Anda di halaman 1dari 63

Laporan Kasus

STROKE HEMORAGIK

Inggrid Rachelia, S. Ked


FAB 116 020

Pembimbing :
dr. Hygea Talita P Toemon, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF NEUROLOGI


RSUD dr. DORIS SYLVANUS/FK-UPR
PALANGKA RAYA
APRIL 2017
ANAMNESIS
IDENTITAS
Nama : Tn. A
Usia : 49 th
Alamat : Jl. Murjani
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
MRS : 22 April 2017
Tanggal Pemeriksaan: 27 April 2017
Keluhan Utama

Badan sebelah kanan lemah


tidak bisa digerakkan sejak
pagi SMRS
RIWAYAT PENYAKIT
Pada
SEKARANG
pagi hari (pukul 08.00 pagi) sebelum
masuk rumah sakit pasien mengeluhkan badan
sebelah kanan terasa lemah dan sulit
digerakkan. Sebelum badan terasa lemah, pasien
mengaku ada muntah-muntah sebanyak 1 kali.
Muntah berisi sisa makanan dan bercampur air,
sekali muntah kira-kira sebanyak 1 gelas aqua
kecil. Diakui keluarga tidak lama setelah badan
terasa lemah, pasien segera tidak sadarkan diri.
Pasien sempat diukur tekanan darah oleh mantri
yang datang kerumah dengan hasil
240/103mmHg
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Sebelumnya pasien tidak pernah memiliki
keluhan yang sama.
Pusing (-), sakit kepala (-), demam (-), sulit
menelan (-), mencret (-)
Saat pemeriksaan, pasien sudah perawatan hari
ketiga, anggota badan sebelah pasien masih
sulit digerakkan, pasien belum sadar penuh,
makan dan minum masih menggunakan NGT,
muntah (-).
Riwayat penyakit
dahulu
Riwayat Hipertensi sejak 2016, obat rutin
tidak ada dan diakui keluarga tidak pernah
kontrol.
Riwayat maag (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat asma, diabetes mellitus disangkal
Riwayat penyakit
keluarga
Keluarga pasien mempunyai riwayat hipertensi
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik
Status Present Temuan

Keadaan umum Tampak sakit berat

Kesadaran Compos Mentis, GCS: E4V2M4

TTV TD: 150/90 mmHg, DN: 84x/m, RR: 20x/m, T: 36,50C

Cephal Normocephal, jejas (-)


Mata CA(-/-), SI (-/-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+), ptosis
dextra
Hidung rhinorea (-), deviasi (-/-)
Telinga Simetris, otorea (-/-)
Lidah Deviasi (-/-)
Thorax
Pulmo Inspeksi: Simetris, retraksi (-/-)
Palpasi : fremitus vokal dan taktil (+/+)
Perkusi : sonor
Auskultasi : Ves (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Pemeriksaan Fisik
Thorax
Cor Ins : Ictus cordis tidak terlihat
Pal : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavikula sinistra
Aus : S1S2 tunggal, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen Supel, BU (+) Normal, timpani, Nyeri tekan (-), hepar/ lien tidak
teraba besar

Ekstremitas Akral hangat, CRT<2 detik, sianosis (-), edema (-)


Kekuatan motorik
1 5
1 5
n n
Sensorik
n n
Status Neurologis
Glasgow Coma Scale

E4 M4 V2 : 11

Tanda Rangsang Meningeal

Kaku Kuduk -
Brudzinski I -
Kernig > 135o / > 135o
Brudzinski II -/-
Lasegue >70o / > 70o
Pemeriksaan Nervus Kranialis
Nervus Olfactorius (N.I)
Dextra Sinistra
Daya Pembau Normosmia Normosmia

Nervus Opticus (N.II)


Dextra Sinistra
Tidak dilakukan
Nervus Okulomotorius
(N.III) Dextra Sinistra
Ptosis + -
Gerakan Bola Mata
Medial Normal Normal
Atas Normal Normal
Bawah Normal Normal
Ukuran Pupil Pupil bulat isokor ODS 3 mm
Refleks Cahaya + +
Langsung
Refleks Cahaya + +
Tidak Langsung
Akomodasi Normal Normal

Nervus Trokhlearis (N.IV)


Dextra Sinistra
Gerakan Mata Normal Normal
Medial Bawah
Nervus Trigeminus (N.V)

Tidak dilakukan
Refleks Kornea Normal
Refleks Bersin Tidak dilakukan

Nervus Abdusen (N.VI)


Dextra Sinistra
Gerakan mata + +
ke lateral
Strabismus - -
konvergen
Diplopia - -
Nervus Fasialis (N.VII)
Dextra Sinistra
Mengangkat alis berkurang Normal
Kerutan dahi Kerutan Normal
berkurang
Menutup mata Normal Normal
Menyeringai Tidak tertarik Normal
Daya kecap Normal
lidah 2/3 depan
Plika Tidak terlihat jelas cekungan
Nasolabialis
Nervus Vestibulochoclearis
(N.VIII) Dextra Sinistra
Tes Bisik Normal Normal
Tes Rinne
Tes Weber Tidak dilakukan
Tes Schwabach

Nervus Glosofaringeus (N.IX) dan


Nervus Vagus (N.X)
Arkus Faring Simetris
Daya kecap lidah 1/3 belakang Normal
Uvula Letak di tengah, simetris
Menelan Normal
Refleks muntah Tidak dilakukan
Nervus Assesorius (N.XI)
Dextra Sinistra
Memalingkan Baik Baik
kepala
Mengangkat bahu Baik Baik

Nervus Hipoglosus (N.XII)

Sikap lidah Normal


Fasikulasi -
Tremor lidah -
Atrofi otot lidah -
Deviasi -
Pemeriksaan Refleks
Refleks Fisiologis Dextra Sinistra
Refleks Biceps + +
Refleks Triceps + +
Refleks Patella + +
Refleks Achilles + +
Refleks Patologis
Dextra Sinistra
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Hoffman Trommer - -
Pemeriksaan Sensorik
Dextra Sinistra
Rasa Raba
- Extremitas Atas + +
- Extremitas + +
Bawah
Rasa Nyeri
- Extremitas Atas + +
- Extremitas + +
Bawah
Rasa Suhu Tidak dilakukan
- Extremitas Atas
- Extremitas
Bawah
Pemeriksaan Motorik

Extremitas Atas
Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Kontur otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 1 5

Extremitas Bawah Dextra Sinistra


Bentuk Tidak ada deformitas
Kontur otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 1 5
FungsiVegetatif

Miksi Defekasi
Inkontinensia Urine - Inkontinensia alvi -
Retensio Urine - Retensio alvi -
Poliuria -
Anuria -

Koordinasi, Langkah dan Keseimbangan


Cara berjalan Normal
Tes Romberg
Disdiadokokinesia
Dismetria
Tidak dilakukan
Rebound fenomen
Nistagmus
Manuver Hallpike
Pemeriksaan laboratorium (21/03/2017)
Pemeriksaan Nilai Normal

Hb 12,7 11-16 g/dL

Leukosit 10.22x 10^3 4.00-10.00/uL

Trombosit 214x 10^3 150-400/uL

Ht 36,6 37,0-54,0 %

GDS 90 <200 mg/dl

Kreatinin 2,79 0,17-1,5 mg/dl

Ur 37
..Pemeriksaan laboratorium (21/03/2017)

