Anda di halaman 1dari 13

Schistosomiasis

Definisi

Schistosomiasis atau bilharzia, bilharziosis atau demam siput adalah


penyakit infeksi parasit kronis yang disebabkan oleh cacing darah
(Trematoda) dari genus Schistosoma.
Meskipun memiliki tingkat kematian rendah, schistosomiasis sering adalah
penyakit kronis yang dapat merusak organ-organ internal dan, pada anak-
anak, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif.
Hospes definitif dari Schistosoma yakni manusia, anjing, tikus sawah
(Rattus), kucing, sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, dan biri-biri. Hospes
perantaranya adalah siput air tawar spesies Oncomelania nosophora, O.
hupensis, O. formosana, O. hupensis lindoensis di Danau Lindu (Sulawesi
Tengah) dan O. quadrasi.
Klasifikasi Ilmiah

Phylum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Subkelas : Digenea
Ordo : Prosostomata
Subordo : Strigeata
Famili : Schistosomatidae
Genus : Schistosoma
Species : Schistosoma japonicum, Schistosoma haematobium,
Schistosoma mekongi
Siklus Hidup

Siklus hidup cacing Schistosoma spp secara umum sama untuk semua
spesies.
cacing serkaria (cercaria) yang menembus kulit berubah bentuk menjadi
schistosomula masuk peredaran darah menjadi dewasa di dalam hati.

Cacing S. mansoni dan S. japonicum akan tinggal di pembuluh darah vena


sekitar usus dan hati, misalnya vena porta hepatica dan vena mesenterica
superior
S. haematobium akan tinggal di pembuluh darah vena sekitar kandung
kemih.
a. Schistosoma japonicum
Parasit ini menyebabkan penyakit demam
keong.
Distribusi: RRC, Jeoang, Filipina, Taiwan,
Malaysia, dan Indonesia (Sulawesi Tengah:
daerah danau Lindu dan lembah Napu).
Morfologi dan Daur Hidup Cacing dewasa
jantan berukuran 1,5 cm. Cacing betina
dewasa berukuran 1,9 cm.
Hidup di vena mesentrika superior.
Telur ditemukan di dinding usus halus dan alat-
alat dalam seperti hati dan paru
Gejala Klinis:
Pada stadium I: gatal-gatal, demam, hepatomegali,
dan eosinofilia tinggi
Pada stadium II: sindrom disentri.
Pada stadium III: sirosis hati, penderita menjadi
lemah (emasiasi).
b. Schistosoma mansoni
Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis
usus.
Distribusi: Afrika, berbagai negara Arab, Amerika
Selatan, dan Tengah.
Morfologi Dan Daur Hidup Cacing dewasa jantan
berukuran 1 cm, Cacing dewasa betina berukuran
1,4 cm.
Cacing dewasa hidup di vena, colon dan rektum.
Telur tersebar ke alat-alat lain seperti hati, paru, dan
otak
Kelainan dan gejala yang di timbulkan kira- kira sama
seperti Schistosoma japonicum, akan tetapi lebih
ringan.
c. Schistosoma haemotobium
Menyebabkan penyakit skistosomiasis kandung
kemih.
Distribusi: Afrika, Spanyol, Timur Tengah, dan tidak
di temukan di Indonesia.
Morfologi dan Daur Hidup Cacing dewasa jantan
berukuran 1,3 cm, Cacing dewasa betina
berukuran 2 cm.
Kelainan terutama ditemukan pada kandung
kemih.
Gejala yang ditemukan adalah hematuria dan
disuria.
Ditemukan sindrom disentri bila terjadi kelainan di
rektum.
Manifestasi Klinis

1. Masa tunas biologic


Merupakan waktu antara serkaria menembus kulit sampai dewasa.
1. Kulit terasa gatal dan panas.
2. Sering batuk kadang-kadang disertai dahak bercampur sedikit darah.
3. Gejala lain: lemah, tidak nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, diare, hati dan
limfa membesar.
Manifestasi Klinis
2. Stadium Akut Di mulai sejak cacing betina
bertelur.
Gejala yang di timbulkan tergantung jumlah telur yang
di keluarkan.
Gejala: demam, berat badan menurun, diare, sindrom
disentri.

3. Stadium Menahan
Terjadi penyembuhan jaringan dengan pembentukan
jaringan ikat. Gejala yang timbul: splenomegali, edema
pada tungkai bawah dan alat kelamin.

Anak-anak yang menderita schistosomiasis mungkin


mengalami gejala terhambatnya pertumbuhan dan
mengalami kesulitan dalam belajar.
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja atau jaringan biopsi
hati dan biopsi rektum.
Reaksi serologi dapat dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis. Reaksi
serologi dapat dipakai adalah :
COPT (Circumoval precipitin test)
IHT (Indirect Haemagglutation test)
CFT (Complement fixation test)
FAT (Fluorescent antibody test)
ELISA (Enzyme linked immuno sorbent assay).
Tatalaksana

Praziquantel 60 mg/kg BB hari dibagi dalam 2 sampai 3 dosis

Praziquantel merupakan obat schistosomiasis yang baru dari komponen


pyrazinoquinoline
Praziquantel sangat efektif terhadap semua bentuk schistosomiasis, baik dalam fase
akut, kronik maupun yang sudah mengalami splenomegali atau bahkan yang
mengalami komplikasi lain.
Untuk infeksi S. haematobium dan S mansoni diberikan dosis tunggal 40mg/kgBB atau
dosis tunggal 20mg/kgBB yang di ulangi lagi sesudah 4-6jam
Untuk infeksi S. japonicum diberikan dosis tunggal 3mg/kgBB yang diulangi lagi
sesudah 4-6 jam.
Pencegahan
Memberi penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis tentang cara cara
penularan dan cara pemberantasan penyakit ini.
Buang air besar dan buang air kecil dijamban yang saniter
Memperbaiki cara-cara irigasi dan pertanian; mengurangi habitat keong dengan
membersihkan badan-badan air dari vegetasi atau dengan mengeringkan dan
mengalirkan air
Untuk mencegah pemajanan dengan air yang terkontaminasi (contoh : gunakan
sepatu bot karet).
Persediaan air minum, air untuk mandi dan mencuci pakaian hendaknya diambil
dari sumber yang bebas serkaria atau air yang sudah diberi iodine untuk
membunuh serkariannya.
Obati penderita di daerah endemis dengan praziquantel untuk mencegah penyakit
berlanjut dan mengurangi penularan dengan mengurangi pelepasan telur oleh
cacing.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai