Anda di halaman 1dari 27

Cooperative learning adalah model pembelajaran

yang melibatkan suatu kelompok kecil siswa


yang bekerja sebagai sebuah tim untuk
menyelesaikan sebuah masalah, menyelesakan
suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu
untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
Menurut Suherman dkk (2003:260) cooperative
learning menekankan pada kehadiran teman
sebaya yang berinteraksi antar sesamanya
sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau
membahas suatu masalah atau tugas
1. para siswa yang tergabung dalam suatu
kelompok harus merasa bahwa mereka adalah
bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan
bersama yang harus dicapai
2. para siswa yang tergabung dalam sebuah
kelompok harus menyadari bahwa masalah
yang mereka hadapi adalah masalah kelompok
dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu
akan menjadi tanggung jawab bersama oleh
seluruh anggota kelompok itu
3. untuk mencapai hasil yang maksimum, para
siswa yang tergabung dalam kelompok itu
harus berbicara satu sama lain dalam
mendiskusikan masalah yang dihadapinya.
Abdul Munif
1. Melibatkan Siswa Secara Aktif
2. Menarik Minat dan Perhatian Siswa
3. Membangkitkan Motivasi Siswa
4. Memperhatikan Perbedaan Individualitas
5. Menggunakan Alat Peraga dalam Pengajaran
Belajar adalah suatu proses aktif yang
dilakukan oleh siswa dengan jelas
mengkonstruksi sendiri gagasan baru atau
konsep-konsep baru atas dasar konsep,
pengetahuan, dan kemampuan yang telah
dimiliki.
Jadi belajar adalah proses membangun
makna atau pemahaman oleh si pembelajar
terhadap pengalaman dan informasi yang
disaring dengan persepsi, pikiran,
(pengetahuan yang dimiliki), dan perasaan.
Mengajar adalah berperan serta dengan si
pembelajar dalam membangun makna
dengan cara mempertanyakan kejelasan,
bersikap kritis, dan melakukan pembenaran
atau justifikasi
Aktif berarti mampu beraksi dan
bereaksi. Dalam hal ini aktif diartikan
bahwa para siswa
Aktif secara mental (berpikir dan belajar untuk
dirinya sendiri),
Aktif secara fisik (dengan menggunakan tangan,
indera, serta material belajar lainnya), dan
Aktif berinteraksi satu sama lainnya dalam
kelompok dan pasangan.
Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk
membuat siswa aktif sejak awal melalui
aktivitas-aktivitas yang membangun kerja
kelompok dan dalam waktu singkat
membuat mereka berpikir tentang materi
pelajaran.
Pembelajaran aktif berlaku bagi siapa saja,
baik yang berpengalaman maupun pemula,
yang mengajarkan informasi, konsep, dan
keterampilan teknis maupun non teknis.
Pengelolaan kelas hanya sebagai tempat
berkumpulnya siswa

Tidak memberi kesempatan untuk menggali


dan mengembangkan potensi secara
optimal

Tidak memberi kesempatan untuk


mengalami dan menggunakan sumber
belajar yang variatif
What I hear, I forget
What I see, I remember
What I do, I understand
(Confucius)
What I hear, I forget
What I hear and see, I remember a little
What I hear, see and ask question about or discuss with
someone else, I begin to understand
What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and
skill
What I teach to another, I master
(Mel Silbermen)
Bagian Kedua
1. Mengalami (belajar sambil berbuat)
Peserta didik mengalami secara langsung dengan
memanfaatkan banyak indera, dalam bentuk pengamatan,
percobaan, penyelidikan, wawancara, dan aktifitas lainnya.
2. Interaksi
Harus ada interaksi guru-siswa secara simultan dalam
bentuk tanya jawab, dan lain-lain.
3. Komunikasi
Ada komunikasi antar semua yang terlibat dalam
pembelajaran
4. Refleksi
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya refleksi dari si peserta didik
ketika mereka mempelajari sesuatu, yakni memikirkan
kembali apa yang diperbuat/dipikirkan atau yang sudah
dipelajarinya
1. Penekanan proses pembelajaran bukan
pada penyampaian informasi oleh
pengajar
2. Siswa tidak hanya mendengarkan guru
ceramah secara pasif tetapi mengerjakan
sesuatu yang berkaitan dengan materi
3. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan
sikap-sikap berkenaan dengan materi
4. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir
kritis, menganalisa dan melakukan
evaluasi
5. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi
pada proses pembelajaran
1. Proses belajar mengajar menjadi proses
yang menyenangkan (learning is fun).
Karena siswa terlibat dan berperan aktif di
dalam proses itu.
Pengetahuan yang mereka peroleh, mereka
konstruksi sendiri melalui pengalaman belajar
bukan melalui transfer dari guru kepada siswa.
Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih
bermakna (meaningfull).
2. Model pembelajaran aktif (partisipatoris)
sangat sesuai dengan berbagai gaya
belajar
1. Visual, gaya belajar ini sangat
mengandalkan indera penglihatan. Mereka
sangat mudah mengakses citra visual,
yang diciptakan maupun diingat.
Seseorang yang sangat visual mempunyai
ciri-ciri:
Teratur, memperhatikan segala sesuatu,
menjaga penampilan;
Mengingat dengan gambar, lebih suka
membaca daripada dibacakan;
Membutuhkan gambaran dan tujuan
menyeluruh dan menangkap detail: mengingat
apa yang dilihat
2. Auditorial, adalah gaya belajar ini sangat
mengandalkan indera pendengaran.
Mereka sangat mudah mengakses segala
jenis bunyi dan kata, seperti musik, nada
dan irama. Ciri-ciri seseorang yang
Auditorial adalah:
Perhatiannya mudah terpecah;
Berbicara dengan pola berirama;
Belajar dengan cara mendengarkan,
menggerakkan bibir/ berbicara saat membaca;
Berdialog secara internal dan eksternal.
3. Kinestetik, adalah gaya belajar ini mampu
mengakses segala jenis gerak dan emosi-
diciptakan maupun diingat. Gerakan,
koordinasi irama, tanggapan emosional
dan kenyamanan fisik sangat menonjol di
sini. Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik
adalah sebagai berikut:
Menyentuh orang dan berdiri berdekatan,
banyak bergerak;
Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan
saat membaca, menanggapi secara fisik
Mengingat sambil berjalan dan melihat
Bagian Ketiga
Mendengarkan
Diskusi
Membuat sesuatu
Menulis laporan
Pemecahan masalah
Memberi gagasan
Menyusun rencana
Membuat pertanyaan, dan lain-lain
information search
card sort
the power of two
snow balling
poster comment
team quiz
index card match
every one is a teacher here
metode role play
jigsaw learning
poster session
billboard ranking
critical incident
active debate
Pendidikan sering dipraktekkan sebagai
pengajaran yang bersifat verbalistik.
Pendidikan Agama Islam seharusnya
bukanlah hanya menghafal dalil-dalil naqli
atau beberapa syarat rukun ibadah syariyah,
namun merupakan upaya, proses dan usaha
mendidik siswa untuk menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai Islam.
Pendidikan seharusnya memiliki tujuan akhir
untuk mendidik siswa berperilaku religius
dan sekaligus membiasakan berpikir bagi
siswa untuk sampai pada discovery
(penemuan) dan inovasi
Sayangnya, pendidikan Agama Islam selama
ini masih jauh dari memberikan ruang kepada
siswa untuk melakukan discovery
Rendahnya pengembangan imajinasi dan kreasi
berfikir rasional menyebabkan pendidikan agama
terkesan sangat indoktrinatif, belum menyentuh
pemahaman dan penghayatan.
Untuk itu diperlukan model pembelajaran aktif.
Adanya anggapan bahwa diskusi, dialog, berdebat
baru bisa diberikan kepada siswa tingkat SMA
tidaklah benar. Anggapan seperti ini menjadi salah
satu sebab mengapa siswa tidak percaya diri, tidak
kreatif, tidak inovatif, malas membaca, masa
bodoh, serta enggan dan tidak mengarah pada
proses discovery yang merupakan inti pendidikan
modern
1. Untuk mengajarkan surat al-Maun misalnya,
siswa diajak mengunjungi panti asuhan, panti
anak yatim sekaligus diberi penjelasan yang
cukup diikuti dengan praktek beramal.
2. Sejarah dan cerita (kisah-kisah dalam
Alquran, sejarah rasul, sahabat, ulama dan
sebagainya) merupakan cara yang cukup
efektif dalam pembentukan kepribadian.
3. Perwujudan dalam praktek. Pelajaran shalat
harus dipraktekkan, demikian pula pelajaran
zakat, infak, puasa dan lainnya.
4. Ada penekanan pada kehidupan sosial.
Oleh karena itu, ajaran Islam tentang etika sosial tidak
dapat diabaikan. Selama ini, materi etika sosial sangat
terabaikan dalam pendidikan agama. Islam sebenarnya
untuk kehidupan di dunia, sedangkan akhirat
merupakan konsekuensi dan akibat dari amal di dunia.
Ajaran Islam tentang kebersihan bukan untuk dihafal,
namun harus dipraktekkan, dan tentu penilaiannya
semestinya pada prakteknya. Demikian juga ajaran Islam
tentang ketepatan waktu, tanggung jawab, jani, kerja
keras, pengormatan, hal-hal yang berkaitan dengan hak
orang lain meliputi HAM dan semacamnya harus menjadi
diskursus utama dalam pelajaran di sekolah sekaligus
dipraktekkan.

Anda mungkin juga menyukai