Pemeriksaan Nilai Normal

Natrium (Na) 136 135-148 mmol/L

Kalium (K) 3,6 3,5-5,3 mmol/L

Calcium (Ca) 1,10 0,98-1,2 mmol/L


RADIOLOGI
Problem

SH
Hipertensi
Diagnosis
Ptosis Dextra
Hemiparesis sinistra
Klinis Hipertensi

Etiologi Stroke Hemoragik

Perdarahan di parenkim
Topis temporal sinistra
TERAPI
Infus NaCL 0,9% 16 tpm
Inj. Citicolin 3x1
Inj. Kalnex 3x500 mg
Inj. Ranitidin 2x1

Po:
Micardis 1x80
MONITORING
Keadaan umum
Vital sign
PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad bonam


Quo ad Sanitionam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : ad bonam
DEFINISI
Menurut WHO:
Stroke adalah gangguan fungsional otak sebagian
atau menyeluruh yang timbul secara mendadak
dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah di
otak
Vaskularisasi Otak

1. Sistem Karotis Sinistra dan Dextra


- Masuk Cavum Cranii
Carotis Interna Carotis Cerebre Media
2. Sistem Vertebra Basilaris
3. Sistem Vaskularisasi Yang Terganggu Menentukan Topis
Lesi
EPIDEMIOLOGI
Dapat terjadi pada semua golongan umur
namun terbanyak diatas 55tahun.
Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia
tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak
1.236.825 orang (7,0), sedangkan
berdasarkan diagnosis Nakes/gejala
diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang
(12,1).
Faktor Resiko
Berbagai penelitian telah berhasil mengidentifikasi
faktor-faktor risiko stroke antara lain:
herediter, usia, jenis kelamin, sosioekonomi
letak geografi, makanan tinggi lemak dan kalori, kurang
makan sayur buah
merokok, alkohol, aktifitas fisik kurang
hipertensi, obesitas, diabetes melitus
aterosklerosis, penyakit arteri perifer
penyakit jantung (heart failure)
dan dislipidemi
Menurut Penyebab Stroke dibagi :

1. Stroke Hemoragik
a. Intra cerebral hemoragik (ICH)
OK : Hypertensi, Aneurysma dan arterioveneus Malformasi (AVM)
b. Sub Arachnoid Hemoragik (SAH)
diagnosis medis : CT brain scan
2. Stroke Non Hemoragik (Iskemik)
OK : Arteriosklerosis & sering dikaitkan dengan : DM,
Hypercolesterolemia, Asam urat, hyperagregasi trombosit
3. Emboli Sumber dari tronkus di arteria carotis communis di jantung
Lepas trombus embolus otak.
Secara Klinis Infark Di Otak
1. TIA (Trenssient Ischemic Attack) Gejala dan tanda
hilang dalam waktu beberapa detik sampai dengan 24
jam. Difisit neurologis dapat berupa hemiparise,
monoparise, gangguan penglihatan, sulit bicara.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficit ) Tanda
dan gejala hilang dalam beberapa hari dampa dengan
minggu.
3. Stroke in evolution atau progressive Stroke defisit
neurologis bersifat fluktuatif, progresif kearah jelek,
biasanya disertai penyakit penyerta (DM, Gangguan fungsi
jantung, gangguan fungsi ginjal, dll)
4. Completed Stroke (Stroke Komplit) Defisit neurologis
bersifat permanen
PATOLOGI
1. Zona Oedematosa 6 hari 10 hari
2. Zona Degenerasi 6 8 bulan
3. Zona Nekratik > 8 bulan

Zona Oedematosa Zona Degenerasi Zona Nekrotik


Placcid 1 2 minggu Recovery 6 8 bulan Residual lebih 6 bulan /
permanen tahunan
Neurological Improvement
1. Area Degenerasi (Bersifat iriversibel
permanen = Zona nekratik) Disebut
area umbra
2. Area degenerasi riversibel (area
penumbra = Zona degenerasi)
3. Area Oedematosa (Bersifat riversibel
= Zona Oedematosa)
GEJALA DAN TANDA
Tergantung pada : Topis Lesi
Derajat lesi (Luas Infark)

1. Gangguan Motoris
Abnomelitas Tonus
(Placcid atau Spastik)
Parese/plegia
(mono/ hemi)
Topis Lesi & Lenticulo Striata
Hemiplegia/ hemiparese
typica nn. Cranial VII & XII
2. Gangguan Sensoris
1) Hemidisesthesia
2) Hemikinesthesia
Pada kondisi tertentu kelainan sensoris terjadi tanpa kelainan
motoris
Contoh : Pada gambaran angiografi terjadi :
Obstruksi dan penyempitan lumen
a. Carotis communis
a. Cerebre Media kiri didaerah siphon di basis cranii
terjadi keluhan hemiastesia sisi dextra tanpa adanya parese.

3) Central Pain ( Lesi pda kortex sensoris)


3. Gangguan Saraf Otonom dan Fungsi Luhur

1) Gangguan vasomotor (vasokontruksi, vasodilatasi pembuluh darah)


2) Gangguan aktivasi kelenjar sudorivera ( keringat berlebihan)
3) Fungsi luhur (aphasia motoris dan sensoris)

Gangguan lain yang berkaitan dengan fungsi kognitif dan memori serta
fungsi psikiatrik dan emosi.
Karakteristik gangguan tersebut diatas tergantung topis lesi dan derajat
lesi
DIAGNOSIS MEDIS

1. Computerized Tomography Scanning (CT scan)


1) Infark lesi hipodens (lesi dengan densitas rendah) tampak lebih
hitam dibanding jaringan otak disekitarnya.
2) Perdarahan Lesi hiperdens (lesi dengan densitas tinggi) tampak
lebih putih dibanding jaringan otak disekitarnya.
2. MRI & MRA ( Magnetic Resonance Imaging & Magnetic Resonace
Angiography)
untuk mengetahui topis kebocoran pembuluh darah di otak
3. PET Scan ( Positron Emision Tomography Scan)
Stroke Hemoragik
Stroke yang disebabkan oleh perdarahan
intrakranial ,dapat terjadi spontan (i.e., non-
traumatik) intrakranial, dengan lokasi di epidural,
subdural, intraparenkimal, atau interventrikular.

Perdarahan otak sering didiagnosis dengan


menggunakan CT scan non-kontras saat
mengevaluasi stroke akut.

Berdasarkan anatominya perdarahan otak


dibedakan menjadi perdarahan intraserebral dan
perdarahan subarakhnoid.
Misbach J. Stroke: aspek diagnostic, patofisiologi, dan manajemen.
1999. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Perdarahan Intraserebral

Rohkamm. Color atlas of neurology.


2004. Thieme: 185.
Perdarahan Intraparenkimal Hipertensif

Perdarahan intraserebral tanpa disertai bukti kelainan


vaskular seperti aneurisma atau angioma, biasanya
disebabkan oleh hipertensi.
Lokasi tersering adalah ganglia basal (khususnya
putamen), thalamus, serebelum, dan pons.
Perdarahan arteri kecil hipertensi yang
menyebabkan bekuan darah berukuran kecil maupun
besar herniasi bahkan kematian.

Fauci AS, Brunwald E, Kasper DL, Hauser Sl, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J.
Harrisons Principles of Internal Medicine. 17th edition. USA: The McGraw-
hill Companies, inc; 2008.
Perdarahan Intraparenkimal Hipertensif

1-6 bulan,
48 jam, makrofag perdarahan kavitas
Perdarahan berkembang 30-90 oranye dibatasi
menit
fagositosis jaringan ikat glial dan
perdarahan makrofah
hemosiderin.

Meskipun tidak berkaitan dengan aktivitas


fisik, sebagian besar perdarahan intraserebral
terjadi ketika pasien sadar dan terkadang
ketika stress.
Fauci AS, Brunwald E, Kasper DL, Hauser Sl, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J. Harrisons
Principles of Internal Medicine. 17th edition. USA: The McGraw-hill Companies, inc; 2008.
Perdarahan Subarakhnoid

Rohkamm. Color atlas of neurology.


2004. Thieme: 185.
Perdarahan Subarakhnoid
Penyebab 5-10% stroke disebabkan oleh perdarahan
subarakhnoid.
Sering disebabkan oleh ruptur aneurisma atau
malformasi arteriovenosus, tetapi pada 20% kasus
penyebab pastinya tidak ditemukan.
Gejala nyeri kepala hebat dan mendadak saat onset
penyakit yang dapat disertai mual dan muntah.
Dapat disertai penurunan kesadaran dan gangguan
status mental.
Dalam 90% kasus, perdarahan dapat terlihat di CT-scan
dalam waktu 24 jam.

Misbach J. Stroke: aspek diagnostic, patofisiologi, dan manajemen. 1999. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Rohkamm. Color atlas of neurology. 2004. Thieme: 185.
Perdarahan Subarakhnoid
Gejala nyeri kepala hebat dan mendadak saat
onset penyakit yang dapat disertai mual dan
muntah.
Dapat disertai penurunan kesadaran dan
gangguan status mental.
Dalam 90% kasus, perdarahan dapat terlihat di
CT-scan dalam waktu 24 jam.

Misbach J. Stroke: aspek diagnostic, patofisiologi, dan manajemen. 1999. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Rohkamm. Color atlas of neurology. 2004. Thieme: 185.
Komplikasi Perdarahan Subarakhnoid
Edema serebri
Rebleeding timbul pada 50-60% kasus dalam 6 bulan
pertama setelah perdarahan awal, menurun 10% pada
hari ke-30, dan berkurang 3% setiap tahun
Vasospasme yang timbul pada hari ke-3 dan
meningkat pada hari ke-7 sangat menentukan prognosis
Hidrosefalus tersumbatnya aliran likuor serebri
intraventrikular muncul sebagai komplikasi perdarahan
subarakhnoid.
Hiponatremia, edema pulmoner neurogenik, kejang,
dan kardiak aritmia.
Rohkamm. Color atlas of neurology. 2004. Thieme: 184.
Anamnesis Stroke Hemoragik
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
anamnesis pasien yang diduga mengalami stroke
hemoragik antara lain awitan gejala, gejala awal
dan progresinya, faktor risiko vaskuler, pemakaian
obat-obatan, riwayat trauma atau pembedahan,
demensia, alkohol atau penyalahgunaan obat
lain, riwayat kejang, penyakit hati , kanker dan
gangguan hematologis.
Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally published online Nov
28,2005.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang penting dilakukan dimulai dari
status generalis.
Untuk kesadaran dapat dinilai dengan kualitatif
dan kuantitatif. Penilaian lebih obyektif dengan
Skala Koma Glasgow.
Pada tanda vital, terutama diperhatikan tekanan
darah karena terjadi hipertensi reaktif akut.

Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally published online Nov 28,2005.
Pemeriksaan Penunjang
darah perifer lengkap,
kimia darah,
prothrombin time (PT) atau INR,
activated partial thromboplastin time (APTT),
skrining toksik,
urinalisis,
elektrokardiografi,
foto polos dada,
Neuroimaging (CT-Scan, MRI).

Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally published online Nov
28,2005.
Tatalaksana Stroke Akut
Stabilisasi pasien dengan tindakan ABCDE
Pasang jalur infuse intravena dengan larutan salin normal 0,9 % dengan
kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa
5 % dalam air dan salin 0,45%, karena dapat memperhebat edema otak
Berikan oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung
Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto rontgen toraks
Ambil sampel untuk pemeriksaan darah : pemeriksaan darah perifer
lengkap dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan
kreatinin), masa protrombin, dan masa tromboplastin parsial
Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut : kadar alkohol, fungsi hati, gas
darah arteri, dan skrining toksikologi
Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis
CT-scan atau MRI bila alat tersedia. Bila tidak ada, dengan skor Siriraj
untuk menentukan jenis stroke.

