Anda di halaman 1dari 12

Asuhan Keperawatan pada

pasien Miastenia Gravis


Definisi
Miastenia gravis adalah suatu kelainan
auto imun yang ditandai oleh suatu
kelemahan abnormal dan progresif pada
otot rangka yang dipergunakan secara
terus-menerus dan disertai dengan
kelelahan saat beraktivitas. Karakteristik
yang muncul berupa kelemahan yang
berlebihan dan umumnya terjadi kelelahan
pada otot-otot volunter dan hal itu
dipengaruhi oleh fungsi saraf cranial
(Dewabenny, 2008).
Etiologi
tidak diketahui dgn pasti
gangguan transmisi pada neuromuscular
junction (trasnmisi unsur saraf dgn unsur otot)
(Qittun, 2008).
Pathway of patofisologi
Gangguan autoimun yang merusak asetilkolin

Jumlah reseptor asetilkolin berkurang pada membrane

Kerusakan pada transisi impuls syaraf menuju sel-sel otot karena kehilangan kemampuan atau hilangnya reseptor normal membran
postsinaps pada sambungan neuromuskular

Penurunan neuromuskular

Kelemahan otot-otot

Otot-otot okular Otot wajah, laring, faring Otot volunter Otot pernafasan

Gangguan otot levator regurgitasi makanan Kelemahan otot rangka ketidakmampuan batuk,
Pelpebra ke hidung pd saat menelan, kelemahan otot-otot
suara abnormal, ketidakmampuan pernafasan
Ptosis dan diplopia menutup rahang 2. Hambatan mobilitas fisik

4. Gangguan citra diri 1. Ketidakefektifan pola nafas

3.Kerusakan komunikasi verbal Krisis Mistenia

Kematian
Manifestasi Kilinis
diplopia (Penglihatan ganda)
Ptosis (turunnya kelopak mata atas)
Kelemahan otot wajah, laring suara nasal
abnormal, tdk mampu menutup mulut karena
rahang menggantung
Kelemahan otot respirasi dipsneu, batuk
lemah, tdk mampu membersihkan lendir dari
trakea dan cabang-cabangnya
Kelemahan pada bahu, panggul dan semua
otot rangka
Pencetus manifestasi
Perubahan keseimbangan hormonal
Penyakit penyerta (ISPA, diare dan demam)
Gangguan emosi/stress
Alkoholik
KOMPLIKASI
Gagal nafas akut
Pneumonia
Mudah tersedak
Pemeriksaan Penunjang
1. Cholinesterase Inhibitor Drug Testing
2. Single Fiber Electromyography (SFEMG)
3. Repetitive Muscle Stimulation
4. Antibody Titer for Ach-R
5. CT Scan atau MRI
6. Thyroid Antibodi
7. Thyroxyn T3, T4
Penatalaksanaan
1) mempengaruhi transmisi neuromuskuler
Tidur 10 jam-an sehari, dgn aktivitas diselingi
istirahat
2) Meblokir pemecahan Ach dgn Pemberian
antikolineterasi (asetilkolineterasi inhibitor) pd
MG ringan
3) Thdp proses imunologika
timektomi, kortikosteroid dan terapi
imunomudulasi rutin dan imnunosupresif
dikombinasikan dgn Antibiotik serta penunjang
ventilasi pada MG generalis
4) Plasma Exchange
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
B-1 (Breating)
mengalami penurunan batuk efektif, produktif sputum, sesak nafas, penggunaan otot
bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernapasan, bunyi nafas tambahan seperti
ronchi atau stridor karen akumulasi sekret pada jalan nafas dan penurunan kemampuan
otot-otot pernafasan.
B-2 (Blood)
memantau perkembangan status kardiovaskular, terutama denyut nadi dan tekanan
darah yang secara progresif akan berubah sesuai dengan kondisi tidak mambaiknya
status pernafasan.
B3 (Brain)
Kelemahan otot ekstraokular yang menyebabkan palsiocular jatuhnya kelopak mata
atau dislopia intermiten, bicara klien mungkin disatrik.
B-4 (Bladder)
fungsi kandung kemih menurun, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
B-5 (Bowel)
Apakah ada kesulitan menelan mengunyah, disfagia, kelemahan otot diafragma dan
peristaltik usus turun.
B-6 (Bone)
mengetahui adanya gangguan aktifitas atau mobilitas fisik, kelemahan otot yang
berlebihan.
Diagnoda Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan kelemahan otot pernafasan.
2. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan
dengan kelemahan fisik umum, keletihan.
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan disponia, gangguan pengucapan kata,
gangguan neuromuskular, kehilangan kontrol
tonus otot vasial atau oral.
4. Gangguan citra diri berhubungan dengan
ptosis, ketidakmampuan komunikasi verbal.
Rencana Keperawatan
No NOC NIC Rasional
DX

I Dalam waktu 1X24 1. Kaji kemampuan ventilasi 1. Peningkatan RR dan takikardia merupakan
jam setelah diberikan 2. Observasi tanda-tanda vital (TD, nadi, indikasi adanya penurunan fungsi paru-paru
2. Untuk klien dengan penurunan kapasitas
intervensi pola RR, Suhu badan)
ventilasi, perawat mengkaji frekuensi pernafasan,
pernafasan klien 3. Kaji irama, frekuensi, dan kedalaman kedalaman, dan bunyi nafas, pantau hasil tes
efektif dgn kriteria pernafasan, laporkan setiap fungsi paru-paru (volume tidal, kapasitas vital,
hasil: perubahan yang terjadi. kekuatan inspirasi), dengan interval yang sering
Irama nafas reguler, 4. Baringkan klien dalam posisi yang dalam mendeteksi masalah paru-paru, sebelum
RR dan kedalaman nyaman dalam posisi duduk perubahan kadar gas darah anteri dan sebelum
tanpak gejala klinis.
pernafasan dalam perubahan yang terjadi.
3. Dengan mengkaji kualitas, frekuensi, dan
batas normal, bunyi kedalaman pernafasan, kita dapat mengetahui
nafas terdengar jelas, sejauh mana perubahan kondisi klien.
respirator terpasang 4. Penurunan diafragma memperluas daerah dada
dengan optimal. sehingga ekspansi paru bisa maksimal

II Setelah dilakukan Kaji kemampuan klien dalam melakukan


tindakan keperwatan aktivitas
3X24 jam psien tidak
mengalami injury
1. Pasien mampu
mengidentifikasi
faktor-faktor resiko dan
kekuatan individu yang
mampu mempengaruhi
toleransi terhadap
aktifitas.
2. Pasien berpartisipasi
dalam program
N
o
D
X

Anda mungkin juga menyukai