Anda di halaman 1dari 24

Pembayaran Pajak

Media Pembayaran
pembayaran/penyetoran pajak yang terutang
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).
Adapun yang dimaksud dengan Surat Setoran
Pajak (SSP) adalah surat yang oleh WP digunakan
untuk melakukan pembayaran atau penyetoran
pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor
Pos dan atau bank BUMN atau BUMD atau
tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan.
Macam SSP
SSP Standar
SSP Khusus
SSP Standar
SSP Standar adalah surat yang oleh WP
digunakan atau berfungsi melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke kantor penerima pembayaran dan
digunakan sebagai bukti pembayaran dengan
bentuk, ukuran dan isi yang ditetapkan.
Peruntukan SSP Standar
Lembar ke-1 : Untuk arsip WP
Lembar ke-2 : Untuk KPP melalui KPKN
Lembar ke-3 : Untu dilaporkan oleh WP
ke KPP
Lembar ke-4 : Untuk arsip kantor
penerimaan pembayaran
Lembar ke-5 : Untuk arsip Wajib Pungut
atau pihak lain sesuai dengan ketentuan
perundang perpajakan
Pajak yang dibayar dengan media SSP
Standar
SSP standar digunakan untuk pembayaran
semua jenis pajak, baik yang bersifat final
maupun yang bukan final, kecuali setoran PBB
(Pajak Bumi dan Bangunan) dan BPHTB (Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan).
SSP Khusus
SSP khusus adalah bukti pembayaran atau
penyetoran pajak terutang ke kantor penerima
pembayaran yang dicetak oleh kantor
penerima pembayaran dengan menggunakan
mesin transaksi dan alat lainnya yang isinya
sesuai dengan yang ditetapkan DJP dan
mempunyai fungsi yang sama dengan SSP
standar dalam administrasi perpajakan.
SSP Khusus Dicetak pada saat
Pada saat transaksi pembayaran atau penyetoran pajak
sebanyak 2 (dua) lembar, yang berfungsi sama dengan
lembar ke-1 dan lembar ke-3 SSP standar
Terpisah sebanyak 1 (satu) lembar, yang berfungsi sama
dengan lembar ke-2 SSP standar untuk diteruskan ke
KPKN sebagai lampiran Daftar Nominatif Penerimaan
(DNP).
SSP khusus dapat diperbanyak yang berfungsi sama
dengan lembar ke-5 SPP Standar sebagai pengganti
bukti potong/bukti pungut, dengan diberi cap dan
tanda tangan oleh pejabat yang berwenang oleh
Kantor Penerima Pembayaran.
Keterangan dalam SSP Khusus
NPWP
Nama WP
Identitas Kantor Penerima Pembayaran
Kode KAP (Kode Akun Pajak)/Kode Jenis Pajak Dan Kode
Jenis Setoran
Masa Pajak dan atau Tahun Pajak
Nomor Ketetapan (untuk pembayaran STP, SKPKB, atau
SKPKBT);
Jumlah dan tanggal pembayaran
NTTP (Nomor Transaksi Pembayaran Pajak) dan atau NTB
(Nomor Transaksi Bank) atau NTP (Nomor Transaksi Pos)
Pemakaian SSP Khusus
PPh atas pembayaran Fiskal Luar Negeri (Kode KAP/Jenis Pajak 411131, Kode Jenis
Setoran 100) yang dibayar di counter bandara dan pelabuhan laut (Mulai 2011
sudah tidak berlaku lagi)
PPh pasal 26 subjek pajak luar negeri (Kode KAP/Jenis Pajak 411127, semua Kode
Jenis Setoran) baik perorangan maupun Badan,
PPN yang terutang atas pengalihan aktiva dalam rangka restrukturisasi perusahaan
(Kode KAP/Jenis Pajak 411211, Kode Jenis Setoran 104)
PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP (Barang Kena Pajak) tidak berwujud atau
JKP (Jasa Kena Pajak) dari luar daerah pabean (Kode KAP/Jenis Pajak 411211, Kode
Jenis Setoran 102)
PPh Pasal 22 Impor dan PPN Impor atas barang bawaan penumpang, awak sarana
pengangkut, pelintas batas dan kiriman pos sebagaimana diatur oleh DJBC (DirJen
Bea dan Cukai) (Kode KAP/Jenis Pajak 411123, Kode Jenis Setoran 199);
PPh Orang Pribadi (Kode KAP/Jenis Pajak 411125, Kode Jenis Setoran 100 untuk
masa dan untuk tahunan 200)
PPh untuk Badan (kode KAP/Jenis Pajak 411126, Kode Jenis Setoran 100 untuk
masa dan untuk tahunan 200);
Tidak dapat menggunakan SSP Khusus
Pembayaran setoran pajak yang SSP-nya dapat
berfungsi sebagai pengganti bukti potong/ bukti
pungut antara lain pembayaran PPN impor, PPN
bendaharawan, PPh pasal 22 impor, PPh pasal 22
bendaharawan, PPh Final atas transaksi Pengalihan Hak
Atas Tanah dan Bangunan, dan PPh final atas
Persewaan Tanah dan Bangunan tidak dapat
menggunakan SSP khusus.
Satu SSP standar maupun SSP khusus hanya dapat
digunakan untuk pembayaran satu jenis pajak dan
untuk satu masa pajak atau satu tahun pajak/
ketetapan pajak, dengan menggunakan satu kode MAP
dan satu Kode Jenis Setoran.
Tempat Pembayaran pajak
Kantor Pos
Bank Badan Usaha Milik Negara/Daerah (misal
Bank Mandiri, Bank BNI46, Bank BRI, Bank DKI)
Bank-bank yang ditunjuk Direktorat Jenderal
Anggaran (misal Bank Lippo, Bank BCA, Bank BII,
Bank Danamon, dsb)
Untuk pembayaran fiskal Luar Negeri selain di
tempat-tempat tersebut di atas dapat dilakukan
pada loket-loket pembayaran yang telah
disediakan di Pelabuhan keberangkatan.
Batas Waktu Pembayaran Pajak
No Jenis Pajak Paling Lambat

1. PPh Pasal 29 (PPh Akhir bulan ke-4 (Badan) /


Tahunan Badan/ Orang akhir bulan ke-3 (OP)
Pribadi) tahun pajak berikutnya.
2. PPh Pasal 25 (angsuran tanggal 15 bulan takwim
bulanan) berikutnya.

3. PPN/PPn BM Akhir bulan berikutnya


sebelum SPT disampaikan

4. PPh Pasal 21 Masa Tanggal 10 bulan takwim


berikutnya.

5 PPh Pasal 23/26 Sda


Batas Waktu Pembayaran Pajak
No Jenis Pajak Paling Lambat

6. PPh Pasal 22 dan bersamaan dengan saat


PPN/PPn BM Import pembayaran Bea Masuk,
apabila pembayaran Bea
Masuk ditunda atau
dibebaskan, PPh Pasal 22,
PPN & PPnBM atas import,
harus dilunasi pada saat
penyelesaian dokumen
import
7. PPh Pasal 22, PPN & PPn harus disetor dalam jangka
BM atas impor yang waktu sehari setelah pe-
pemungutannya mungutan dilakukan.
dilakukan oleh Dirjen Bea
dan Cukai
Batas Waktu Pembayaran Pajak
No Jenis Pajak Paling Lambat

8. PPh Pasal 22 yang Pada hari yang sama dengan


pemungutannya pembayaran atas pe-nyerahan
dilakukan oleh barang yang dibiayai dari
Bendaharawan belanja negara, de-ngan SSP
yang diisi oleh dan atas nama
rekanan serta ditandatangani
oleh Bendaharawan.
9. PPh Pasal 22 dari harus dilunasi sendiri oleh
penyerahan oleh Wajib Pajak sebelum pene-
Pertamina atas hasil busan Delivery Order (DO).
produksinya, dari
penyerahan bahan
bakar minyak dan gas
oleh badan usaha lain,
dan dari penyerahan
gula pasir dan tepung
Batas Waktu Pembayaran Pajak
No Jenis Pajak Paling Lambat

9. PPh Pasal 22 dari harus dilunasi sendiri oleh


penyerahan oleh Wajib Pajak sebelum pene-
Pertamina atas hasil busan Delivery Order (DO).
produksinya, dari
penyerahan bahan
bakar minyak dan gas
oleh badan usaha lain,
dan dari penyerahan
gula pasir dan tepung
terigu oleh Badan
Urusan Logistik
Batas Waktu Pembayaran Pajak
No Jenis Pajak Paling Lambat

10. Pajak Penghasilan Pasal paling lambat tanggal 10


22 yang pemungutannya (sepuluh) bulan takwim
dilakukan oleh badan beri-kutnya.
tertentu sebagai Pemungut
Pajak selain badan
tersebut pada nomor 10
diatas
11. PPN & PPn BM yang selambat-lambatnya tanggal
pemungutannya dilakukan 7 bulan takwim berikutnya.
oleh Bendaharawan
Pemerintah
Batas Waktu Pembayaran Pajak
No Jenis Pajak Paling Lambat

12. PPN & PPn BM yang selambat-lambatnya tanggal


pemungutannya dilakukan 15 bulan takwim
oleh pemungut PPN selain berikutnya.
Bendaharawan Pemerintah
13. PPN dari penyerahan gula
harus dilunasi sendiri oleh
pasir dan tepung teriguPengusaha Kena Pajak
oleh BULOG sebelum penebusan
Delivery Order (DO).
14. Untuk STP, SKPKB dan paling lambat 1 (satu) bulan
SKPKBT, SK Pembetulan, sejak tanggal diterbitkan.
SK Keberatan, Putusan
banding
Batas Waktu Pembayaran Pajak
No Jenis Pajak Paling Lambat

1. PPh Pasal 29 (PPh Akhir bulan ke-4 tahun


Tahunan Badan/ Orang pajak berikutnya.
Pribadi)
2. PPh Pasal 25 (angsuran tanggal 15 bulan takwim
bulanan) berikutnya.

3. PPN/PPn BM Akhir bulan berikutnya

4. PPh Pasal 21 Masa Tanggal 10 bulan takwim


berikutnya.
Saat Pembayaran-Hal Khusus
Dalam hal tanggal pembayaran atau penyetoran
bertepatan dengan hari libur maka pembayaran atau
penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Pemotong/Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 21, 22,
23, atau 26 harus memberikan tanda bukti
pemotongan atau tanda bukti pemungutan kepada
orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut.
Khusus untuk karyawan atau pegawai tetap, hanya
diberikan bukti pemotongan tahunan selambat-
lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun takwim
berakhir.
Sanksi Terlambat / Tidak Membayar
pajak
Sanksi Administrasi Terlambat Membayar Pajak (Bunga Pasal 9 ayat (2a)
/(2b) UU KUP)
Apabila pembayaran atau penyetoran pajak dilakukan setelah tanggal
jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 % sebulan yang dihitung dari jatuh
tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari
bulan dihitung penuh satu bulan.
Sanksi Administrasi Kurang/Tidak Membayar Pajak (Bunga Pasal 19 (1) UU
KUP)
Apabila atas pajak yang terutang menurut SKPKB, atau SKPKBT, dan
tambahan jumlah yang masih harus dibayar berdasarkan SK Pembetulan,
SK Keberatan, atau Putusan Banding, pada saat jatuh tempo pembayaran
tidak atau kurang dibayar, maka atas jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar itu, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 %
sebulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo
sampai dengan tanggal pembayaran atau tanggal diterbitkannya Surat
Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
Pemindahbukuan
Dasar dilakukan Pemindahbukuan
Adanya Kelebihan Pembayaran pajak yang besarnya dinyatakan dalam
SKPLB;
Telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang yang
besarnya dinyatakan dalam SKPLB atas pajak yang seharusnya tidak
terhutang.
Adanya surat keputusan lainnya yang menyebabkan timbulnya kelebihan
pembayaran pajak yaitu antara lain; Surat Keputusan atas permohonan
keberatan/banding yang mengakibatkan kelebihan pembayaran pajak.
Adanya pembayaran yang lebih besar dari pajak terhutang dalam surat
ketetapan pajak yang mengakibatkan kelebihan pembayaran pajak.
Adanya pemberian bunga terhadap WP akibat keterlambatan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
Adanya kesalahan dalam mengisi SSP baik yang menyangkut WP Sendiri
maupun WP lain.
Adanya pemecahan setoran pajak yang berasal dari SSP menjadi beberapa
jenis pajak atau setoran dari beberapa WP.
Syarat Formal Pemindahbukuan
Diajukan secara tertulis dengan melampirkan :
a.Asli SSP yang akan dipindahbukukan
b.Asli PIB dalam hal Pbk dilakukan untuk pembayaran PPh Psl 22 / PPN Impor.
c. Daftar Nominatif WP yang menerima Pbk untuk pemecahan SSP oleh
Bendaharawan/Pemotong/ Pemungut
d.Fotokopi SPT Masa/Tahunan yg setorannya diajukan pbk beserta pembetulannya
e.Bukti potong asli PPh Pasal 23 dan surat pernyataan tidak pernah membuat bukti
potong PPh Pasal 23 dalam hal bukti potong tersebut belum pernah dibuat
f. Alasan pengajuan Pbk dan bukti-bukti pendukung lain yang diperlukan.
g.Dalam hal Nama dan pemegang asli SSP (yang mengajukan Pbk) tidak sama dengan
nama dan NPWP yang tercantum dalam SSP, maka pada permohonan disamping
harus dilampiri tersebut pada huruf a sampai dengan f juga harus dilampiri surat
pernyataan dari Wajib Pajak yang nama dan NPWP-Nya tercantum dalam SSP bahwa
SSP tersebut sebenarnya bukan pembayaran pajak untuk kepentingan sendiri dan
tidak keberatan dipindahbukukan kepada Wajib Pajak yang mengajukan Pbk.

Anda mungkin juga menyukai