Misbach J. Stroke: aspek diagnostik, patofisiologi, manajemen. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1999.
Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally published online Nov 28,
2005.
Tatalaksana Stroke Hemoragik
Pada pasien dengan defisiensi faktor koagulasi dan trombositopenia,
penatalaksaan yang dilakukan meliputi pemberian faktor pembekuan atau
platelet.
Pada pasien dengan riwayat pemakaian antikoagulan oral yang mengalami
perdarahan yang mengancam nyawa, dalam hal ini misalnya perdarahan
intrakranial, direkomendasikan untuk memperbaiki INR secepat mungkin.
Vitamin K membutuhkan waktu beberapa jam untuk memperbaiki INR,
sedangkan FFP memiliki kekurangan berupa peluang timbulnya reaksi
alergi, risiko transfusi infeksius, waktu produksi yang lama, serta masalah
volume yang diperlukan untuk koreksi.
Kendalikan hipertensi : Tekanan darah sistolik > 180 mmHg harus
diturunkan sampai 150-180 mmHg dengan labetalol (20 mg intravena
dalam 2 menit, ulangi 40-80 mg intravena dalam interval 10 menit sampai
tekanan yang diinginkan, kemudian infuse 2 mg/menit (120 ml/jam) dan
dititrasi atau penghambat ACE (misalnya kaptopril 12,5-25 mg, 2-3 kali
sehari) atau antagonis kalsium (misalnya nifedipin oral 4 kali 10 mg).
Pertimbangkan konsultasi bedah saraf
Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma atau
malformasi arteriovenosa.
Berikan manitol 20 % (1 mg/kgBB, bolus intravena dalam 20-30
menit, dilanjutkan 0,5 mg/kgBB setiap 3-5 jam) untuk pasien
dengan koma dalam atau tanda-tanda tekanan intrakranial yang
meninggi atau ancaman herniasi.
Steroid tidak terbukti efektif pada perdarahan intraserebral.
Pertimbangkan fenitoin (10-20 mg/kgBB intravena, kecepatan
maksimal 50 mg/menit, atau per oral) pada pasien dengan
perdarahan luas dan derajat kesadaran menurun.
Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipin untuk mencegah
vasospasme bila secara klinis, pungsi lumbal atau CT-Scan
menunjukkan perdarahan subaraknoid akut primer.
Tatalaksana
Manajemen tekanan darah
Apabila tekanan darah sistolik >200 mmHg atau MAP >150 mmHg,
pertimbangkan penurunan tekanan darah secara agresif dengan infus
intravena kontinyu, dengan pemantauan setiap 5 menit.
Apabila tekanan darah sistolik >180 mmHg atau MAP >140 mmHg dan
terdapat kemungkinan peningkatan tekanan intrakranial, pertimbangkan
pemantauan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan darah dengan
pengobatan intravena intermiten atau kontinyu sambil mempertahankan
tekanan perfusi serebral 60 mmHg.
Apabila tekanan darah sistolik >180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa
bukti peningkatan tekanan intrakranial, pertimbangkan penurunan
tekanan darah secara moderat (misalnya MAP 110 mmHg atau target
tekanan darah 160/90 mmHg) dengan pengobatan intravena intermiten
atau kontinyu untuk mengontrol tekanan darah sambil memantau pasien
setiap 15 menit. (rekomendasi kelas C)

Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally published online Nov 28, 2005.
Prognosis
Prognosis dari stroke hemoragik tergantung
pada jumlah perdarahan dan skala koma
Glasgow.
Prognosis untuk clot serebral berukuran
sedang dan berat adalah buruk, dapat
menyebabkan kematian.
Angka kematian tinggi pada perdarahan di
daerah serebelum.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai