Anda di halaman 1dari 24

FARINGITIS

DEFINISI

Peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus (40-


60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin,
dan lain-lain.
KLASIFIKASI

Faringitis Akut Faringitis Kronis


1. Faringitis Viral 1. Faringitis Kronis Hiperplastik
2. Faringitis Bakterial 2. Faringitis Kronis Atrof
3. Faringitis Fungal 3. Faringitis Spesifk:
4. Faringitis Gonorea - Faringitis Luetika
- Faringitis Tuberkulosis
PATOFISIOLOGI

o Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring reaksi inflamasi lokal.

o Infeksi bakteri grup A streptokokus beta hemolitikus kerusakan jaringan

yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin ekstraseluler demam

rematik, kerusakan katup jantung, glomerulonefritis akut terbentuk

kompleks antigen-antibodi.
ETIOLOGI

Bakterial
Group A beta-hemolytic streptococci (GABHS) (15%)
Arcanobacterium chlamydia pneumoniae (5%)
Corynebacterium diphteria
Corynebacterium haemolyticus (5%)
Mycoplasma pneumoniae
ETIOLOGI

Viral
Adenovirus (5%)
Herpes simplex(< 5%)
CMV (cytomegalovirus)
Epstein-Barr Virus (EBV)
HIV-1
Penyebab lain
Candida sp
MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda Faringitis


1. Nyeri tenggorokan, sulit menelan, demam, mual, kelenjar
limfe leher membengkak.
2. Pada pemeriksaan tampak hiperemis, oedem, dan dinding
posterior faring bergranular.
Infeksi Virus
Gejala disertai dengan konjungtivitis, malaise, fatigue, serak,
dan demam yang tidak terlalu tinggi (Low Grade Fever)
Faringitis pada anak dapat disertai dengan diare, nyeri perut,
dan muntah.
FARINGITIS AKUT

o Dinding posterior faring hiperemis

dan bengkak.

o Gejala: Nyeri tenggorokan, sulit

menelan, demam, mual, dan

kelenjar limfe membengkak.


Faringitis Akut Viral

Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan


menimbulkan faringitis. Pada pemeriksaan tonsil dan faring tampak
hiperemis.
Gejala: Rinorea, mual, nyeri tenggorokan, sulit menelan.
Terapi: Istirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat.
Analgetika jika perlu dan tablet isap.
Antivirus Metisoprinol diberikan pada infeksi herpes simplex dengan
dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari. Sedangkan
pada orang dewasa dan anak-anak <5 tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi
4-6kali pemberian/hari.
Faringitis Akut Bakterial

Infeksi Grup A streptokokus beta hemoloitikus penyebab faringitis akut


pada dewasa (15%) dan anak-anak (30%). Pada pemeriksaan tampak tonsil
membesar, faring dan tonsil hiperemis, dan terdapat eksudat
dipermukaannya.
Gejala: Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang demam dengan suhu
yang tinggi, jarang disertai batuk.
Terapi:
* Antibiotik Penicillin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal.
* Kortikosteroid deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak
0,08 0,3mg/kgBB, IM, 1 kali.
* Kumur dengan air hangat atau antiseptik.
Faringitis Akut Fungal

Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Pada


pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring
lainnya tampak hiperemis.
Gejala: Nyeri tenggorokan dan nyeri menelan.
Terapi:
* Nystasin 100.000 400.000 dua kali/hari.
* Analgetika.
Faringitis Akut Gonorea

Hanya terdapat pada pasien yang


melakukan kontak orogenital.
Terapi:
*Sefalosporin Ceftriakson
250mg IV.
FARINGITIS KRONIS

o Penebalan mukosa dinding posterior

faring, hipertrof kelenjar limfe

dibawah mukosa sehingga dinding

posterior tidak rata (granuler).

o Gejala: Rasa kering, gatal atau

berlendir atau mengganjal di

tenggorokan yang disertai batuk.


Faringitis Kronis Hiperplastik

Pada Faringitis Kronis Hiperplastik terjadi perubahan mukosa


dinding posterior faring. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding
posterior tidak rata, bergranular.
Gejala: Pasien mengeluh mula-mula tenggorokan kering gatal dan
akhirnya batuk yang berdahak.
Terapi: Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan
memakai zat kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik
(electro cauter). Pengobatan simptomatis diberikan obat kumur
atau tablet isap. Antitusif atau ekspektoran dapat diberikan
apabila batuk.
Faringitis Kronis Atrofi

Faringitis Kronis Atrof sering timbul bersamaan dengan rhinitis


atrof, pada rhinitis atrof, udara pernafasan tidak diatur suhu serta
kelembapannya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi
pada faring. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh
lendir yang kental dan apabila diangkat tampak mukosa kering.
Gejala: Pasien mengeluh tenggorokan kering dan tebal serta
mulut berbau.
Terapi: Pengobatan ditujukan pada rinitis atrofnya dan untuk
faringitis kronik atrof ditambahkan dengan obat kumur dan
menjaga kebersihan mulut.
Faringitis Spesifik Luetika

Disebabkan oleh Treponema palidum penyebab sifilis


Gejala: Tergantung dari stadium penyakitnya.
Didapatkan 3 stadium:
1. Stadium Primer
2. Stadium Sekunder
3. Stadium Tersier
Primer Sekunder Tersier

Kelainannya terdapat Stadium ini jarang Pada stadium ini terdapat


pada lidah, palatum ditemukan. Terdapat guma. Predileksi pada
mole, tonsil dan dinding eritema pada dinding tonsil dan palatum.
posterior faring faring yang menjalar ke Jarang pada faring. Guma
berbentuk bercak arah laring. akan meluas ke vertebra
keputihan. servikal dan bila pecah
dapat menyebabkan
Bila infeksi terus kematian.
berlangsung maka
timbul ulkus pada Diagnosis dapat
daerah faring seperti ditegakkan dengan terapi
ulkus pada genetalia serologik. Terapi penisilin
yaitu tidak nyeri. Juga dalam dosis tinggi
didapatkan pembesaran merupakan obat pilihan
kelenjar mandibulayang pertama.
tidak nyeri tekan.
Faringitis Spesifik Tuberkulosis

Faringitis Tuberkulosis merupakan proses sekunder dari


tuberkulosis paru. Cara infeksi eksogen kontak dengan sputum
yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara.
Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah pada
tuberkulosis miliaris.
Gejala: Keadaan pasien tampak buruk karena anoreksi dan
odinofagia, nyeri hebat di tenggorokan, dan nyeri di telinga.
Diagnosis: diperlukan pemeriksaan sputum basil tahan asam,
foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru.
Terapi: Sesuai dengan terapi tuberkulosis paru.
KOMPLIKASI

o Komplikasi Umum:
Sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia.
o Demam rheumatic akut (3-5 minggu setelah infeksi), peritonsiler
abses.
o Komplikasi infeksi mononukleus.
Ruptur lien, hepatitis, guillain barre syndrome, enchephalitis,
anemia hemolitik, myocarditis, dan ca nasofaring.
PROGNOSIS

Sebagian besar sembuh spontan dalam 10 hari.

Waspadai terjadinya komplikasi.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai