Kayu, kertas, kain
ABC soda acid

Dry Chemichal foam ( serbuk


Bensin, Minyak tanah,
Class B bubuk ), BCF (Bromoclorodiflour
varnish
Methane), CO2, dan gas Hallon

Bahan bahan seperti


Dry Chemichal, CO2, gas Hallon
Class C asetelin, methane,
dan BCF
propane dan gas alam

Uranium, magnesium Metal x, metal guard, dry sand


Class D
dan titanium dan bubuk pryme
Penyebab Kebakaran
Berikut ini adalah penyebab kebakaran :
1. Manusia, kesalahan manusia dapat berupa kurang hati hati dalam
menggunakan alat yang dapat menimbulkan api atau kurangnya
pengertian tentang bahaya kebakaran. Sebagai salah satu contoh merokok
atau memasak.
2. Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan
yang salah, pemasangan instalasi yang kurang memenuhi syarat. Sebagai
contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan atau kebocoran.
3. Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat
dan terus menerus memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan
kebakaran.
4. Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia
akibat reaksi kimia yang disebabkan oleh kebocoran atau hubungan
pendek listrik.
5. Kebakaran disengaja, seperti huru hara, sabotase dan untuk
mendapatkan asuransi ganti rugi.
Ada pula penggolongan penyebab kebakaran dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel Penyebab Kebakaran


Kemajuan
Alam Perkembangan
Teknologi
Penduduk
Matahari
Gempa Ulah manusia :
bumi Listrik sengaja
Petir Biologis tidak sengaja
Kimia awam
Gunug
( ketidakpahaman )
merapi
Penyebab kebakaran dapat dilihat secara mendalam dari beberapa faktor berikut di
bawah ini :

a. Faktor Non Fisik


Lemahnya peraturan perundang undangan yang ada, serta kurangnya
pengawasan terhadap pelaksanaannya ( Perda No. 3 Tahun 1992 ).
1. Adanya kepentingan yang berbeda antar berbagai instansi yang berkaitan dengan
usaha usaha pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran.
2. Kondisi masyarakat yang kurang mematuhi peraturan perundang undangan
yang berlaku sebagai usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran.
3. Lemahnya usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan yang
dikaitkan dengan faktor ekonomi, dimana pemilik bangunan terlalu mengejar
keuntungan dengan cara melanggar peraturan yang berlaku.
4. Dana yang cukup besar untuk menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan
terutama bangunan tinggi.

b. Faktor Fisik
1. Keterbatasan jumlah personil dan unit pemadam kebakaran serta peralatan.
2. Kondisi gedung, terutama gedung tinggi yang tidak teratur.
3. Kondisi lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan penanggulangan bahaya
kebakaran.
Pola Meluasnya Kebakaran
Dari segi cara api meluas dan menyala, yang menentukan ialah
meluasnya kebakaran. Bedanya antara kebakaran besar dan kebakaran kecil
sebetulnya hanya terletak pada cara meluasnya api tersebut.
Perhitungan secara kuantitatif tentang cara meluasnya kebakaran sukar
untuk ditentukan. Tetapi berdasarkan penyelidikan penyelidikan, kiranya
dapat diperkirakan pola cara meluasnya kebakaran itu sebagai berikut :
a. Konveksi ( Convection ) atau perpindahan panas karena pengaruh
aliran, disebabkan karena molekul tinggi mengalir ke tempat yang
bertemperatur lebih rendah dan menyerahkan panasnya pada molekul yang
bertemperatur lebih rendah.
Panas dan gas akan bergerak dengan cepat ke atas ( langit langit atau
bagian dinding sebelah atas yang menambah terjadinya sumber nyala yang
baru ).
Panas dan gas akan bergerak dengan cepat melalui dan mencari lubang
lubang vertikal seperti cerobong, pipa pipa, ruang tangga lubang lift, dsb.
b. Konduksi ( Conduction ) atau perpindahan panas
karena pengaruh sentuhan langsung dari bagian temperatur
tinggi ke temperatur rendah di dalam suatu medium.
Panas akan disalurkan melalui pipa pipa besi, saluran
atau melalui unsur kontruksi lainnya diseluruh bangunan.
Karena sifatnya meluas, maka perluasan tersebut dapat
mengakibatkan keretakan di dalam kontruksi yang akan
memberikan peluang baru untuk penjalaran kebakaran.
c. Radiasi ( Radiation ) atau perpindahan panas yang
bertemperatur tinggi kebenda yang bertemperatur rendah bila benda
dipisahkan dalam ruang karena pancaran sinar dan gelombang
elektromagnetik. Permukaan suatu bangunan tidak mustahil terbuat dari
bahan bahan bangunan yang bila terkena panas akan menimbulkan api.

Penanggulangan Kebakaran

Karena kebakaran adalah suatu malapetaka,


maka perlu diperhatikan penaggulangannya, yaitu
segala upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan dan
memadamkan api serta memperkecil kerugian akibat
kebakaran. Penanggulangan dapat dilakukan sebelum,
pada saat dan sudah terjadi kebakaran. Usaha usaha
yang dilakukan yaitu :
Usaha Pencegahan
Pencegahan dalam hal ini adalah suatu usaha
secara bersama untuk menghindari kebakaran dalam
arti meniadakan kemungkinan terjadinya kebakaran.
Usaha ini pada mulanya dilakukan oleh pihak yang
berwenang dan menuntut peran serta dari masyarakat.
Cara Pemadaman
Dari pengertian tentang penyebab kebakaran maka dapat ditemukan
sistem pemadaman api, yaitu :
a. Cara penguraian, adalah sistem pemadaman dengan cara
memisahakan / menjauhkan benda benda yang dapat terbakar. Contohnya,
bila terjadi kebakaran dalam gudang tekstil, yang terdekat dengan sumber api
harus segera dibongkar / dimatikan.

b. Cara pendinginan, adalah sistem pemadaman dengan cara menurunkan


panas. Contoh, penyemprotan air ( bahan pokok pemadam ) pada benda yang
terbakar.

c. Cara isolasi, adalah sistem pemadaman dengan cara mengurangi kadar


O2 pada lokasi sekitar benda- benda terbakar. Sistem ini disebut juga dengan
sistem lokalisasi, yaitu dengan membatasi / menutupi benda benda yang
terbakar agar tidak bereaksi dengan O2, contohnya :
Menutup benda benda yang terbakar dengan karung yang dibasahi air,
misalnya pada kebakaran yang bermula dari kompor.
Menimbun benda benda yang terbakar dengan pasir atau tanah.
Menyemprotkan bahan kimia yaitu dengan alat pemadam jenis CO 2
Beberapa jenis media pemadam tersebut diterangkan sebagai berikut :
Metode Pemadaman Api
A. Pasir
Pasir efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B yaitu tumpahan
minyak atau ceceran minyak. Tujuan utama dari penggunaan psir ini berfungsi untuk
membatasi menjalarnya kebakaran, namun untuk kebakaran kecil dapat digunakan
untuk menutupi permukaan bahan yang terbakar sehingga memisahkan udara dari
proses nyala yang terjadi, sehingga nyala padam.

B. Tepung Kimia
Menurut kelas kebakaran yang dipadamkan tepung kimia dibagi menjadi sebagai
berikut :
1. Tepung kimia reguler (untuk kebakaran kelas B dan C).
Misalnya : Purple K, Plus 50 C, Monnex, Super K.
2. Tepung kimia serbaguna (multipurpose), untuk kebakaran kelas ABC. Misalnya
:Monoamonium Phosphate (MAP).
3. Tepung khusus untuk kebakaran logam (kelas D), misalnya : Met-L-X, TEC, Lith X
Powder dll.
Ciri-ciri tepung kimia (dry powder) adalah :
1. Butiran relatif seragam dengan diameter 15-60 mikron,
2. Tidak beracun
3. Untuk mencegah sifat higrokopis (mengisap air) dan penggumpalan,
serta untuk memberikan daya pengaliran yang lebih baik, maka ditambah
logam stearate serta bahan-bahan tambahan (additives tambahan).
4. Walaupun cocok untuk kebakaran kelas C (listrik), tetapi dapat merusak
instalasi atau peralatan elektronik karena meninggalkan kotoran/kerak.
5. Bagi manusia, segi bahayanya adalah dapat merusak pandangan dan
mengganggu pernafasan.

Cara kerja tepung kimia dalam memadamkan api :


6. Secara fisis, yaitu pemisahan atau penyelimutan bahan bakar dengan
udara.
7. Secara kimia, yaitu memutus rantai reaksi pembakaran, dimana partikel-
pertikel tepung kimia tersebut akan mengikat radikal hidroksil dari api.
D. Air
Air cocok untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Dalam pemadaman kebakaran air
yang paling banyak dipergunakan. Hal tersebut karena air mempunyai keuntungan sebagai
berikut :
1.Mudah didapat dalam jumlah yang banyak.
2.Murah
3.Mudah disimpan, diangkut dan dialirkan
4.Dapat dipancarkan dalam berbagai bentuk
5.Mempunyai daya 'menyerap panas' yang besar, yang menjadi ciri utama dari media
pemadam air.
6. Mempunyai daya mengembang uap yang tinggi.

Kelemahan air sebagai media pemadam, antara lain :


7.Menghantar listrik sehingga tidak cocok untuk kelas C.
8. Berbahaya bagi bahan-bahan kimia yang larut dalam air atau yang eksotherm
(menghasilkan panas).
9. Dapat terjadi 'slop over' bila digunakan untuk memadamkan minyak secara langsung
10.Cara kerja air dalam pemadaman api adalah secara fisis :
11.
Pendinginan, air mempunyai daya serap yang besar. Panas yang diserap dari 15 C
sampai 100 C adalah 84,4 kcl/kg (152 BTU/1bbs).
12.
Penyelimutan, karena air yang terkena panas akan berubah menjadi uap (steam), dan uap
air tersebut kemudian mengurangi kadar oksigen dalam air (dillution).
E. Busa (Foam)
Busa adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan (bubbles)
yang mengapung diatas permukaan zat cair dan mengalir pada
permukaan bahan padat. Dari bentuk fisik busa tersebut maka sangat
efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B, terutama pada
permukaan yang terbakar sangat luas, sehingga sulit bagi media
pemadam lain untuk menjangkau tipe kebakaran tersebut.
Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun busa
mekanik. Ditujukan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B,
dan secara terbatas juga untuk kebakaran kelas A.
1. Busa Kimia
Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia antara larutan
Aluminium Sulfat dengan larutan natrium bikarbonat.
Reaksinya adalah :
A12(SO4)3 + 6NaHCO3 2A1(OH)3+3Na2SO4 + 6CO2
E. Busa Mekanik
Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu
berupa adukan dari bahan-bahan pembentuk busa yang
terdiri dari cairan busa, air bertekanan, dan udara.

Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini


dipergunakan alat-alat pembentuk busa. Proses
pembentukan busa adalah sebagai berikut :
Air dicampurkan degan cairan busa sehingga membentuk
larutan busa (foam solution). Kemudian udara
dicampurkan pada larutan busa dengan proses mekanis
yaitu adanya pengadukan atau peniupan udara maka
terbentuklah busa mekanis.
Bahan baku busa mekanis antara lain : Fluoro protein
(FP70), Fluorocarbon surfactant (AFFF), Hydrocarbon
surfactant (Louryl alcohol).
Fasilitas alat pemadam kebakaran terbagi atas 3 macam, dan dibedakan menurut
konstruksinya, yaitu :
1. Alat pemadam api ringan.
2. Alat pemadam api beroda.
3. Alat pemadam api instalasi tetap (fixed system).

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah : suatu peralatan ringan yang berisi
tepung, cairan atau gas yang dapat disempurnakan bertekanan, untuk tujuan
pemadaman kebakaran
Dayaguna (effisiensi) dan hasil guna (efektivitas) penggunaan APAR tergantung
pada beberapa faktor, yaitu :
4. APAR cocok terhadap api yang mungkin timbul.
5. APAR diletakan secara tepat dan dalam keadaan siap pakai (in working order).
6. Kebakaran ditemukan pada saat masih cukup kecil untuk dipadamkan dengan
APAR.
7. Kebakaran ditemukan oleh orang yang siap, mau dan mampu mempergunakan
APAR tersebut
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai