Anda di halaman 1dari 40

Sindy Puspita Mikawati

15712023
Nama : Nn. DL
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 15 tahun
Alamat : Bojongsari RT 01/ RW
03 Bojongsari, Purbalingga
Agama : Islam
Mondok di bangsal : Dahlia
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal masuk : 21 Februari 2016
Nomer RM : 637009
KU: Nyeri pada tungkai atas kanan
RPS
Pasein datang dengan keluhan nyeri pada tungkai atas
kanan. Pasien datang ke rumah sakit setelah kecelakaan
motor dengan motor di bobotsari. Pasien sebagai
pembonceng sepedea motor. Saat kejadian pasien sedang
berboncengan motor dengan pacarnya tanpa menggunakan
helm dan lampu kendaraan. Tiba-tiba dari arah yang
berlawanan motor yang dikendarai pasien ditabrak oleh
pengendara motor lain. Posisi jatuh miring ke kanan. Saat
kejadian pasien tidak sadar. Setelah kejadian pasien dibawa
ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit pasien dalam
keadaan sadar. Pasien mengeluhkan mual dan muntah 3
kali berwarna hitam di IGD. Selain itu pasien mengeluhkan
nyeri pada paha kanan dan tidak dapat menggerakkan kaki
kanannya. Pada bagian kaki kanan tampak bengkak,
tampak adanya deformitas dan teraba krepitasi pada kaki
kanan.
Sistem Saraf : pusing (+), kejang (+),
demam (-)
Sistem Respirasi : Sesak nafas (-), batuk
(-)
Sistem Kardiovaskuler: nyeri dada (-), berdebar-
debar (-)
Sistem Digestive : Mual (+), muntah (+),
diare (-), nyeri epigastrium (-)
Sistem Urogenital : BAK (+) N, warna
kuning (+)
Sistem Integumentum : kulit pucat (-) gatal (-)
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat mengalami keluhan serupa (-)
Riwayat mondok di RS (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
-
Status Generalis
Kondisi Umum : Tampak Kesakitan
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : Cukup
Tanda vital
Tekanan darah : 90/60mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Cephal : Normochepal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), subkonjungtiva bleeding (+/-)
Thorax : Tampak simetris, Bentuk dada normal
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis (+)
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1-S2 reguler, Bising (-)
Pulmo
Inspeksi : Retraksi dada (-), Ketertinggalan gerak (-)
Palpasi : vocal fremitus lapang paru kiri dan kanan
simetris
Perkusi : sonor pada lapang paru kiri dan kanan
Auskultasi : lapang paru kiri dan kanan vesikuler, rhonki dan
wheezing tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : benjolan (-), lebih rendah dari dinding dada
Auskultasi : Peristaltik (+)
Perkusi : Timpani semua lapang
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba
Extremitas : akral hangat, edema (+) tungkai atas kanan,
deformitas (+), krepitasi (+), keterbatsan gerak aktif & pasif.
Hasil
Tampak discontinuitas pada 1/3 medial
femur dextra
DIAGNOSIS :
CKB
Fraktur tertutup komplit transversal 1/3 medial
femur dextra displace

Tindakan/ Terapi
Infus ringer laktat 20 tpm
Injeksi piracetam 3x1g
Injeksi asam tranexamat 2x500mg
Injeksi ketorolac 2x30mg
Injeksi ranitidine 2x50mg
Injeksi ondancetron 2x4mg
Open reduction and internal fixation (ORIF)
CEDERA KEPALA

cedera kepala merupakan


kerusakan tengkorak dan
otak yang disebabkan oleh
trauma langsung atau
deselerasi terhadap kepala.
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA BERDASARKAN SIFAT

CEDERA KEPALA CEDERA KEPALA


TERBUKA TERTUTUP

Menyebabkan
Disebabkan
robeknya
trauma tumpul
duramater

Tidak
menyebabkan
robek pada
duramater
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA BERDASARKAN G

CEDERA KEPALA CEDERA KEPALA CEDERA KEPALA


RINGAN (CKR) SEDANG (CKS) BERAT (CKB)
GCS > 13 GCS 9-13 GCS < 9
Tidak terdapat Ditemukan kelainan
kelainan pada CT pada CT scan otak
scan otak Memerlukan tindakan
Tidak memerlukan operasi untuk lesi
tindakan operasi intrakranial
DIAGNOSIS

Kejadian seputar kecelakaan


ANAMNESIS Penggunaan obat sebelum kecelakaan
Ada muntah atau tidak
Ada kejang atau tidak

GCS
Vital sign
PEMERIKSAAN Palpasi
FISIK Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan fungsi keseimbangan
Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan reaksi pupil

PEMERIKSAAN CT scan
MRI
PENUNJANG
PENATALAKSANAAN

PRIMARY SECONDARY
SURVEY SURVEY

Airway (A) Observasi

Breathing
GCS
(B)

Circulation
CT scan
(C)
Menurut Apley dan Solomon (2013), fraktur adalah
suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang,
biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang
bergeser.

Menurut Rasjad (2012), fraktur adalah hilangnya


kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun
parsial.
Menurut Apley dan Solomon (2013),
penyebab fraktur antara lain adalah :
Trauma
Kelelahan atau tekanan
Patologi
Menurut Salter (2008), macam-macam
fraktur adalah sebagai berikut berdasarkan
hubungan dengan dunia luar : :
Fraktur Intertrokhanter Femur
Merupakan patah tulang yang bersifat ekstra kapsuler
dari femur, sering terjadi pada lansia dengan kondisi
osteoporosis
Fraktur Subtrokhanter Femur
Garis fraktur berada 5 cm distal dari trokhanter minor,
diklasifikasikan menurut Fielding & Magliato sebagai
berikut:
1) Tipe 1 adalah garis fraktur satu level dengan
trokhanter minor
2) Tipe 2 adalah garis patah berada 1-2 inci di bawah
dari batas atas trokhanter minor
3) Tipe 3 adalah 2-3 inci dari batas atas trokhanter
minor
Fraktur collum femur
Fraktur collum femur disebabkan oleh trauma yang
biasanya terjadi karena kecelakaan, jatuh dari
ketinggian atau jatuh dari sepeda dan biasanya
disertai trauma pada tempat lain
Fraktur corpus femur
Pada patah tulang diafisis femur biasanya mengalami
pendarahan dalam yang cukup luas dan besar sehingga
dapat menimbulkan resiko syok
Fraktur suprakondiler femur
Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung karena
kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya aksial dan stress
valgus atau varus dan disertai gaya rotasi
Fraktur kondiler femur
Mekanisme trauma fraktur ini biasanya merupakan
kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai
denga tekanan pada sumbu femur ke atas
Menurut Rasjad (2012), manifestasi klinis untuk
fraktur adalah sebagai berikut :
Deformitas, daya tarik kekuatan otot menyebabkan
fragmen tulang berpindah dari tempatnya.
Bengkak dapat terjadi setelah trauma
Kekakuan sendi
Nyeri
Kelemahan otot dapat terjadi secara tiba-tiba atau
bertahap dan disertai dengan kelainan sensoris
seperti parestesia atau hiperestesia
Gangguan sensibilitas, terjadi apabila ada trauma
atau penekanan pada saraf.
pemeriksaan awal :
ABC
tanda-tanda syok, anemia atau pendarahan,
kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak,
sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam
rongga toraks, panggul dan abdomen.
Apabila kondisi jiwa pasien terancam, lakukan
resusitasi untuk menstabilkan kondisi pasien
Look
Ekspresi wajah pasien yaitu tampak kesakitan
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Perhatikan posisi anggota gerak
Keadaan umum penderita secara keseluruhan
Adanya tanda-tanda anemia karena pendarahan,
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma
pada organ-organ lain
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak
untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi
dan kependekan
Keadaan vaskularisasi
Feel
Temperatur setempat yang meningkat

Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial


biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak
yang dalam akibat fraktur pada tulang
Krepitasi

Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma


berupa palpasi arteri femoralis, arteri dorsalis
pedis, arteri tibialis posterior
Pengukuran panjang tungkai untuk mengetahui
adanya perbedaan panjang tungkai
Move
Aktif
Pasif
Sendi proksimal dan distal
tidak boleh dilakukan secara kasar
Radiologis diperlukan sebagai
konfirmasi adanya fraktur,
menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur,
untuk melihat adakah kecurigaan keadaan patologis
pada tulang,
untuk menentukan teknik pengobatan atau terapi
yang tepat
rule of two:
dua posisi proyeksi, dilakukan sekurang-
kurangnya yaitu pada antero-posterior dan lateral;
dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus
difoto, di atas dan di bawah sendi yang mengalami
fraktur;
dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya
dilakukan foto pada ke dua anggota gerak
terutama pada fraktur epifisis;
dua kali dilakukan foto, sebelum dan sesudah
reposisi
Terapi Konservatif
tindakan imobilisasi dengan bidai eksterna tanpa
reduksi dan reduksi tertutup dan imobilisasi
dengan fiksasi kutaneus
biasanya dilakukan jika fraktur terjadi pada daerah
proksimal, suprakondilar, dan corpus femoris
Buck Extension,
Weber Extensionsapparat,
Well-leg traction,
traksi 90/90 femoral
Terapi Operatif
ORIF
OREF
Infeksi
Permasalahan dalam penyembuhan tulang
Kerusakan saraf
Sindrom kompartemen
Komplikasi operatif

Anda mungkin juga menyukai