Anda di halaman 1dari 13

Aspek Hukum dalam

konstruksi

Perbedaan UU Jasa
Konstruksi 1999 dan 2015
Disusun Oleh :
Achmad Kurniawan Fachreza
Bayu Wardana
Susunan Undang Undang Jasa Konstruksi 1999 : 12 Bab dan 46 Pasal
Undang -
Undang Undang Undang Jasa Konstruksi 2015 : 14 Bab dan 105 Pasal
1. Akreditasi dan sertifikasi atas kualifikasi dan klasifikasi usaha di
Perbedaan bidang jasa konstruksi
antara 2. Jaminan Pembayaran

Undang- 3. Adanya penambahan bidang usaha jasa konstruksi


4. Bentuk Usaha untuk bidang Konstruksi
undang Jasa
5. Penyedia Jasa Tenaga Asing
Konstruksi 6. Penilaian Ahli
1999 dan 2015 7. Standar Keselamatan
1. Akreditasi
dan sertifikasi
atas kualifikasi Undang Undang Jasa Konstruksi 1999 : Tidak ada

dan klasifikasi
Undang Undang Jasa Konstruksi 2015 : Badan Registrasi dan
usaha di Sertifikasi Jasa Konstruksi (BRSJK)
bidang jasa
konstruksi
Undang Undang Jasa Konstruksi 1999 : Pertanggungan atau
jaminan yang merupakan bentuk perlindungan antara lain untuk
pelaksanaan pekerjaan, penerimaan uang muka, kecelakaan bagi
tenaga kerja dan masyarakat. Perlindungan tersebut dapat berupa
antara lain asuransi atau jaminan yang diterbitkan oleh bank atau
lembaga bukan bank.

2. Jaminan
Undang Undang Jasa Konstruksi 2015 : RUU Jasa Konstruksi
Pembayaran mengatur detail mengenai kewajiban pengguna jasa konstruksi,
terutama terkait dengan bukti kemampuan pembiayaan dan
penyediaan jaminan pembayaran. Selain itu, diatur juga mengenai
sanksi bagi pengguna jasa konstruksi yang tidak menyediakan
jaminan pembayaran dan tidak melakukan pembayaran secara
tepat jumlah dan tepat waktu.
Undang Undang Jasa Konstruksi 1999 : perencanaan konstruksi,
pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan konstruksi. Ketiga
3. Adanya bidang tersebut mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,
mekanikal, elektrikal, dan/atau tata lingkungan (ASMET).
penambahan
bidang usaha Undang Undang Jasa Konstruksi 2015 : bidang usaha jasa
jasa konstruksi konstruksi didasarkan atas klasifikasi produk konstruksi (central
product classification atau CPC) yang meliputi konstruksi gedung,
konstruksi bangunan sipil, dan konstruksi khusus.
Pekerjaan konstruksi pengkajian;
Pekerjaan konstruksi perencanaan;
Bidang usaha Pekerjaan konstruksi perancangan;
dalam RUU Pekerjaan konstruksi pembuatan;
Jasa Pekerjaan konstruksi pengoperasian;

Konstruksi Pekerjaan konstruksi pemeliharaan;


Pekerjaan konstruksi penghancuran;
terdiri dari:
Pekerjaan konstruksi pembuatan kembali; dan/atau
Pekerjaan konstruksi pengawasan.
Undang Undang Jasa Konstruksi 1999 : penyedia jasa konstruksi
dapat berbentuk orang perseorangan atau badan usaha.
4. Bentuk
Usaha untuk Undang Undang Jasa Konstruksi 2015 : penyedia jasa konstruksi
bidang dapat berbentuk orang perseorangan atau badan usaha, baik
berbadan hukum ataupun tidak, dengan ketentuannya masing-
Konstruksi masing.
Penyedia jasa yang berbentuk orang perseorangan terdiri dari 2
kualifikasi, yaitu usaha kecil dan usaha menengah.
Penyedia jasa yang berbentuk orang perseorangan hanya dapat
menyelenggarakan pekerjaan konstruksi yang berisiko kecil,
berteknologi sederhana, dan berbiaya kecil, serta sesuai dengan
bidang keahliannya.
Penyedia jasa yang berbentuk badan usaha terdiri dari 3 kualifikasi
yaitu usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar.
Ketentuan Penyedia jasa yang berbentuk badan usaha dengan kualifikasi
usaha kecil dan usaha menengah hanya dapat menyelenggarakan
pekerjaan konstruksi yang berisiko kecil sampai sedang,
berteknologi sederhana sampai madya, dan berbiaya kecil sampai
sedang.
Penyedia jasa yang berbentuk badan usaha dengan kualifikasi
besar, badan usaha asing yang berbadan hukum, atau orang
perseorangan asing dapat menyelenggarakan pekerjaan
konstruksi yang berisiko besar, berteknologi tinggi, dan/atau
berbiaya besar.
Undang Undang Jasa Konstruksi 1999 : Belum diatur mengenai
penyediaan jasa tenaga asing

Undang Undang Jasa Konstruksi 2015 :


Kepemilikan saham usaha asing sesuai ketentuan peraturan
5. Penyedia perundang-undangan yang terkait, salah satunya adalah Daftar
Negatif Investasi (DNI).
Jasa Tenaga Membentuk kerjasama operasional dan/atau modal dengan badan
Asing usaha nasional yang telah disertifikasi dan hanya diperbolehkan
melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan klasifikasi usaha
besar.
Mengutamakan lebih banyak tenaga lokal daripada tenaga kerja
asing (TKA), memiliki teknologi tinggi, mutakhir, efisien,
berwawasan lingkungan, dan memperhatikan kearifan lokal, dan
melakukan proses alih teknologi.
Undang Undang Jasa Konstruksi 1999 : Kegagalan bangunan
yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa ditentukan terhitung
sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10
(sepuluh) tahun. Kegagalan bangunan ditetapkan oleh pihak
ketiga selaku penilai ahli.

6. Penilaian
Undang Undang Jasa Konstruksi 2015 : Terkait kegagalan
Ahli bangunan dan/atau kegagalan pekerjaan konstruksi, dalam RUU
ini diatur detail mengenai penilai ahli dimana penilai ahli ditunjuk
oleh Lembaga Pengembang serta harus memenuhi persyaratan,
antara lain memiliki sertifikat keahlian dan teregistrasi di lembaga
pengembangan.
Undang Undang Jasa Konstruksi 1999 : Perlindungan
pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban
para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja serta jaminan sosial.

7. Standar Undang Undang Jasa Konstruksi 2015 : RUU Jasa


Keselamatan Konstruksi juga mengatur mengenai standar
keselamatan konstruksi dari berbagai segi, antara lain
keamanan, keselamatan, dan kesehatan (K3) tempat
kerja, perlindungan sosial tenaga kerja, dan
pengelolaan lingkungan.
Kesimpulan yang kami dapat yaitu Undang-undang Jasa
Konstruksi 2015 lebih baik dan lebih komplit isinya dibandingkan
KESIMPULAN Undang-undang Jasa Konstruksi 1999 karena diciptakan untuk
menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia

Anda mungkin juga menyukai