Anda di halaman 1dari 80

GERAKAN

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia
2017
Arahan Khusus Presiden
1 Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Revitalisasi Pendidikan Vokasi:


2
SMK Maritim, Pertanian/Pangan, Pariwisata, Ekonomi Kreatif.

3 Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Gerakan Nasional Revolusi Mental


1 Integritas

2 Kerja Keras (Etos Kerja)

3 Gotong Royong
MENGAPA PPK

a. Amanat Undang-Undang dan Kebijakan Nasional Pendidikan


UU Sisdiknas, Nawacita, Trisakti, RPJMN 2015-2019, Amanat Presiden RI, Kebijakan Kemendikbud

b. Fokus pada Penguatan Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter bukan produk baru, bukan mata pelajaran, bukan kurikulum baru tetapi merupakan
penguatan atau fokus dari proses pembelajaran dan sebagai poros/ruh/jiwa pendidikan

c. Penguatan Peran Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah dan Masyarakat


PPK mendorong penguatan ekosistem pendidikan (Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah dan Masyarakat).

d. Praktik-Praktik Baik
Kekayaan pengalaman dan praktik-praktik baik sekolah khususnya Kepala Sekolah dan Guru.

e. Keteladanan
Keteladanan dan perilaku baik Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua dalam keseharian.

f. Konsep Pembelajaran Dialogis


PPK Berbasis Kelas, PPK Berbasis Budaya Sekolah, PPK Berbasis Partisipasi Masyarakat.

g. PPK Terintegrasi dengan Seluruh Aktivitas KBM di Sekolah


3
LATAR BELAKANG

URGENSI PENGUATAN
KECENDERUNGAN GLOBAL
PENDIDIKAN KARAKTER DEFINISI PPK

PEMBANGUNAN SDM GERAKAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH


BERLANGSUNGNYA REVOLUSI SEBAGAI FONDASI UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER
DIGITAL PEMBANGUNAN BANGSA SISWA MELALUI HARMONISASI OLAH
HATI (ETIK), OLAH RASA (ESTETIK),
PERUBAHAN PERADABAN GENERASI EMAS 2045 YANG OLAH PIKIR (LITERASI), DAN OLAH
MASYARAKAT DIBEKALI KETERAMPILAN RAGA (KINESTETIK) DENGAN
ABAD 21 DUKUNGAN PELIBATAN PUBLIK DAN
MENGHADAPI KONDISI KERJA SAMA ANTARA SEKOLAH,
SEMAKIN TEGASNYA
FENOMENA ABAD KREATIF DEGRADASI MORAL, ETIKA, KELUARGA, DAN MASYARAKAT YANG
DAN BUDI PEKERTI MERUPAKAN BAGIAN DARI GERAKAN
NASIONAL REVOLUSI MENTAL (GNRM)
132711367
5
JUMLAH PENGGUNA INTERNET DI INDONESIA
(Juta)
140 132.7
120

100
88
80
63
60
42
40
25
20
20

0
2006 2008 2010 2012 2014 2016
Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2016
PERSENTASE

132,7 JUTA 51,8%|48,2%


Pengguna Internet Indonesia Laki-laki Perempuan

Persentase Pengguna Internet di Indonesia:

65%
Pengguna Internet di Sumatera 15,7% (20,7 Juta)
Pulau Jawa
86,3
Bali & Nusa 4,7% (6,1 Juta)
Kalimantan 5,8% (7,6 Juta)
Juta Orang Sulawesi 6,3% (8,4 Juta)
Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2016
Maluku & Papua 2,5% (3,3 Juta)
PERANGKAT YANG DIPAKAI

50,7%
67,2 Juta
Komputer Mobile & Mobile Mobile
Komputer
47,6%
63,1 Juta
Mobile & Komputer
1,7%
2,2 Juta
Komputer

Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2016


PERSENTASE PENGGUNA INTERNET DI INDONESIA

69,8% atau 34 JUTA PELAJAR


BERPOTENSI MENGAKSES
KONTEN-KONTEN NEGATIF
DI MEDIA SOSIAL

Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2016


KONTEN MEDIA SOSIAL YANG SERING DIKUNJUNGI

Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2016


TUJUAN

a. Mengembangkan platforma pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator
utama penyelenggaraan pendidikan, dengan memperhatikan kondisi keberagaman satuan pendidikan di seluruh wilayah
Indonesia
b. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan
keterampilan abad 21
c. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa
(estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik)
d. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa, pengawas dan komite sekolah)
untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter
e. Membangun jejaring pelibatan publik sebagai sumber-sumber belajar di dalam dan di luar sekolah
f. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)

11
Tujuan Pendidikan Nasional
(Pasal 3 UU No 20 Sisdiknas Tahun 2003)
Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.

Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha


Sikap Spiritual
Esa
Berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan demokratis
Sikap Sosial
serta bertanggung jawab
Pengetahuan Berilmu
Keterampilan Cakap dan kreatif

.... memanusiakan manusia ......


Tantangan Pendidikan

a. Optimalisasi pengembangan potensi siswa secara harmonis


melalui keseimbangan olah hati (etik), olah pikir (literasi), olah rasa (estetik), dan olah raga (kinestetik)

b. Besarnya populasi siswa, guru, dan sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia

c. Membangun sinergi dan tanggungjawab terhadap pendidikan karakter anak


antara sekolah, orang tua dan masyarakat

d. Tantangan globalisasi
Memperkuat kemampuan beradaptasi terhadap perubahan melalui penumbuhan nilai-nilai religiusitas dan kearifan
lokal bangsa

e. Terbatasnya pendampingan orang tua


Perlu peningkatan kualitas hubungan orang tua dengan anak di rumah dan lingkungannya

f. Keterbatasan sarana belajar dan infrastruktur


Keterbatasan prasana dan sarana sekolah, aksesibilitas dan sarana transportasi ke sekolah (jalur lembah, hutan, sungai,
dan laut), sehingga PPK perlu diimplementasikan bertahap.

13
Kondisi Lingkungan Strategis Bangsa
Lingkungan Politik dan Lingkungan Ideologi, Sosbud,
Lingkungan Demografi Hankam, dan Teknologi
Ekonomi

Populasi 254,9 juta jiwa (BPS, 2015). Peringkat Indeks Daya Saing Global: 41 Kekerasan, 1000 kasus sepanjang Tahun
Jumlah etnis di Indonesia 1340 etnik dari Sabang dari 138 Negara (WEF, 2016) 2016 (KPAI)
sampai Merauke (BPPB, 2016). Indeks Persepsi Korupsi Indonesia, Intoleransi, Radikalisme/Terorisme
Jumlah sekolah 297.368, Guru 3.439.794, Siswa peringkat ke-88 (Transparency Separatisme
49.186.235 (PDSPK, 2016). International, 2015), naik dari tahun 2014
Jumlah siswa TK 4.495.432, SLB 118.079, SD Narkoba/Perang Candu, 5,1 juta
yang berada di peringkat 107
25.885.053, SMP 10.040.277, SMA 4.312.407 dan pengguna, 15.000 meninggal setiap tahun
Penduduk miskin 10,86% sebesar 28,01 (BNN, 2016)
SMK 4.334.987 (PDSPK, 2016).
juta jiwa (BPS, 2016).
Jumlah bahasa daerah 646 dan suku bangsa 1.340 Pornografi dan Cyber Crime, 1.111 kasus
kelompok etnik (BPPB, 2017). Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,04% tahun 2011-2015 (KPAI), 767 ribu situs
sampai 5,18% (BPS, 2016) Pornografi diblokir Kemenkominfo selama
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia 2016: 113
(UNDP, 2017) Indeks Kebahagiaan: survei BPS tahun tahun 2016
2014 sebesar 68,28 pada skala 0-100, Penyimpangan Seksual, 119 komunitas
Keberagaman kondisi sekolah
Indeks Kebahagiaan Dunia peringkat 79 LGBT di Indonesia (UNDP, 2014)
Akreditasi A B C Belum dari 157 negara (PBB, 2016).
Krisis Kepribadian Bangsa dan
Daya Saing Industri Mebel terpuruk, 2,1 Melemahnya Kehidupan Berbangsa dan
SD 15,5% 50,2% 15,5% 18,9% juta orang terancam menganggur Bernegara
SMP 25,3% 32,5% 11,9% 30,3% (Kompas, 27 Maret 2017) 4
KARAKTER SEBAGAI POROS
PENDIDIKAN

Nawacita 8:
Melakukan Revolusi Karakter Bangsa
Membangun pendidikan
kewarganegaraan (sejarah
pembentukan bangsa, nilai-nilai
patriotisme dan cinta Tanah Air,
semangat bela negara dan budi
pekerti)
Penataan kembali kurikulum
pendidikan nasional
Mengevaluasi model penyeragaman
dalam sistem pendidikan nasional
Jaminan hidup yang memadai bagi
para guru khususnya di daerah
terpencil
Memperbesar akses warga miskin
untuk mendapatkan pendidikan

Gerakan Penguatan
Pendidikan Karakter
sebagai fondasi dan ruh
utama pendidikan.
15
PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER

Religius
Jujur Religius
Toleransi
Olah Hati Disiplin
(Etika)
Kerja Keras
Kreatif
Mandiri Integritas Nasionalis

Olah Olah
Demokratis
Rasa Ingin Tahu Nilai
Raga Pikir
Semangat Kebangsaan
Cinta Tanah Air Utama
(Kinestetika) (Literasi) Menghargai Prestasi
Bersahabat/Komunikatif
Cinta Damai
Gemar Membaca Gotong Mandiri
Olah Karsa Peduli Lingkungan Royong
Peduli Sosial
(Estetika) Tanggung Jawab
(dan lain-lain)

Filosofi Pendidikan Karakter Nilai-nilai Karakter Kristalisasi Nilai-Nilai


Ki Hajar Dewantara
*Nilai-nilai utama disesuaikan dengan GNRM,
kearifan lokal dan kreativitas sekolah 16
Religius
Sikap dan perilaku yang
taat/patuh dalam menjalankan Relasi dengan Sang Pencipta
ajaran agama yang Beriman dan Bertaqwa
dipeluknya, bersikap toleran, Menjalankan segala perintah-Nya
Disiplin beribadah
mencintai alam dan selalu
menjalin kerukunan hidup Tuhan
antar sesama.

Relasi dengan sesama Individu Harmoni dengan alam


Toleransi Bersih
Saling menolong Menjaga lingkungan
Saling menghormati Memanfaatkan
perbedaan keyakinan lingkungan dengan bijak
Sesama Alam
Nasionalis
Mengapresiasi, menjaga, mengembangkan kekayaan
budaya bangsa sendiri (kebijaksanaan, keutamaan,
tradisi, nilai-nilai, pola pikir, mentalitas, karya budaya)
dan mampu mengapresi kekayaan budaya bangsa lain
sehingga semakin memperkuat jati diri bangsa

Indonesia.
Teks
Sub Nilai Karakter Nasionalis:
Cinta tanah air
Semangat kebangsaan
Menghargai kebhinnekaan
teks Rela berkorban
Taat hukum
Mandiri

Sikap percaya pada


kemampuan, kekuatan,
bakat dalam diri sendiri,
tidak tergantung pada orang
lain
Sub Nilai Karakter Mandiri:
Kerja keras (etos kerja)
Kreatif dan inovatif
Disiplin
Tahan banting
Pembelajar sepanjang
hayat
Gotong Royong
Kemampuan bekerjasama untuk
memperjuangkan kebaikan bersama bagi
masyarakat luas, teurtama yang sangat
membutuhkan, marginal, dan terabaikan di
dalam masyarakat.

Sub Nilai Karakter Gotong Royong:


Kerjasama
Solidaritas
Kekeluargaan
Aktif dalam gerakan komunitas
Berorientasi pada kemaslahatan bersama
Integritas
Menyelaraskan pikiran,
perkataan dan perbuatan yang
merepresentasikan perilaku
bermoral yang kebenarannya
dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional.

Sub Nilai Karakter Integritas:


Kejujuran
Keteladanan
Tanggungjawab
Antikorupsi
Komitmen moral
Cinta pada kebenaran
IMPLEMENTASI KONSEP PPK
Diajarkan
PPK BERBASIS KELAS
Integrasi dalam mata pelajaran
Optimalisasi muatan lokal Dibiasakan
Manajemen kelas

PPK BERBASIS BUDAYA SEKOLAH Dilatih


Konsisten
Pembiasaan nilai-nilai dalam
keseharian sekolah
Branding sekolah
Keteladanan pendidik Menjadi
Ekosistem sekolah Kebiasaan
Norma, peraturan, dan tradisi
sekolah
Menjadi
PPK BERBASIS MASYARAKAT Karakter

Orang tua, Komite Sekolah


Dunia usaha
Akademisi Menjadi
pegiat pendidikan Budaya
Pelaku Seni, Budaya, Bahasa & Sastra
Pemerintah & Pemda
22
Membangun Generasi Emas 2045 yang dibekali
Keterampilan Abad 21
Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan setiap siswa

1 2 3
Kualitas Karakter Literasi Dasar Kompetensi
Bagaimana siswa beradaptasi Bagaimana siswa menerapkan Bagaimana siswa memecahkan
pada lingkungan yang dinamis. keterampilan dasar sehari-hari. masalah kompleks

Religius Literasi bahasa Berpikir kritis


Nasionalis Literasi numerasi Kreativitas
Mandiri Literasi sains Komunikasi
Gotong royong Literasi digital (teknologi Kolaborasi
informasi & komunikasi)
Integritas
Literasi finansial
Literasi budaya dan
kewarganegaraan

Sumber: Kemendikbud 2016


SIMULASI MODEL IMPLEMENTASI PPK
Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Nilai Karakter**
Penguatan Nilai Utama:
Waktu Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, Integritas
Kegiatan Pembiasaan:
Memulai hari dengan Upacara Bendera (Senin), Apel, menyanyikan lagu Indonesia Raya,
Lagu Nasional, dan berdoa bersama, kegiatan literasi.

Kegiatan PPK
Kegiatan Intra-Kurikuler: bersama orang tua:
Kegiatan Belajar Mengajar Interaksi dengan
Waktu
Belajar* orang tua dan
lingkungan /
sesama
Kegiatan Ko-Kurikuler dan Ekstrakurikuler:
Sesuai minat dan bakat siswa yang dilakukan di bawah bimbingan guru/pelatih/melibatkan
orang tua & masyarakat: Kegiatan Keagamaan, Pramuka, PMR, Paskibra, Kesenian, Bahasa
& Sastra, KIR, Jurnalistik, Olahraga, dsb.
Kegiatan Pembiasaan:
Sebelum menutup hari Siswa melakukan refleksi, menyanyikan lagu daerah dan berdoa
bersama.
*Durasi waktu tidak mengikat dan disesuaikan dengan kondisi sekolah 24
** Nilai-nilai karakter disesuaikan dengan GNRM, kreativitas sekolah, dan kearifan lokal
Pembiasaan dan Penumbuhan Karakter
(Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti)
MANFAAT DAN ASPEK PENGUATAN
MANFAAT ASPEK PENGUATAN
1. Penguatan karakter siswa dalam mempersiapkan daya saing 1. Revitalisasi manajemen berbasis sekolah dan partisipasi
siswa dengan kompetensi abad 21, yaitu: berpikir kritis, masyarakat
kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi
2. Pembelajaran dilakukan terintegrasi di sekolah dan di luar 2. Sinkronisasi intra kurikuler, ko kurikuler, ekstra kurikuler, dan
sekolah dengan pengawasan guru non kurikuler, serta sekolah terintegrasi dengan kegiatan
komunitas seni budaya, bahasa dan sastra, olahraga, sains,
serta keagamaan
3. Revitalisasi peran Kepala Sekolah sebagai manager dan 3. Deregulasi penguatan kapasitas dan kewajiban Kepala
kewajiban jam mengajar Guru sebagai inspirator PPK Sekolah/Guru dan pelatihan secara berkelanjutan

4. Revitalisasi Komite Sekolah sebagai badan gotong royong 4. Dukungan Permendikbud No. 75 Tahun 2016 tentang Komite
sekolah dan partisipasi masyarakat Sekolah dalam penyiapan prasarana/sarana belajar (misal:
pengadaan buku, peralatan kesenian, alat peraga, dll) melalui
pembentukan jejaring kolaborasi pelibatan publik
5. Penguatan peran keluarga sebagai pendidik pertama dan 5. Kebijakan pembelajaran 5 (lima) hari secara bertahap dengan
utama dalam penumbuhan dan pembiasaan karakter anak mempertimbangkan kondisi infrastruktur dan keberagaman
kultural daerah/wilayah
6. Kolaborasi antar K/L, Pemda, lembaga masyarakat, pegiat 6. Pengorganisasian dan sistem rentang kendali pelibatan publik
pendidikan dan sumber-sumber belajar lainnya yang transparan dan akuntabel

7. Mengembalikan evaluasi pembelajaran siswa menjadi hak dan 7. Kajian Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dan Pengembangan
wewenang guru baik secara pribadi maupun kolektif Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN)
40
PETA JALAN IMPLEMENTASI PPK

Implementasi
Mandiri dan Bertahap
Uji Coba 2 Tahun 2017 Tahun 2018
Sekolah Rintisan SD dan SMP SD dan SMP
Tahun 2016 dari 34 Provinsi dari 34 Provinsi
SD dan SMP dari 34 Jumlah = 9.830 sekolah Jumlah = 90.000 sekolah
Provinsi
Jumlah = 542 Sekolah
Dukungan Daerah
Kota Malang Kab. Bandung
Kab. Banyuwangi Kab. Purwakarta
Kab. Siak Kab. Pemalang
Kab. Gowa Kab. Bantaeng
Kab. Lamongan Prov. NTB (6 Kabupaten)
SURVEI KOMPAS
Menurut Anda, apakah Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dapat meningkatkan
kompetensi peserta didik?
3.80%

Metode Penelitian
11.30%
Jajak pendapat melalui telepon ini Ya, mampu
diselenggarakan Litbang Kompas
pada 26-28 April 2017.
Tidak mampu
Sebanyak 595 responden berusia minimal
17 tahun berbasis rumah tangga dipilih
secara acak bertingkat di 14 kota besar di Tidak tahu/tidak
Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, jawab
Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
Medan, Padang, Palembang, Pontianak,
Samarinda, Manado, Makassar, Ambon,
dan Denpasar. Jumlah responden
ditentukan secara proporsional di tiap
kota. Menggunakan metode ini, tingkat
kepercayaan 95 persen dan
nirpencuplikan penelitian 4,0 persen.
Meskipun demikian, kesalahan di luar
84.90%
pencuplikan dimungkinkan terjadi.
Sumber: Kompas, 3 Mei 2017
KONKLUSI

1. Gerakan PPK sebagai Poros Pendidikan


Terwujudnya Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai fondasi utama dari pembangunan karakter bangsa dan merupakan
transformasi dari penanaman nilai-nilai Pancasila secara berkelanjutan, utamanya melalui aspek keteladanan Kepala Sekolah,
Guru, Orang Tua, dan seluruh figur penyelenggara pendidikan serta tokoh-tokoh masyarakat.

2. Pembangunan Karakter merupakan Kewajiban Bersama


Terselenggaranya pembangunan karakter bangsa sebagai kewajiban seluruh Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Daerah,
Perguruan Tinggi, Pelaku Bisnis dan masyarakat/ komunitas, agar segenap sumberdaya yang dimiliki dapat dimanfaatkan
seluas-luasnya untuk kepentingan pendidikan karakter.

3. Dukungan Komitmen dan Regulasi Gerakan PPK


Terwujudnya komitmen dan dukungan regulasi terkait dengan: a) Revitalisasi peran Kepala Sekolah sebagai Manager;
b) Revitalisasi kewajiban 8 jam guru di sekolah; c) Implementasi Permendikbud No. 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah
sebagai badan gotong royong dan partisipasi masyarakat; d) Kegiatan pembelajaran 5 hari; e) Penguatan dan perluasan
kegiatan di sekolah dan luar sekolah (seni budaya, keagamaan, ekstra dan kokurikuler, literasi).

4. Memperhatikan Keberagaman dan Tingkat Kesenjangan


Tercapainya tahapan pelaksanaan PPK sesuai dengan keberagaman dan tingkat kesenjangan setiap satuan pendidikan yaitu di
perkotaan, sub-perkotaan, sampai daerah 3T dengan mempertimbangkan keterbatasan prasarana dan sarana sekolah, serta
aksesibilitas ke sekolah (jalur lembah, hutan, sungai, dan laut).

43
Guru yang baik bagaikan petani.
Mereka menyiapkan bahan
dan lahan belajar di kelas,
memelihara bibit penerus bangsa,
menyirami mereka dengan ilmu,
dan memupuk jiwa mereka
dengan karakter yang luhur.
Guru yang ikhlas adalah petani
yang mencetak peradaban.

Ahmad Fuadi, Sastrawan


Portal PPK
cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id
LAPORAN PERKEMBANGAN
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
(PPK)
DISKUSI KELOMPOK TERPUMPUN
Jumat, 7 Juli 2017

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia
2017
TIM IMPLEMENTASI PPK KEMENDIKBUD
Susunan Tim Implementasi PPK berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud
No.106/P/2017, yang terdiri dari:

A. Penasehat : Bapak Muhadjir Effendy


B. Ketua Tim Pengarah : Bapak Didik Suhardi
C. Tim Kelompok Kerja
Ketua : Arie Budhiman
Sekretaris : Ilza Mayuni
Koordinator Bidang Kajian dan Pengembangan : Hendarman
Koordinator Bidang Pelatihan : Garti Sri Utami
Koordinator Bidang Hubungan Antar Lembaga : Nono Adya Supriyatno
Koordinator Bidang Sosialisasi dan Publikasi : Ari Santoso
Koordinator Bidang Monitoring dan Evaluasi : Thamrin Kasman
D. Tim Pakar
47
Tim Pakar
1. Prof. Komarudin Hidayat (UIN Syarif Hidayatullah 12. Dr. Abduh Zen (Universitas Paramadina)
Jakarta) 13. Dra. Lise Chamijatin, M.Pd. (Universitas Muhammadiyah
2. Prof. Suyanto (Universitas Negeri Yogyakarta) Malang)
3. Prof. Supriyono (Universitas Negeri Malang) 14. Doni Koesoema A. M.Ed. (Universitas Multimedia
4. Prof. Waras Kamdi (Universitas Negeri Malang) Nusantara)
5. Prof. Djoko Saryono (Universitas Negeri Malang) 15. Itje Chodijah, MA. (Dewan Pendidikan DKI Jakarta)
6. Prof. Sunaryo Kartadinata (Universitas Pendidikan 16. Dra. Arbayah Yusuf, MA (UIN Sunan Ampel)
Indonesia) 17. Rien Safrina, MA.,PH.D. (Universitas Negeri Jakarta)
7. Prof. Noor Rochman Hadjam (Universitas Gadjah 18. Indarti M.Pd. (YP. Islam Nasima Semarang)
Mada) 19. Drs. Christian Nurseto, M.Pd. (Disdik Kab. Ponorogo)
8. Fauzan Amar S.Ag, M.M. (Universitas 20. Dr. Tita Lestari (Disdik Kab. Bandung)
Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka)
21. Erry Utomo, Ph.D. (Universitas Negeri Jakarta)
9. Dr. Biyanto (UIN Sunan Ampel Surabaya)
22. Dr. Edi Sutarto (Yayasan Pendidikan Athirah)
10. Latipun, Ph.D (Universitas Muhammadiyah
23. Muhammad Wahyuni Nafis (YP. Madania)
Malang)
11. Dr. Tulus Winarsunu (Universitas Muhammadiyah
Malang)
48
Laporan Perkembangan dan Data PPK
PERIODE 2016
NO KEGIATAN 2016 UNSUR PESERTA HASIL KEGIATAN
1 Penyusunan Pedoman Tim SK PPK: 1 Set Buku PPK:
dan Modul Pelatihan Akademisi/Perguruan 1. Konsep dan Pedoman PPK
PPK Tinggi 2. Panduan Penilaian PPK
Praktisi Pendidikan 3. Modul Pelatihan Bagi Guru
Unit Utama Kemendikbud 4. Modul Pelatihan Bagi Pengawas
5. Modul Pelatihan Bagi Kepala Sekolah
6. Modul Pelatihan Bagi Komite Sekolah
7. Pedoman Pelaksanaan Pelatihan Calon Fasilitator

2 Sosialisasi PPK Kepala Sekolah


Guru
538 Sekolah yang terdiri dari:
SD = 270 satuan pendidikan dari 34 provinsi,
Pengawas
151 Kabupaten, 62 kota
Komite Sekolah
SMP = 268 satuan pendidikan dari 31 provinsi,
123 kabupaten, 62 kota
3 Pembuatan laman cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id
LAPORAN PERKEMBANGAN DAN DATA PPK

KEGIATAN PPK 2017


NO KEGIATAN 2017 UNSUR PESERTA SASARAN DAN CAPAIAN
1 Pelatihan Calon Fasilitator PPK UPT Kemendikbud Telah terlatih sebanyak 471 peserta
Pejabat Kemendikbud
Satuan Pendidikan
Perguruan Tinggi
2 Pelatihan (Bimbingan Teknis) Kepala Sekolah Sasaran 2017 = 2.164 Sekolah
PPK untuk sekolah rintisan Pengawas
Guru (Per Juni 2017 telah tercapai 1.596 Sekolah
Komite Sekolah dengan jumlah 3.073 peserta)
3 Pelaksanaan PPK di Daerah 21 Kota/Kabupaten yang Akan dilaksanakan di 4.114 sekolah sesuai
Mandiri telah mengirimkan surat kemampuan masing-masing daerah (angka
bergerak dinamis)
4 Pengembangan Program PPK melalui DKT, Monev, dan Rakor Tim PPK

*Sumber: Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 50


Perkembangan Isu Aktual
DUKUNGAN DAERAH
Permendikbud No. 23 Tahun 2017

1. Kota Malang 16. Kab. Bandung


1. Dianggap mengancam pendidikan pesantren dan
Madrasah Diniyah (Madin) Aturan belajar 2. Kab. Banyuwangi 17. Kab. Purwakarta
mengajar lima hari dianggap akan berdampak
terhadap pembenahan kurikulum sekolah yang 3. Kab. Pemalang 18. Kab. Bantaeng
baru 4. Kab. Siak 19. Kota Gorontalo
2. Isu mata pelajaran Pendidikan Agama akan 5. Kab. Sleman 20. Kota Langsa
dihapuskan
6. Kab. Gowa 21. Kota Pekanbaru
3. Beban belajar 8 jam dianggap sangat
memberatkan siswa, mengambil jam belajar di 7. Kab. Sumbawa 22. Provinsi Riau
luar sekolah dan juga merampas jam bermain
anak. 8. Kab. Bima

4. Aspek sarana prasarana penunjang (daerah- 9. Kab. Lombok Tengah


daerah yang masih sulit terakses sarana 10. Kab. Malang
transportasi umum, keterbatasan ruang kelas, dan
sebagainya). 11. Kab. Pohuwato
5. Siswa yang berasal dari keluarga tak mampu, 12. Kab. Singkawang
biasanya usai pulang sekolah selalu membantu
orangtua, ada yang menjadi buruh tani, 13. Kab. Sumbawa Barat
berdagang, nelayan, dan sebagainya. 14. Kab. Dompu
15. Kab. Lamongan

51
Fokus & Tindak Lanjut Implementasi PPK
1. Percepatan dan Perluasan Implementasi PPK melalui Tim Asistensi dan Konsultasi PPK
di Daerah
25 orang Fasilitator Pusat sebagai Konsultan Pendamping
Menugaskan 395 orang Fasilitator PPK Daerah (UPT Kemendikbud, Praktisi Pendidikan, Sekolah
Rintisan)
Mengusulkan agar di masing-masing Provinsi memiliki Koordinator Asistensi dan Konsultasi PPK
melalui Dinas Pendidikan, penugasan LPMP, Dewan Pendidikan, dan Fasilitator daerah.

2. Identifikasi dan Pemetaan Sekolah/ Daerah yang telah siap mendukung PPK melalui
Kebijakan 5 Hari Sekolah dengan target sasaran intervensi secara bertahap
Intervensi implementasi PPK melalui 5 Hari Sekolah secara bertahap pada Kabupaten/Kota yang secara
aktif telah mendukung Kebijakan PPK (Diambil sampel masing-masing 1 SD dan 1 SMP dari 21 Kab/Kota)
Menyusun Pedoman Pelaksanaan dan Contoh Model Implementasi (intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler)
Menyiapkan Bantuan sebagai Insentif (peralatan seni/budaya, olahraga, literasi, bahasa/sastra, keagamaan)
Membangun Dukungan Kerjasama (Lembaga Pendidikan Agama, Seniman/Budayawan, Sastrawan, DUDI,
Babinsa TNI AD, Binmas Polri).
C. Fokus & Tindak Lanjut Implementasi PPK
3. Penyusunan mekanisme Monev dan Dukungan Survei
Melakukan penyempurnaan terhadap instrumen pemantauan dan evaluasi PPK.
Membuat konsep pemantauan dan evaluasi jangka pendek maupun jangka panjang.
Mengawal proses pelaksanaan pemantauan dan evaluasi PPK yang dilakukan oleh unit-unit terkait.

4. Penyusunan Strategi Komunikasi dan Publikasi PPK


Menyusun konsep strategi sosialisasi dan komunikasi PPK.
Melakukan koordinasi atas-bawah (top-down) internal Kementerian untuk menyamakan persepsi dan bahasa
komunikasi PPK terhadap pihak lainnya.
Mengolah dan menetapkan materi PPK menjadi bahan sosialisasi dan publikasi yang mudah dipahami oleh
publik.
Menyebarluaskan konten dan informasi PPK secara strategis kepada masyarakat.

5. Penyusunan Masukan/Saran untuk Draft Perpres PPK


R Ruang lingkup pengaturan Perpres
Aspek-aspek penguatan Permendikbud No. 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah
1. SD INPRES ABEALE 1 SENTANI KAB. JAYAPURA
NO ASPEK SEBELUM SESUDAH
1 Pengembangan Melaksanakan 6 Hari Sekolah Melaksanakan 5 Hari Sekolah, disetujui
Manajemen oleh Pemda/Pemkab setempat dan
Kelas akan diberlakukan tahun ajaran baru
2017.
2 Pengembangan Sikap santun dan ramah masih Sikap santun dan ramah meningkat
Budaya Sekolah minim dan membiasakan 5S (Senyum, Salam,
Sapa, Sopan, Santun).
3 Jaringan Minim kerja sama dengan orang Pelibatan orang tua mulai diintensifkan
Pelibatan tua dan masyarakat sekitar. disertai dengan pelibatan sektor
Masyarakat Perbankan, Pemerintah Kabupaten
Setempat, dan DUDI, khususnya dalam
program menghidupkan budaya bersih
dan sehat (higienis dan sanitasi).
1. SD INPRES ABEALE 1 SENTANI KAB. JAYAPURA

NO ASPEK SEBELUM SESUDAH


4 Sinkronisasi Kegiatan ko-kurikuler dan ekstra- Kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-
Intra/Ko/Ekstra kurikuler belum terintegrasi kurikuler diarahkan untuk
kurikuler dengan baik. mendukung PPK
Telah disusun dokumen kegiatan
harian PPK secara terstruktur dan
diimplementasikan dengan baik.
5 Implementasi Terdapat ruang ibadah/doa, Sarana ibadah/doa telah dilengkapi,
Nilai-nilai Utama namun penggunaannya belum serta penggunaannya lebih
maksimal dan sarana ibadah belum diintensifkan, yaitu dengan
lengkap menjadwalkan ibadah siswa sesuai
agamanya masing-masing disertai
bimbingan guru agama.
Dokumentasi (Foto)

Pembiasaan-pembiasaan baik SD Inpres Abeale 1 Sentani Jayapura


Kendala
1. Tempat tinggal beberapa siswa masih berada di wilayah pedalaman
yang sulit diakses oleh kendaraan bermotor. Beberapa siswa berjalan
kaki menuju sekolah, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit 1 jam.

2. Keterbatasan sumber daya sekolah terutama sarana belajar dan


lambatnya perubahan mindset guru-guru senior.
Rekomendasi

1. Dukungan insentif berupa bantuan prasarana dan sarana (peralatan


seni/budaya, olahraga, literasi, bahasa/sastra, keagamaan).

2. Peningkatan dukungan pelatihan kepada kepala sekolah, guru, komite


sekolah, pengawas sekolah dan Dinas Pendidikan daerah.

3. Dukungan tim asistensi dan konsultasi untuk percepatan dan perluasan


implementasi PPK.

4. Dukungan penyusunan instrumen monev secara mandiri melalui aplikasi


berbasis daring.

5. Dukungan penguatan koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan PPK


unit-unit utama Kemendikbud.
Terima Kasih

foto: anakbersinar.com
Hari Sekolah

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017

61
Ketentuan Umum dalam Permendikbud No 23 Tahun 2017
1. Sekolah adalah adalah bentuk kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan Taman Kanak-kanak
(TK)/Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB)/Raudatul athfal (RA), Sekolah Dasar (SD)/Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMPLB)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
(SMALB)/Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) yang
diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

2. Hari Sekolah adalah jumlah hari dan jam yang digunakan oleh guru, tenaga kependidikan,
dan peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan di Sekolah.
3. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
4. Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan yang mencakup pengelola satuan pendidikan, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium,
teknisi sumber belajar, tenaga administrasi, psikolog, terapis, tenaga kebersihan dan keamanan, serta tenaga dengan
sebutan lain yang bekerja pada satuan pendidikan.
5. Sumber Daya adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan
pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana.
6. Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Keppres secara spesifik mengatur hari kerja di instansi
pemerintah, sehingga tidak termasuk swasta.
62
Ketentuan Hari Sekolah (dalam seminggu)
HARI SEKOLAH WAKTU ISTIRAHAT PENAMBAHAN WAKTU ISTIRAHAT

1 (Satu) hari 5 (lima) hari 1 (Satu) hari 5 (lima) hari 1 (Satu) hari 5 (lima) hari

8 Jam 40 Jam > 0.5 (nol > 2.5 (dua


0.5 (nol 2.5 (dua koma lima) koma lima)
Tidak berlaku bagi peserta didik koma lima) koma lima) jam jam
TK, TKLB, RA atau sederajat jam Jam
Peserta Didik berkebutuhan
khusus dan layanan khusus dapat Waktu istirahat temasuk dalam tidak termasuk dalam perhitungan
mengikuti ketentuan Hari Sekolah jam dalam pelaksanaan Hari
sesuai dengan jenis kekhususan.
haris sekolah Sekolah.

Penetapan Hari Sekolah mulai dilaksanakan pada tahun pelajaran 2017/2018

Dalam hal kesiapan sumber daya (tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana)
pada sekolah dan akses transportasi belum memadai, pelaksanaan ketentuan Hari Sekolah dapat
dilakukan secara bertahap 63
Beban Kerja Guru

Beban kerja Guru meliputi:


1. merencanakan pembelajaran atau pembimbingan;
2. melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan;
3. menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan;
4. membimbing dan melatih Peserta Didik; dan
5. melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada
pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja
Guru

Beban kerja Guru dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

64
Kegunaan Hari Sekolah

Digunakan oleh Guru


untuk melaksanakan beban kerja Guru.

Digunakan oleh Tenaga Kependidikan


untuk melaksanakan tugas dan fungsinya.

digunakan bagi Peserta Didik untuk


melaksanakan kegiatan intrakurikuler,
kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
65
Kegiatan Hari Sekolah
INTRAKURIKULER KOKURIKULER EKSTRAKURIKULER
Kegiatan yang kegiatan di bawah bimbingan dan pengawasan Sekolah yang
dilaksanakan untuk kegiatan yang dilaksanakan bertujuan untuk mengembangkan Potensi, bakat, minat, kemampuan,
untuk penguatan atau kepribadian, kerjasama, kemandirian Peserta Didik secara optimal
pemenuhan kurikulum untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan.
sesuai dengan pendalaman kompetensi
dasar atau indikator pada ekstrakurikuler termasuk kegiatan:
ketentuan peraturan Krida
mata pelajaran/bidang sesuai
perundang-undangan kurikulum. karya ilmiah
meliputi antara lain kegiatan: latihan olah-bakat/olah-minat, dan
pengayaan mata pelajaran keagamaan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
ilmiah undangan.
pembimbingan seni dan Kegiatan keagamaan meliputi aktivitas keagamaan antara lain:
budaya, dan/atau madrasah diniyah
bentuk kegiatan lain untuk pesantren kilat
penguatan karakter Peserta ceramah keagamaan
Didik.
Katekisasi
Retreat
baca tulis Al Quran dan kitab suci lainnya.

* Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler pada Hari Sekolah apat dilaksanakan di Sekolah maupun di luar
Sekolah dan dapat dilakukan dengan kerja sama antar sekolah, Sekolah dengan lembaga keagamaan,
maupun Sekolah dengan lembaga lain yang terkait
66
Pemenuhan Sumber Daya Pada Sekolah
Pemerintah dan Pemda
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya wajib menjamin
pemenuhan sumber daya pada Sekolah yang diselenggarakan oleh Pemerintah pusat atau
pemerintah daerah, dan ketersediaan akses transportasi dalam penerapan ketentuan
tentang Hari Sekolah.

Masyarakat
Masyarakat penyelenggara pendidikan wajib menjamin pemenuhan sumber daya pada
Sekolah yang diselenggarakannya.

Kemdikbud
Kemdikbud sesuai kewenangannya melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala
terhadap pemenuhan sumber daya dan ketersediaan akses transportasi dalam penerapan
ketentuan Hari Sekolah.

67
Sekolah Yang Belum Dapat Melaksanakan Ketentuan

Peserta didik pada sekolah yang


Guru pada sekolah yang belum dapat
belum dapat melaksanakan ketentuan
melaksanakan ketentuan hari sekolah,
Hari Sekolah, tetap melaksanakan
tetap melaksanakan ketentuan 40
ketentuan jam sekolah sesuai beban
(empat puluh) jam dalam 1 (satu)
belajar pada kurikulum dan dapat
minggu untuk memenuhi beban kerja
melaksanakan kegiatan kokurikuler
guru
dan ekstrakurikuler.

68
NASKAH AKADEMIK (NA)
RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN
TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DASAR PENYUSUNAN NA

LAMPIRAN I
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2011
TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum


dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
SISTEMATIKA NA
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Kajian Teoritis
1. Pendidikan Karakter
2. Urgensi Pendidikan Karakter
3. Tujuan, Manfaat dan Implikasi Gerakan PPK
4. Konsep Dasar Pendidikan Karakter
5. Pembelajaran Efektif
B. Praktik Empiris
1. Kecenderungan Empirik di Berbagai Negara
2. Kecenderungan Empirik di Indonesia
BAB III LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS. PEDAGOGIS DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis
B. Landasan Sosiologis
C. Landasan Pedagogis
D. Landasan Yuridis
BAB IV JANGKAUAN DAN IMPLEMENTASI PPK
A. Jangkauan PPK
B. Prinsip Implementasi PPK
C. Pendekatan Implementasi PPK
D. Pelaksanaan PPK pada Lima Hari Sekolah
BAB VI PENUTUP
1
PENDAHULUAN
73
BAB 1 PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Tujuan dan Metode

1. Latar belakang memuat tentang pemikiran dan alasan konseptual penguatan Pendidikan
Karakter serta fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini (tawuran pelajar,
penggunaan narkoba, perilaku seks bebas dan menyimpang, kekerasan, dengan segala
bentuknya, serta perilaku menyimpang lainnya). Dukungan data-data faktual (data empiris)
disajikan sebagai bukti empiris fenomena yang terjadi serta pengungkapan mengapa suatu
permasalahan perlu dijawab melalui penguatan pendidikan karakter.

2. Identifikasi masalah mengungkapkan permasalahan moral yang terjadi saat ini ditingkat
individu, kelembagaan dan masyarakat

3. Tujuan mengungkapkan apa yang akan dicapai dari penyusunan naskah akademik

4. Metode memuat tentang teknik penyusunan naskah akademik yang menggunakan analisis
deskriptif dengan menguraikan kondisi nyata yang ada, potensi, masalah, peluang, dan
tantangan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter
2
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
75
Kajian Teoritis
Bagian ini memuat uraian mengenai materi yang bersifat teoritis, asas, praktik, perkembangan
pemikiran, serta implikasi sosial, politik, dan ekonomi, yang bersumber dari hasil-hasil
penelitian dan pendapat pemikiran yang dapat menguatkan bahwa penguatan pendidikan
karakter secara akademis perlu membutuhkan penguatan dari segi hukum. Materi yang bersifat
teoritis tersebut adalah :
1. Pendidikan Karakter
2. Urgensi Pendidikan Karakter
3. Tujuan, Manfaat dan Implikasi Gerakan PPK
4. Konsep Dasar Pendidikan Karakter
5. Pembelajaran Efektif

Praktik Empirik
Bagian ini memuat tentang Kecenderungan praktik-praktik Empirik di Berbagai Negara yang
telah melaksanakan pendidikan karakter disekolah (kawasan eropa, Malaysia, Singapura, Taiwan,
Jepang, Korea Selatan)

Selain itu berisi tentang praktik-praktik empirik di Indonesia yang mendukung penguatan
pendidikan karakter, misalnya Program Percontohan Pengembangan Karakter, penjelasan
tentang kurikulum 2013, pendidikan agama di Indonesia, dinamika lingkungan pendidikan, serta
implementasi pendidikan karakter melalui sekolah lima hari berdasarkan hasil-hasil kajian.
3
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS. PEDAGOGIS DAN YURIDIS
77

Landasan Filosifis
Memuat pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan PPK yang dibentuk
mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita falsafah bangsa Indonesia yang
diejawantahkan dalam Nawacita, Pancasila dan UUD 1945. Landasan Filosifis juga menggambarkan lima nilai
utama karakter bangsa (Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, dan Integritas)

Landasan Sosiologis
Memuat tentang pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa PPK untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai
perkembangan masalah dan kebutuhan PPK. Selain itu memuat tentang penjelasan Pranata pendidikan
merupakan salah satu pranata sosial dalam rangka proses sosialisasi dan atau enkulturasi untuk
mengantarkan individu ke dalam kehidupan bermasyarakat dan berbudaya

Landasan Pedagogis
Memuat tentang pertimbangan bahwa Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter
dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum disekolah dan dilaksanakan oleh tanaga
pendidik dan peserta didik.

Landasan Yuridis
Memuat tentang pernyataan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter telah digariskan dalam peraturan hukum
lainnya serta pelaksanaan implementasinya telah sesuai dengan paturan hukum lainnya yang telah berlaku.
Juga penjelasan bahwa implementasi PPK telah diamanahkan dalam Undang0undang Dasar dan Undang-
Undang lainnya
4
JANGKAUAN DAN IMPLEMENTASI PPK
79

Jangkauan PPK
Bagian ini memuat jangkauan pelaksanaan PPK baik di tingkat Pusat dan daerah serta penanan masing-
masing pihak. Bagian ini juga menjelaskan tentang konsep Tri Pusat Pendidikan disertai dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing pihak, sehingga nantinya peraturan PPK ini dilaksanakan oleh pihak-pihak
yang telah disebutkan.

Prinsip-prinsip Implementasi PPK


Bagian ini memuat tentang sembilan prinsip-prinsip yang harus dilaksanakan dalam implementasi PPK

Pendekatan Implementasi PPK


Bagian ini menjelaskan tentang tiga pendekatan utama sebagai prinsip penerapan PPK, yaitu berbasis kelas,
berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat. Penjelasan ketiga pendekatan ini dimaksdukan untuk
dapat membantu satuan pendidikan dalam merancang dan mengimplementasikan program dan kegiatan
PPK.

Pelaksanaan PPK pada Lima Hari Sekolah


Bagian ini memuat penjelasan tantang filosofi pelaksanaan implementasi PPK dengan pendekatan lima hari
sekolah dengan mengungkapkan fenomena-fenomena pola asuh anak serta kondisi-kondisi yang terjadi pada
anak-anak sekolah setelah jam pelajaran sekolah usai. Bagian ini juga menjelaskan tentang hasil-hasil kajian
yang mendukung pelaksanaan lima hari sekolah, aspek yuridis, praktik-praktik penyelenggaraan lima hari
sekolah di negara-negara lain dan di Indonesia serta manfaat penyelenggaraan sekolah lima hari.
Terima Kasih

80

Anda mungkin juga menyukai