Batasan aktivitas fisik ringan. Nyaman saat istirahat. Aktifitas fisik sehari-
II
hari menyebabkan kelelahan, dada berdebar dan sesak.
Ditandai dengan batasan aktifitas fisik. Nyaman saat istirahat. Aktifitas fisik
III
ringan menyebabkan kelelahan, dada berdebar atau sesak.
Tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa ketidaknyamanan. Gejala
IV gagal jantung saat istirahat. Jika melakukan aktivitas fisik,
ketidaknyamanan bertambah.
TATA
LAKSANA
GAGAL
JANTUNG
Diuretic untuk gejala/tanda kongesti
+
ACE inhibitor atau ARB jika tidak tertoleransi
Tambahkan MR antagonist
Ya Tdk
Tambah Ivabradine
Ya Tdk
Ya Tdk
Pertimbangkan Pertimbangkan
CRT-P/CRT-D ICD
Cushing syndrome
ACTH
ACTH Dependent
Independent
Adenoma adrenal
Sekresi CRH
ektopik Mikronodular
adrenal
Fungsi Hormon GLukokortikoid
Protein
Stadium 1
Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang
prominen akan memperbaiki pertukaran gas di paru dan
sedikit meningkatkan kapasitas difusi gas CO. Keluhan
pada stadium ini mungkin hanya berupa adanya sesak
nafas saat bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak jelas
menemukan kelainan, kecuali mungkin adanya ronkhi
pada saat inpsirasi karena terbukanya saluran nafas yang
tertutup saat inspirasi.
Stadium 2
Pada stadium ini terjadi edem paru interstisial. Batas
pembuluh darah paru menjadi kabur, demikian pula hilus
juga menjadi kabur dan septa interlobularis menebal (garis
kerley B). Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor
interstisial, akan lebih memperkecil saluran nafas kecil,
terutama di daerah basal oleh karena pengaruh gravitasi.
Mungkin pula terjadi refleks bronkhokonstriksi. Sering
terdengar takipnea.
Stadium 3
Pada stadium ini terjadi edem alveolar. Pertukaran gas sangat
terganggu, terjadi hipoksemia dan hipokapsia. Penderita
nampak sesak sekali dengan batuk berbuih kemerahan.
Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata.
Terjadi right to left intrapulmonary shunt. Penderita biasanya
menderita hipokapsia, tetapi pada kasus yang berat dapat
terjadi hiperkapnia dan acute.
PEMERIKSAAN FISIK
Terdapat takipnea, Pada pemeriksaan paru terdengar
Ortopnea ronki basah setengah lapangan paru
atau lebih dan terdapat wheezing
Takikardia
Pemeriksaan jantung dapat ditemukan
Hipotensi atau tekanan darah bisa ditemukan gallop, bunyi jantung 3 dan
meningkat 4
Pasien biasanya dalam posisi duduk Terdapat juga edem perifer, akral
agar dapat mempergunakan otot-otot dingin dengan sianosis
bantu nafas dengan lebih baik saat
respirasi atau sedikit membungkuk ke pada edem paru non kardiogenik
depan, akan didapatkan khas bahwa Pada
pemeriksaan fisik, pada perkusi
Terlihat retraksi inspirasi pada sela terdengar keredupan dan pada
interkostal
Batuk dengan sputum yang berwarna
kemerahan (pink frothy sputum)
JVP meningkat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorim yang relevan diperlukan untuk mengkaji etiologi edem paru. Pemeriksaan
tersebut diantaranya pemeriksaan
1. Hematologi / darah rutin
2. Fungsi ginjal
3. Elektrolit
4. Kadar protein
5. Urinalisa gas darah
6. Enzim jantung (CK-MB, troponin I) dan Brain Natriuretic Peptide (BNP). BNP dan prekursornya
pro BNP dapat digunakan sebagai rapid test untuk menilai edem paru kardiogenik pada
kondisi gawat darurat.
7. Ekokardiografi
8. Kateterisasi Pulmonal
9. EKG
MANIFESTASI RADIOLOGI
1. Didapatkan pelebaran
atau penebalan hillus
Edema interstitial
2. Corakan paru meningkat
3. Batas hillus tidak jelas /
suram
4. Fibrosis interstitial
Edema paru akut kardiogenik
PENATALAKSANAAN
b. Aminofilin
Kadang-kadang aminofilin 240-480 mg intravena efektif mengurangi
bronkokonstriksi, meningkatkan aliran darah ginjal dan pengeluaran
natrium dan memperkuat konstraksi miokard.
c. Diuretik loop intravena
Diberikan furosemid 40-80 mg i.v. bolus atau bumetanide
0,5 1 mg iv, dapat diulangi atau dosis ditingkatkan setelah
4 jam atau dilanjutkan dengan drip kontinu sampai dicapai
produksi urin 1 ml/kgBB/jam. Selama terapi ini elektrolit
serum dimonitor terutama kalium.