Anda di halaman 1dari 18

KIMIA ANALISIS

HARTI WIDIASTUTI
PENDAHULUAN

Ilmu Kimia mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami melalui proses proses
alamiah maupun eksperimen yang direncanakan

Materi adalah setiap objek atau bahan yang membutuhkan ruang, yang jumlahnya diukur oleh suatu sifat yang
disebut massa

Materi dapat digolongkan :


- Zat tunggal : suatu zat yg komponennya terdiri atas zat2 dengan sifat kimia yang sama a/homogen
- unsur: zat tunggal yang paling sederhana dari materi dan tidak dapat diuraikan menjadi zat yang lebih sederhana
- Senyawa : zat2 yg terbentuk dari unsur2 melalui berbagai rx kimia
- Seny.organik : seny. Yg disusun o/karbon dgn beberapa unsur tertentu, nitrogen, hidrogen dan oksigen
- Seny.anorganik : seny. Yang dibentuk o/semua unsur kecuali karbon (C)
Contoh :tawas,garam dapur

Dalam bidang analisis farmasi identifikasi bahan baku yang digunakan sebagai
bahan obat atau bahan bantu tidak begitu banyak dilakukan.
Yang banyak dilakukan adalah identifikasi anion atau kation yang merupakan
bagian bahan obat, bahan baku, bahan bantu dan sediaan obat atau analisis
obat atau analisis anion atau kation ini yang berada sebagai pencemar
Unsur yang penting dalam bidang farmasi

Unsur Zat Arang (Karbo aktif)


Zat Asam (Oksigen)
Belerang (Belerang/Belerang halus)
Besi (Bubuk besi)
Dasar-dasar Teoritis Analisis Kualitatif
RUMUS KIMIA
A. Lambang Unsur
Untuk menyatakan komposisi zat-zat dan menggambarkan perubahan-perubahan
kualitatif dan kuantitatif yang terjadi sewaktu reaksi kimia secara tepat, singkat
dan langsung, kita gunakan lambang-lambang kimia dan rumus-rumus kimia.
Barzelius (1811)
Lambang unsur kimia dibentuk dari :
- Huruf pertama nama internasional (Latin) nya, dan
- Untuk kebanyakan unsur, disertai huruf kedua yang terdapat dalam nama yang
sama
- Huruf pertamanya ditulis dengan hruf kapital
Contohnya :
O (oksigen), H (hidrogen), C (karbon),
Ca (kalsium), Cd (kadmium), Cl (klor), Cr (krom), Cu (tembaga
atau kuprum), N (nitrogen), Na (natrium), K (kalium), dsb

Secara umum, lambang unsur itu menyatakan 1 atom untuk


unsur tersebut, contoh :
C menyatakan 1 atom unsur karbon atau 1 gram atom (12,11
gr) karbon
O menyatakan 1 atom oksigen atau 1 gramatom (15,9994 gr)
oksigen, dst...
B. Rumus Empiris
Untuk menyatakan komposisi atau susunan bahan yang
molekulnya terdiri dari atom-atom yang lebih banyak,
dipakai rumus empiris. Ini terdiri dari lambang unsur-
unsur yang membentuk zat tersebut.
Jadi, molekul-molekul karbondioksida terbentuk dari satu
atom karbon dan dua atom oksigen, maka rumus
empirisnya adalah CO2
Jika rumus empiris suatu senyawa diketahui , maka dapat tarik kesimpulan
tentang sifat fisika dan kimia zat itu :
a. Dari rumus empiris suatu senyawa, dapat kita lihat unsur-unsur apa
yang dikandung oleh senyawa itu dan berapa banyak atom dari masing-
masing unsur membentuk molekul senyawa itu.
b. Dari rumus empiris, massa molekul (bobot molekul) relatif dapat
ditentukan hanya dengan menjumlahkan massa atom (bobot atom)
relatif dari unsur-unsur yang membentuk senyawa itu
c. Berdasarkan rumus empiris, kita dapat dengan mudah menghitung,
jumlah relatif unsur-unsur yang terdapat dalam senyawa atau komposisi
persentase zat itu.
C. Valensi
adalah bilangan yang menyatakan berapa banyak atom hidrogen atau atom-atom lain yang
eqivalen dengan hidrogen , dapat bersenyawa dengan satu atom dari unsur yang
bersangkutan.
Contoh : hidrogen klorida (HCl), hidrogen bromida (HBr), hidrogen iodida (HI), air (H2O),
hidrogen sulfida (H2S), amonia (H3N), fosfina (H3P), butana (H4C), silana (H4Si).
Dengan melihat rumus empiris diatas, akan terlihat bahwa satu atom dari unsur Cl, Br, I akan
mengikat satu atom hidrogen untuk membentuk suatu senyawa yang stabil.
Sedangkan O dan S = 2 atom
N dan P = 3 atom
C dan Si = 4 atom

Inilah yang disebut


bilangan VALENSI
Dari sini jelaslah , bahwa valensi suatu unsur dapat ditetapkan dari komposisi
senyawanya dengan hidrogen
Beberapa unsur lain misalnya beberapa logam yang sama sekali tidak
bergabung dengan hidrogen , valensinya dapat ditentukan dengan
memeriksa komposisi senyawa- senyawa mereka yang terbentuk dengan klor
atau oksigen, dan menghitung berapa atom hidrogen yang digantikan oleh
unsur-unsur ini.
Contoh : magnesium klorida (MgCl2) = bervalensi 2
aluminium klorida (AlCl3) = bervalensi 3
aluminium oksida (Al2O3) = bervalensi 3
Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah
(kadar) absolut atau relatif dari suatu elemen atau spesies yg ada
di dalam sampel.
Analisis volumetri ialah analisis kimia kuantitatif dengan
menentukan volume larutan yang telah diketahui kadarnya, yang
akan bereaksi dengan sejumlah senyawa yang akan dianalisis.
Larutan baku yang digunakan untuk penentuan volumetri ini
disebut larutan baku
- Titrimetri
- Titran
- Titrat
- Larutan baku/larutan standard adalah larutan yg diketahui
normalita/molaritanya dengan tepat
-Normalita (N) menunjukkan kepekatan dari suatu larutan yang
dinyatakan dalam jumlah ekuivalen per liter larutan
- Molarita (M)menunjukkan kepekatan dari suatu larutan yang
dinyatakan dalam bentuk jumlah molekul per liter larutan
Pembakuan adalah cara yang digunakan untuk menentukan
normalita atau molarita suatu larutan
- Baku primer
- Baku sekunder
Contoh : larutan HCl dapat dibakukan dengan menggunakan
larutan baku NaOH atau natrium karbonat yang diketahui
kemurniannya.
Untuk dapat dilakukan analisis volumetri harus dipenuhi syarat2
sbb:
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat. Kebanyakan reaksi
ion memenuhi syarat ini
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan
persamaan reaksi. Bahan yg diselidiki bereaksi sempurna dgn
senyawa baku dgn perbandingan kesetaraan stoikiometris
3. Harus ada perubahan yg terlihat pd saat titik ekivalen tercapai,
baik secara kimia atau fisika
4. Harus ada indikator jika syarat 3 tidak dipenuhi. Indikator jg
dpt diamati dgn pengukuran daya hantar listrik
(potensiometri/konduktometri)
Alat-alat volumetri
Alat-alat yang dibutuhkan untuk analisa volumetri meliputi timbangan analitis
dan sejumlah alat-alat gelas yang berukuran seperti labu takar, gelas ukur, gelas
piala, erlenmeyer dll
Alat-alat volumetri dapat dibagi dalam 2 bentuk yaitu :
a. Yang dapat memberikan jumlah volum yang tepat dari suatu larutan seperti
buret, pipet
b. Yang dipakai untuk membuat sejumlah volum tertentu suatu larutan zat,
seperti labu takar, gelas ukur
Pembacaan buret : Permukaan cairan dalam tabung yang sempit selalu
melengkung, permukaan ini disebut meniscus
Pembacaan selalu dilakukan pada titik terendah dari meniscus kecuali untuk
larutan zat yang berwarna
Untuk memenuhi suatu penentuan volumetri ada empat
persyaratan yang harus dipenuhi :
1. Reaksi antara larutan baku dan zat yang hendak ditentukan
harus berjalan secara kuantitatif dan stoikhiometrik
2. Reaksi harus berjalan cepat yaitu secara praktis hanya sekejap
3. Konsentrasi senyawa dalam larutan baku harus betul-betul
diketahui atau harus dapat ditentukan dengan percobaan
blangko
4. Titik akhir penentuan volumetrik harus dapat ditentukan
dengan indikator visual atau secara elektrometrik.
Pengukuran dengan pipet ini dihindari untuk cairan yang mudah menguap, yang menggigit dan
cairan yang beracun
Kesalahan-kesalahan pemindahan cairan dengan pipet :
Volum yang ditunjukkan
dalam ml 1 2 5 10 25 50
Batas kesalahan dlm ml 0,006 0,006 0,01 0,02 0,03 0,05
Batas kesalahan dlm % 0,6 0,30 0,20 0,20 0,12 0,10
Kesalahan-kesalahan pengukuran pada labu takar :
Volum yang ditunjukkan
dalam ml 10 25 50 100 250 500 1000
Batas kesalahan dlm ml 0,02 0,03 0,05 0,08 0,12 0,05 0,30
Batas kesalahan dlm % 0,20 0,12 0,10 0,08 0,05 0,03 0,03
Penggolongan volumetri :
A. Berdasarkan reaksi kimia
Berdasarkan reaksi yg terjadi selama titrasi, dikelompokkan 4 jenis :
- Reaksi asam basa = berdasarkan pd perpindahan proton dr zat yg bersifat
asam atau basa
- Reaksi redoks = berdasarkan perpindahan elektron
-Reaksi Pengendapan (presipitasi)=berdasarkan terjadinya endapan yg sukar
larut
-Reaksi pembentukan kompleks = berdasarkan reaksi antara zat2 pengompleks
organik dgn ion logam menghasilkan senyawa yg mantap.
B. Berdasarkan cara titrasi : titrasi langsung dan titrasi kembali.
C. Berdasarkan jumlah sampel
1. Titrasi makro
jumlah sampel : 100-1000 mg
vol titran : 10-100 ml
Ketelitian buret : 0,02 ml
2. Titrasi semimikro
Jumlah sampel : 10-100 mg
vol titran : 1-10 ml
Ketelitian buret : 0,001 ml
3. Titrasi mikro
jml sampel : 1-10 mg
vol titran : 0,1-1 ml
Ketelitian buret : 0,001 ml

Anda mungkin juga menyukai