Anda di halaman 1dari 35

Refleksi Kasus

GANGGUAN AFEKTIF EPISODE DEPRESIF SEDANG

Maulinda Permatasari
1610029016

Pembimbing : dr. H. Jaya Mualimin, Sp.KJ, M. Kes

Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
2017
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. JS
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 35 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Lempake Samarinda
IDENTITAS KELUARGA PASIEN
Nama : Tn. C

Jenis Kelamin : Laki-laki

Hubungan dengan pasien : Kakak kandung

Alamat : Lempake Samarinda


ANAMNESIS
Keluhan Utama
Kepala pusing
ANAMNESIS
RPS
Autoanamnesis :
kepala sering pusing , tengkuknya sakit dan badan terasa lemas sejak 2
bulan yang lalu.
Sulit memulai tidur dan saat tertidur sering terbangun.
Nafsu makan pasien menurun
sering merasa sedih dan tidak percaya diri karena saat ini ia tidak
memiliki pekerjaan, saat ini pasien hanya bertani.
Sering cekcok dgn istri
Pasien sebelumnya bekerja sebagai karyawan perusahaan
tidak pernah mendengar bisikan maupun melihat sesuatu yang tidak
nyata.
tidak pernah memiliki rasa ingin bunuh diri maupun membunuh orang
lain.
Pasien menyadari dirinya saat ini tidak sehat dan ingin segera sembuh,
serta ingin berusaha untuk mencari pekerjaan yang baru.
ANAMNESIS
RPS
Heteroanamnesis :
sering mengeluh kepalanya pusing sejak 2 bulan yang lalu.
sering terlambat tidur dan sering terbangun malam hari.
Menurut kakak pasien, pasien sering kaget dan ketakutan seolah-
olah ada yang mengintai pasien.
Pasien sering melamun dan tampak murung.
Pasien tidak pernah bicara, tertawa, dan menangis sendiri.
Pasien tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri maupun
melukai orang lain.
Sejak pasien menganggur, pasien sering cekcok dengan istrinya
masalah keuangan.
Pasien cukup dekat dengan kakaknya, namun pasien jarang
menceritakan masalah yang pasien rasakan.
ANAMNESIS
RPD
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Tidak memiliki riwayat penyakit kejang dan trauma kepala
atau kecelakaan.
Riwayat tekanan darah tinggi sejak usia 30 tahun namun
tidak terkontrol..
Riw. Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa
maupun yang mengalami masalah kejiwaan lainnya.
Pasien merupakan anak ke-3 dari tiga bersaudara.
Dibesarkan dalam sosiokultur suku Jawa. Ayah bersifat
cukup keras namun penyayang. Ibu memiliki sifat yang
mudah cemas dan penyayang, ibu lebih dominan
mengurus anak-anaknya. Hubungan dengan saudara
kandung cukup dekat. Saat ini pasien tinggal bersama
istri dan kedua anaknya. Sementara kakaknya sudah
berkeluarga dan memiliki rumah sendiri.
Genogram
ANAMNESIS
Gambaran Premorbid
Pasien suka memendam masalah dan pendendam.
Riwayat Sosial Ekonomi
Berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah.
Saat ini pasien bekerja sebagai petani.
Faktor Pencetus
Pasien tidak memiliki pekerjaan sehingga pemasukan
ekonomi tidak ada.
Riwayat Pribadi
Masa anak-anak awal (0-3 tahun)

Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)

Masa kanak-kanak akhir (remaja sampai


pubertas)
Masa dewasa
STATUS MENTAL
1. Penampilan
Identifikasi pribadi

Penderita terlihat rapi, dandanan tidak mencolok,


memakai baju lengkap dan sesuai dengan usia. Sikap
penderita terlihat murung dan cukup kooperatif terhadap
pemeriksa.
Perilaku dan aktifitas psikomotor

Penderita tidak menunjukkan adanya kelainan perilaku


dan aktifitas psikomotor.
Gambaran umum

Sakit ringan
STATUS MENTAL
2. Bicara
Bicara normal, setiap satu pertanyaan
dijawab langsung pada intinya, tema
pembicaraan hanya seputar keluhan dan
riwayat penderita.
3. Mood dan Afek
Mood (subyektif)

Penderita merasa sedih


Afek (obyektif)

Afek sesuai mood


STATUS MENTAL
4. Pikiran dan Persepsi
Bentuk Pikiran

Produktifitas : Ide cukup, spontan.

Kelancaran berpikir/ide : lancar dan sesuai tujuan.


Gangguan bahasa : tidak ada
Isi Pikiran
Pasien memikirkan nasib ekonomi keluarganya. Waham
tidak ada.
Gangguan berpikir
Tidak ada gangguan dalam berpikir
Gangguan Persepsi
Halusinasi (-), ilusi (-), depersonalisasi (-), derealisasi (-)
Mimpi dan Fantasi
Penderita ingin mendapat pekerjaan yang memiliki
pendapatan tinggi.
5. Kesadaran
CM, GCS 15, atensi adekuat
5. Orientasi
waktu, ruang, dan orang baik
5. Konsentrasi dan berhitung
baik
6. Ingatan
dulu, kini, segera baik
5. Pengetahuan
Sesuai dengan tingkat pendidikan
5. Tilikan diri : baik, 6
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 98 x/menit, kuat, reg
RR : 20 x/menit, reg
K/L : an (-/-), ikt (-/-), napas cuping hidung (-)
Th : ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-), S1S2 tunggal reg
Abd : flat, soefl, BU(+)N, NT (-), organomegali (-)
Ekst : akral hangat, sianosis (-), edema (-), pucat (-)
Diagnosis

Axis I : Gangguan afektif episode sedang (F32.1)


Axis II : Tidak ada diagnosis (Z03.2)
Axis III : Hipertensi
Axis IV : pasien tidak memiliki pekerjaan
Axis V : GAF scale 70-61
Prognosis

Quo ad vitam : bonam


Quo ad functionam : bonam
Formulasi Psikodinamik
Pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara. Pasien
dilahirkan saat usia kandungan 9 bulan melalui persalinan
spontan pervaginam ditolong oleh bidan kampung. Saat lahir
tidak didapatkan penyulit kelahiran. Tidak ada riwayat kejang.
Dalam bergaul di sekolah saat remaja, pasien merupakan anak
yang baik dan juga penurut, mudah bergaul dengan teman,
namun cenderung tidak terbuka jika sedang ada masalah.
Pasien dibesarkan dari keluarga harmonis dengan ekonomi
menengah. Pasien dan saudaranya dibesarkan dengan penuh
kasih sayang oleh kedua orangtuanya. Pasien dan saudara
kandungnya memiliki hubungan yang dekat dan tidak pernah
ada masalah yang berarti.
Formulasi Psikodinamik
Pasien menikah saat usia 24 tahun dengan seorang gadis dan saat ini
telah dikaruniai 2 anak, laki-laki dan perempuan. Hubungan dengan
istri dan anak harmonis, namun 6 bulan belakangan ini sering terjadi
pertengkaran dengan istri mengenai masalah ekonomi dimana pasien
mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai karyawan salah satu
perusahaan karena pasien tidak nyaman dengan sikap atasannya yang
suka marah. Saat ini pasien hanya bertani, pasien belum mendapatkan
pekerjaan yang baru. Hal-hal tersebut membuat pasien sedih yang
berkepanjangan, sulit tidur, dan nafsu makan menjadi menurun.
Pada pemeriksaan psikiatri, pasien terlihat rapi, dandanan tidak
mencolok, memakai baju lengkap dan bersih, kooperatif, kontak
verbal dan visual baik, mood terdepresi, afek sesuai mood, orientasi
baik, atensi adekuat, memori baik, alur pikir linier, waham (-) ,
halusinasi (-) dan ilusi (-), intelegensia baik, kemauan baik,
psikomotor normal. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya
kelainan pada pasien.
Rencana Terapi Menyeluruh

Farmakoterapi:
Sertraline 50 mg 1-0-0
Clobazam 10 mg 0-0-1

Psikoterapi
Psikoterapi individual dan keluarga dengan
mendiskusikan tentang stresor, episode depresi dan
perkembangan strategi untuk mengatasinya.
Pembahasan
Pembahasan
Pembahasan

Sehingga, pada pasien tersebut dapat ditegakkan


diagnosis gangguan afektif episode depresif sedang
karena pasien memiliki 2 gejala utama dan 3 gejala
lainnya yang berlangsung sekitar 2 bulan.
Penatalaksanaan pada pasien ini juga sesuai dengan teori
yaitu pemberian obat antidepresan Sertraline (gol. SSRI)
dan clobazam (gol. Benzodiazepin).
Pembahasan

pada gangguan depresi ketidakseimbangan kadar


neurotransmitter seperti serotonin, GABA, norepinefrin, dan
dopamin pada otak.
pemberian obat gol. SSRI sebagai inhibitor spesifik pada ambilan
kembali serotonin oleh neuron prasinaps sehingga kadar serotonin
tetap tinggi dan gejala dapat berkurang. Pada pasien ini diberikan
obat gol. SSRI yaitu sertraline 50 mg 1-0-0. Sertraline merupakan
obat gol. SSRI yang memiliki efek samping paling kecil dari obat-
obat yang lain. Dosis awal harus dimulai dengan 50 mg 1x/hari
dapat diberikan pagi atau malam hari.
Sedangkan pemberian obat gol. Benzodiazepin bekerja dengan
berikatan dengan tempat spesifik pada reseptor GABAA dan
menyebabkan peningkatan afinitas reseptor GABA terhadap
neurotransmitternya yaitu GABA, sehingga gejala dapat berkurang.
Pada pasien ini diberikan obat gol. Benzodiazepin yaitu Clobazam
10 mg 0-0-1.
Pembahasan

Diperlukan juga terapi kognitif dan perilaku berupa


terapi relaksasi, latihan pernapasan, dan instruksi
kepercayaan pasien yang ditujukan kepada pasien
sendiri, diharapkan dapat mengerti tentang keadaan
dirinya dan konseling kepada keluarga untuk
mendapatkan dukungan baik dalam pengobatan.
Gangguan Afektif Episode Depresi

Definisi
Gangguan ini mengacu pada keadaan emosi yang
menetap, bukan hanya ekspresi eksternal (afektif) pada
keadaan emosional sementara.
sekelompok tanda dan gejala yang bertahan selama
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, yang
menunjukkan penyimpangan fungsi habitual seseorang
serta kecenderungan untuk kambuh dalam bentuk
periodik atau siklik.
pasien dengan mood menurun menunjukkan hilangnya
energi dan minat, rasa bersalah, sulit berkonsentrasi,
hilang nafsu makan, serta pikiran mengenai kematian
dan bunuh diri.
Gangguan Afektif Episode Depresi

Etiologi

Faktor Biologis
Neuroimaging
Neurokimiawi
Regulasi Neuroendokrin

Faktor Genetik
Faktor Psikososial
Peristiwa Hidup dan Stres Lingkungan
Faktor Kepribadian
Gangguan Afektif Episode Depresi
Diagnosis
Berikut kriteria diagnosis episode depresif menurut PPDGJ-III
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat)
Afek depresif

Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

Berkurangnya energi, mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya :
Konsentrasi dan perhatian berkurang;
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
Tidur terganggu;
Nafsu makan berkurang .
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan
masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, namun
periode yang lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala sangat berat dan
berlangsung cepat.
Gangguan Afektif Episode Depresi
F32.0 Episode Depresif Ringan
Pedoman Diagnostik
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala
utama depresi seperti tersebut di atas;
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala
lainnya.
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-
kurangnya sekitar 2 minggu.
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan
kegiatan sosial yang biasa dilakukannya
Gangguan Afektif Episode Depresi
Episode Depresif Sedang
Pedoman Diagnostik
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala
utama depresi seperti pada episode depresi ringan
(F30.0)
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (sebaiknya 4)
dari gejala lainnya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-
kurangnya sekitar 2 minggu.
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah
tangga
Gangguan Afektif Episode Depresi
F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
Semua 3 gejala utama depresi harus ada.
Ditambah minimum 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya
harus berintensitas berat.
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)
yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
untuk melaporkan banyak gejalanya dengan detail. Jika hal ini terjadi,
penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih
dapat dibenarkan.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, namun jika gejala amat berat dan onsetnya sangat cepat,
diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu dapat dibenarkan.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan, atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang
sangat terbatas.
Gangguan Afektif Episode Depresi
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut
di atas;
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.
Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju ke stupor. Jika
diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan afek (mood-congruent).
Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Banyak studi mengenai perjalanan gangguan dan


prognosis gangguan mood menyimpulkan bahwa
gangguan mood cenderung memiliki perjalanan
gangguan yang lama dan sering kambuh.
Penatalaksanaan

Psikoterapi
Terapi Kognitif
Terapi Interpersonal
Terapi Perilaku
Terapi Berorientasi Psikoanalitik
Terapi Keluarga

Farmakoterapi
SSRI (fluoxetine, paroksetin, sertraline) adalah obat antidepresan
pilihan karena efektif, mudah digunakan, efek simpangnya relatif
lebih sedikit bahkan pada dosis tinggi. Semua agen ini lebih aman
daripada obat trisiklik dan tetrasiklik serta MAOI. Obat trisiklik dan
tetrasiklik (trazodone, alprazolam, mitrazapin) dapat menimbulkan
sedasi, sedangkan MAOI membutuhkan retriksi diet.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai