Anda di halaman 1dari 51

Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi langsung


1. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
melihat status gizi masyarakat. metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi, hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan
tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan ini biasanya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang unutuk mendeteksi secara
cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau
lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat
status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu
tanda (sign) dan gejala (symtom) atau riwayat penyakit.7,13
2. Biokomia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah
pemeriksaan spesimen yang di uji secara laboratoris
yang digunakan antara lain darah, urin, tinja dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti otot dan hati.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang
lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang
spesifik.
3. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah
metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dari jaringan.
Umumnya dapat digunakan dalam situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemik
(epidemic of night blindnes). Cara yang
digunakan adalah adaptasi gelap.
4. Antropometri

Secara umum antoprometri artinya ukuran tubuh


manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri
gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot
dan jumlah air dalam tubuh
Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

1. Survei konsumsi makanan


Survei konsumsi makanan adalah metode
penentuan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai
zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.
Survei dapat mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan zat gizi.
2. Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah


dengan menganalisa dan beberapa statistik
kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,
angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan
gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari
indikator tidak langsung pengukuran status gizi
masyarakat.
Faktor ekologi

Bengoa mengungkapkan malnutrisi merupakan


masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa
faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi,
dll.
Penggunaan faktor ekologi dipandang sangat
penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi
di suatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi .
ANTROPOMETRI

Di negara maju, antropometri dipakai untuk

kepentingan klinis dalam mendiagnosa

kegagalan tumbuh kembang dan kelebihan berat

badan pada anak.


ANTROPOMETRI

Adalah suatu pengukuran dari bermacam-macam ukuran


fisik dan komposisi tubuh pada berbagai kelompok umur
dan tingkat gizinya
Ukuran fisik : Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB), Lingkar
Kepala, Lingkar Lengan Atas (LILA)
Komposisi tubuh : Tebal Lemak, Fat Mass, Fat Free Mass
Berbagai kelompok umur : standar berbeda untuk tingkat
umur tertentu misal: untuk balita lain dengan untuk dewasa
Tingkat gizi : status gizi baik, status gizi kurang, status gizi
buruk, status gizi lebih
PENGUKURAN KOMPOSISI TUBUH

Pengukuran komposisi tubuh dikelompokkan

menjadi 2 macam pengukuran yaitu :

1.Pengukuran massa lemak tubuh

2.Pengukuran massa bebas lemak tubuh


Pengukuran Fisik

Pengukuran fisik dapat digunakan :


untuk mengidentifikasikan apakah penderita
kekurangan energi / protein / energi dan protein
atau tidak
untuk memonitor apakah ada perubahan setelah
dilakukan intevensi / terapi gizi
Beberapa Cara Pengukuran Fisik

Pengukuran Tinggi Badan


Dilakukan pada anak dan orang dewasa yang dapat berdiri
Pengukuran Panjang Badan
Untuk bayi atau anak < 2 tahun
Pengukuran Lingkar Kepala
Untuk mengukur pertumbuhan otak
Pengukuran Berat Badan
Dilakukan pada bayi dengan timbangan bayi
Dilakukan untuk anak dan orang dewasa yang dapat berdiri
dengan menggunakan beam balance scale
Pengukuran Panjang Lutut
Untuk mereka yang tidak bisa beridiri atau mengalami kelainan
pertumbuhan tulang belakang untuk memperkirakan Tinggi
Badannya
PARAMETER TINGGI BADAN
Tergantung pada faktor lingkungan dan
genetik. Tinggi badan manusia beragam
menurut pengukuran antropometri. Kelainan
variasi tinggi badan (sekitar 20%
penyimpangan dari rata-rata)
Pertumbuhan rata-rata untuk setiap jenis kelamin
dalam populasi berbeda secara bermakna, di mana
pria dewasa rata-rata lebih tinggi daripada wanita
dewasa. Selain itu, tinggi badan manusia juga
berbeda menurut kelompok etnis
Pertumbuhan tinggi badan biasanya berhenti ketika
lempeng pertumbuhan (lempeng efifisis) di ujung
tulang menutup. Penutupan ini terjadi sekitar usia 16
tahun pada wanita atau 18 tahun pada pria. Tetapi,
kadang-kadang pada sebagian orang, baru menutup
pada usia sekitar 20-21 tahun
Beberapa informasi yang menyebutkan tinggi badan
khususnya pada tulang rawan intervertebralis dan
efifisis masih dapat bertumbuh pada usia diatas 25
tahun
Rumus untuk menghitung Panjang Lutut disebut RUMUS
CHUMLEA bila Tinggi Badan tidak dapat diukur karena
ostoporosis, sakit dsb :
Pria TB (cm)=(2,02 x PL (cm)) ( 0,04 x umur (thn)) +
64,19
Wanita TB (cm)=(1,83 x PL (cm)) ( 0,24 x Umur
(thn))+ 84,88
ALAT UKUR TINGGI BADAN
microtoise staturmeter alat ukur tinggi badan 200 cm
adalah alat yang digantung di tembok setinggi 200 cm
atau 2 meter dari lantai.
tata cara pengukuran : merapat tegak di tembok dan
berada tepat di bawah stature-meter.
Seorang asisten atau temannya akan menarik
staturmeter hingga pas ubun-ubun kepala,
dan membaca hasil pengukuran pada jendela micro-
toise yaitu berupa angka dalam satuan centimeter.
PARAMETER LINGKAR KEPALA
Dapat digunakan untuk menilai status gizi
protein-energi pada masa 2 tahun pertama
kehidupan.
Pada keadaan kurang gizi kronik pada masa awal
kehidupan atau terjadinya gangguan
perkembangan janin semasa dalam kandungan
akan mengakibatkan menurunnya jumlah sel otak
dan pada akhirnya akan berpengaruh pada lingkar
kepala.
Di atas usia 2 tahun, pengukuran lingkar kepala
tidak lagi bermanfaat karena perkembangannya
sangat lambat.
PARAMETER
LINGKAR LENGAN ATAS ( LILA )
Pada masa pertumbuhan bayi dan balita,
berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel,
serta jaringan intraseluler pada tubuh bayi dan
balita. dengan kata lain ukuran-ukuran tubuhnya
akan membesar, misalnya ditandai dengan
meningkatnya berat dan tinggi badan, ukuran
lingkar kepala, lingkar lengan atas, menguatnya
tulang dan membesarnya otot, dan
bertambahnya organ tubuh lain seperti rambut,
kuku, gigi, dan sebagainya
LINGKAR LENGAN ATAS
Salah satu cara untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan
anak, adalah dengan menukur lingkar lengan atasnya.
berdasarkan standar Walanski,perkembangan ukuran lingkar lengan
atas bayi dan balita berdasarkan umur terbilang normal pada ukuran
berikut:
6- 8 bulan 14.75 cm
9-11 bulan 15.10 cm
1 tahun 16.00 cm
2 tahun 16.25 cm
3 tahun 16.50 cm
4 tahun 16.75 cm
5 tahun 17.00 cm
LINGKAR LENGAN ATAS
Lingkaran lengan atas adalah suatu cara untuk
menghitung skala gizi wanita usia subur, baik
ibu hamil maupun calon ibu untuk
mengidentifikasi wanita yang mempunyai
resiko melahirkan bayi berat badan rendah
(BBLR
Standar Pengukuran Fisik Antropometri

Standar Lokal :
Kartu Menujut Sehat (KMS) yang merupakan
modifikasi dari standar WHO

Standar Internasional
Standar NCHS
Direkomendasikan oleh WHO untuk menjadi standar
internasional, standar ini sudah mencerminkan
populasi sampel dari beberapa negara menurut umur
dan jenis kelamin
INDEX MASA TUBUH (IMT)

IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Klasifikasi :
Kurus
Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat bila IMT < 17,0
Kekurangan Berat Badan Tingkat Ringan bila IMT antara 17,0
18,5
Normal bila IMT antara 18,5 25,0
Gemuk
Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan bila IMT antara > 25,0
27,0
Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat bila IMT > 27,0
2. Pengukuran Komposisi Tubuh

Pengukuran komposisi tubuh ini ada kaitannya dengan


pengukuran lemak/timbunan lemak dan bagian lain yang
tidak ada lemak (otot)
Pengukuran komposisi lemak ini penting untuk mengetahui
apakah individu menderita malnutrisi / tidak
Pengukuran ini banyak dilakukan di Rumah Sakit untuk
mengetahui pasien menderita malnutrisi akut atau
malnutrisi kronis
Selain itu juga untuk memonitor perubahan fisik akibat
terapi nutrisi pada waktu yang lama
Sedangkan di masyarakat untuk mengetahui efektifitas
dari program gizi
Macam Pengukuran Komposisi Tubuh

1. Pengukuran Skinfold Thickness

Triceps skinfold
Biceps skinfold
Subscapular skinfold
Suprailiaca skinfold
Midaxillary skinfold

2. Pengukuran Lingkar Lengan Atas


PENAPISAN STATUS GIZI LANSIA
Lansia merupakan salah satu bagian dari siklus hidup
manusia yang menjadi tahap akhir dari kehidupan.
Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi.
Berdasarkan klasifikasi WHO, lansia terbagi menjadi 3 golongan yaitu:
a.Elderly: 60 75 tahun
b.Old: 76 90 tahun
c.Very Old: > 90 tahun

Kesehatan lansia sangat dipengaruhi oleh proses menua.


Proses menua adalah perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,
intrinsik, progresif, dan detrimentals ehingga menyebabkan
berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap lingkungan dan
kemampuan bertahan hidup.
Proses menua pada setiap individu dan organ tubuh berbeda-beda,
yang dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan, dan penyakit
degeneratif.
KOMPOSISI TUBUH

Tubuh manusia terdiri atas cairan dan zat padat.


- 40% tubuh manusia merupakan zat padat seperti protein, lemak, mineral,
karbohidrat, material organik dan non organik.
-60% komposisi cairan, 20% merupakan cairan ekstraselular dan 40% nya
adalah cairan intraselular.

Komposisi tubuh diisi oleh adipose dan massa jaringan bebas lemak.
Massa jaringan bebas lemak (lean body mass) terdiri atas otot, tulang,
serta cairan ekstraseluler.
Komposisi tubuh diukur untuk mendapatkan persentase lemak, tulang, air,
dan otot dalam tubuh.
Pengukuran komposisi tubuh juga ditujukan untuk mendeteksi kebutuhan
tubuh terhadap asupan makanan serta mendapatkan informasi yang
relevan terhadap upaya pencegahan dan penanganan penyakit.
METODE PENENTUAN KOMPOSISI TUBUH

Menurut Jellife (1996),


antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Pengukuran
antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur
status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara
asupan protein dan energy.
Gangguan yang terjadi biasanya dapat dilihat dari pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti
lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Definisi
Geriatri: suatu istilah yang terdiri dari kata geros
(usia lanjut) dan iatreia (merawat), geriatri
sendiri mengacu pada cabang dari ilmu
kedokteran yang berfokus pada pelayanan
kesehatan pada usia lanjut. Seseorang dikatakan
lanjut usia, jika telah mencapai usia diatas 60
tahun.
Definisi
Geriatri: cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
pada prinsipnya mengusahan masa tua yang
bahagia dan berguna (Depkes RI, 2000)

Pasien geriatri: seseorang yang berusia 60 tahun


dan disertai dengan banyak penyakit ataupun
penyakit yang kompleks (Comprehensive Geriatri
Asessment)
Berikut ini tabel penilaian komposisi tubuh yang dapat
dilakukan dengan pengukuran antropometri:

Penilaian Pertumbuhan
Penilaian Massa Bebas Lemak (Fat Free Mass)
Penilaian Massa Lemak (Fat Mass)
Lingkar kepala
Berat badan
Tinggi/panjang
badan
Rasio berat/tinggi
Tinggi lutut
Lebar siku
Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Mid-Upper Arm Muscle Circumference
(MUAMC)
Mid-Upper Arm Muscle (MUAMA)
Tricep skinfold
Biseps skinfold
Subscapular skinfold
Suprailiac skinfold
Mid-upper arm fat area
Rasio lingkar pinggang panggul
Pada lansia beberapa alat ukur perlu disesuaikan dengan kondisi
fisiologisnya. Seperti tinggi badan, pada lansia yang mengalami
keadaan bungkuk tidak mungkin dilakukan pengukuran tinggi badan
karena hasilnya tidak mungkin dapat menggambarkan ukuran tinggi
badan yang sebenarnya sehingga perlu dilakukan pengukuran lain
yang juga bisa menggambarkan tinggi badan lansia tersebut. Salah
satu alat ukur yang dapat digunakan adalah tinggi lutut.
Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau
nomogram bagi orang yang berusia diatas 59 tahun (Gibson, RS;
1993)
Pria: (2,02 x tinggi lutut) -(0,04 x umur) + 64,19
Wanita: (1,83 x tinggi lutut) (0,24 x umur) + 84,88
Selain dari tinggi lutut, tinggi badan lansia
dapat diprediksi dari panjang depa, dan tinggi
duduk. panjang depa relative kurang
dipengaruhi oleh
pertambahan usia, tetapi nilai panjang depa
pada kelompok lansia cenderung lebih rendah
dari dewasa muda.
PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH LANSIA

Proses menua mengakibatkan terjadinya kehilangan


massa otot secara progressif dan proses ini dapat
terjadi sejak usia 40 tahun, dengan penurunan
metabolism basal mencapai 2% pertahun.
seorang lansia berumur diatas 70 tahun, kehilangan
massa otot dapat mencapai hingga 40%.
Penurunan otot dan dan massa tulang, pada lansia juga
terjadi peningkatan lemak tubuh, dan perubahan
komposisi seperti ini sangat tergantung pada gaya
hidup dan aktivitas fisik lansia.
Jaringan Lunak

Dalam penilaian komposisi tubuh termasuk untuk mendapatkan


informasi mengenai jumlah dan distribusi lemak dapat dilakukan
dengan berbagai metode antara lain:
- Ultrasonic
- Densitometry (melalui penempatan air pada densitometer atau
underwater weighing)
-Teknik isotop dilution
-Metoda radiological
-Total electrical body conduction (TOBEC)
-Antropometri tebal lemak dengan skin-fold caliperyang dapat
mengukur tricep, bisep, suprailiak, dan subskapular
Perubahan Lain yang Berhubungan dengan
Komposisi Tubuh pada Lansia
Vitamin E
Pada lansia terjadi penurunan kebutuhan vitamin E. Perubahan ini terkait dengan:
-Penurunan massa otot dan BMR
-Rendahnya kebutuhan kalori untuk aktivitas fisik lansia
-Penurunan kebutuhan kalori untuk mencerna makanan yang Disebabkan oleh
penurunan asupan makan
Peningkatan kebutuhan protein
Meningkatnya kebutuhan protein disebabkan karena terjadinya penurunan
kecepatan dalam mensintesis protein.Dengan rendahnya asupan energy, retensi
nitrogen juga mengalami penurunan
Penurunan kepadatan tulang
Pada lansia terjadi penurunan total kalsium dalam tubuh sehingga densitas tulang
juga menjadi mengalami penurunan yang berarti. Pada keadaan ini terjadi
peningkatan risiko untuk terjadinya pengeroposan tulang
Pengukuran tinggi lutut
Selain dalam kondisi terlentang, pasien juga dapat diukur
dalam posisi duduk. adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut :
Pasien dalam kondisi duduk siap (badan tegak, tangan
bebas kebawah dan wajah menghadap kedepan)
Lutut kaki mebentuk sudut 90 derajat
Tempatkan alat pengukur tinggi lutut pada kaki sebelah kiri
Baca dan catat hasil pengukuran tersebut
Selanjutnya estimasi menggunakan rumus :
Laki-laki = 64,19 + (2,02 TL) (0,04 U)
Perempuan = 84,88 + (1,83 TL) (0,24 U)

Tinggi lutut
Orang yang diukur duduk pada kursi
Posisi duduk sempurna (badan tegak, tangan bebas
kebawah dan wajah menghadap kedepan)
Lutut kaki yang diukur membentuk sudut siku (900)
Tempatkan alat pengukur tinggi lutut pada kaki sebelah
kiri
Lakukan pengukuran
Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama
Catat angka hasil pengukuran
Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali
Posisi tidur
Pasien terlentang pada tempat tidur (usahakan
posisi tempat tidur/kasur rata/horizontal)
Tempatkan alat penyangga diantara lipatan paha
dan betis kaki kiri membentuk siku (900)
Beri bantuan dengan bantal pada bagian pantat
pasien jika alat penyangga terlalu tinggi.
Telapak kaki pasien membentuk siku (sudut 900)
Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki bagian
tumit dan lutut
Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama
Catat angka hasil pengukuran
Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali
Kategori IMT
Kekurangan BB tingkat berat < 17,0
Kurus Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 - <
18,5
Normal 18,5
22,9
Kelebihan BB tingkat ringan 23
24,9
Kelebihan BB tingkat moderat > 25
Gemuk
(Obes I) 29,9
Kelebihan BB tingkat berat > 30,0
(Obes II)
Panjang depa
Panjang depa relative kurang dipengaruhi oleh pertambahan usia.
Pada kelompok lansia terlihat adanya penurunan nilai panjang depa
yang lebih lambat dibandingkan dengan penurunan tinggi badan
sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang depa cenderung tidak
banyak berubah sejalan penambahan usia. Panjang depa
direkomendasikan sebagai parameter prediksi tinggi badan,

Pria = 118,24 + (0,28 x Panjang Depa) (0,07 x Umur) cm

Wanita = 63,18 + (0,63 x Panjang Depa) (0,17 x Umur) cm

Anda mungkin juga menyukai