risiko. Why? Keputusan /aktivitas bisnis ketidakpastian Ketidakpastian = risiko Risiko: Saling memperkuat Saling meniadakan Tidak berhubungan Risiko tidak dapat dihindari, karena itu risiko harus dikelola. Muncul kebutuhan akan manajemen risiko bagi setiap perusahaan atau organisasi agar: memberikan peran kepada manajer untuk mengelola risiko sehingga kepentingan pemegang saham terjamin Mengurangi sensitivitas laba dan harga saham terhadap perubahan variabel2 yang mempengaruhinya Memaksimumkan nilai perusahaan Meningkatkan peluang karier dan jaminan finansil bagi para manajer Risiko = kemungkinan terjadinya peristiwa - peristiwa yang dapat merugikan perusahaan karena adanya faktor ketidakpastian. Karakteristik risiko: Risiko akan terus berulang dan dapat diukur Risiko yang masih baru dan sulit diukur Resiko bergantung satu dengan yang lain Risiko bersiffat kompleks Risiko bisnis dapat dibedakan menjadi: risiko non-entrepreneurial risiko entrepreneurial Non-Entrepreneaurial risk: risiko yang muncul bukan karena keputusan atau kebijakan bisnis yang diambil dan dijalankan oleh manajemen. Contoh: Bencana alam, kebakaran, dll. Entrepeneurial risik: risiko yang muncul akibat keputusan bisnis yang diambil dan dijalankan oleh manajemen. Contoh: keputusan membangun pabrik baru, meluncurkan produk baru Melakukan merger, dll. Manajemen risiko: Suatu rangkaian prosedur dan dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor, dan mengontrol risiko yang muncul dari aktivitas bisnis perusahaan. Manajemen risiko melibatkan seluruh stakeholders: pemerintah, pemegang saham, dewan komisaris, dewan direksi, dll. Manajemen risiko harus diterapkan dalam setiap aktivitas bisnis: Keuangan dan investasi Operasional Pemasaran Pengadaan barang Rekruitmen karyawan dll Manajemen risiko telah dimulai sejak jaman kerajaan Babilonia ( 1500 SM) yang dikenal dengan konsep bottomry yaitu semacam asuransi untuk perkapalan yaitu menjaminkan kapal kepada orang meminjamkan modal. Era manajemen risiko pada bisnis modern First Age Second Age Third Age Tipe risiko Solusi Non entrepeneurial Entrepreneurial Fokus Asuransi Preventif Strategi Internal Eksternal
Tidak terkooedinan Sistematis
1995: Australia 1998: Inggris 2001: Jepang 2003: Amerika Serikat Negara lain Peraturan semakin ketat (standar manajemen risiko) Asuransi semakin mahal Perilaku konsumen: semakin sadar risiko Publik yang semakin kritis Perilaku manajemen Kendala: Sebagian personel pada posisi strategis menganggap sudah tahu banyak dan enggan menerima perubahan Kekeliruan memprioritaskan risiko Kegagalan memonitor risiko Ketakutan menghadapi risiko Manajemen risiko yang baik harus diawali dengan perencanaan yang baik. Implikasi dari perencanaan yang kurang baik: Entrepreneuri Non- Hasil Efek al Risk Entrepreneurial Rik Kurang Kurangnya Indikasi Kerugian Kerugian perencanaan yang tampak manusia, keuangan, dll Risk Risk assessment Kontrol Kesuksesan assessment yang tepat risiko maksimal yang tepat Respon setiap orang atau perusahaan terhadap risiko berbeda-beda. Respon terhadap risiko ini biasa disebut risk preference atau risk appetite (selera terhadap risiko). Contoh: Perusahaan kecil yang agresif melakukan ekspansi akan lebih berani menanggung risiko dibanding perusahaan besar yang sudah mapan. Dengan memahami risk appetite, perusahaan dapat menentukan risiko apa yang akan diambilnya sehingga keputusannya menjadi lebih konsisten dan rasional. Karena itu penting bagi perusahaan untuk menentukan risiko maksimal atau risk tolerance yang bersedia ditanggunnya. Penetapan risk tolerance harus didasarkan pada situasi dan kesanggupan perusahaan untuk menanggung risiko. Bank Indonesia: Risko kredit Risiko pasar Risiko likuiditas Risiko kepatuhan Risiko oprasional Risiko hukum Risiko reputasi Risiko strategi Sadgove (2005): risko operasional Risiko strategi Risiko kepatuhan Lam (2007): Risiko pasar Risiko kredit Risiko operasional Risiko bisnis Risiko organisational Risiko tidak berdiri sendiri, ia berkaitan dengan aspek-aspek berikut: 1. Exposure: Kerugian maksimum yang harus ditanggung perusahaan jika terjadi sesuatu yang buruk. Contoh: Perusahaan A melakukan investasi saham sebesar Rp100 juta sehingga exposure yang dihadapinya adalah nilai investasi sahamnya sebesar Rp 0. Perusahaan B melakukan investasi saham senilai Rp 1 miliar sehinggga exposure-nya sebesar Rp 0. Jelaslah bahwa perusahaan B menanggung exposure yang lebih dari besar dari perusahaan A. 2. Volatility: Variasi atau fluktuasi atau naik/turunnya hasil dari suatu kegiatan/keputusan perusahaan. Contoh: fluktuasi harga saham A berkisar 10% - 20%, sedangkan fluktuasi harga saham B berkisar 15% - 30%. Jelaslah bahwa harga saham B lebih volatile dari saham A. 3. Probability: Kemungkinan terjadinya sesuatu yang mengandung risiko. Semakin besar probabilitas terjadinya sesuatu yang berisiko, semakin besar pula risiko yang harus ditanggung. Contoh: probabilitas harga produk A mengalami penurunan adalah 25% sedangkan probabilitas harga produk B mengalami penuruan adalah 10%. Jelaslah bahwa produk B mengalami risiko penurunan harga yang lebih kecil. 4. Severity: Tingkat keparahan atau keseriusan terjadinya suatu risiko. Secara teoritis exposure keuntungan sebuah saham adalah Rp 0. Tetapi severity-nya bisa di bawah Rp 0 atau negatif. 5. Time horizon Semakin panjang/lama dampak dari suatu keputusan, semakin besar risiko yang harus ditanggung. 6. Correlation: Derajat keeratan dan arah hubungan antara 2 variabel. Dua veriabel bisa berhubungan erat atau sebaliknya dan hubungan kedua variable tersebut bisa searah (positif) atau berlawanan arah (negatif). Semakin erat dan berlawanan korelasi dua variabel, semakin kecil risiko, vise versa. Contoh: Keuntungan saham A dan B mempunyai koefisien korelasi sebesar -0,85. Hal ini mengindikasikan bawah jika keuntungan saham A naik 1% maka keuntungan saham B turun 0,85%. 7. Capital Modal terutama dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan kas (untuk membayar bahan baku misalnya) dan membayar kerugian yang telah diperkirakan sebelumnya. Contoh: perusahaan menjual produk secara kredit atau piutang sebesar Rp1 juta. Tingkat severity ditetapkan Rp 500 ribu, tetapi pelanggan hanya mampu membayar sebesar Rp 400 ribu. Karena itu dibutuhkan tambahan modal sebagai cadangan untuk menutupi kerugian tersebut yaitu Rp600 ribu. Manajemen risiko harus dikelola secara terstruktur agar perusahaan: dapat meminimumkan risiko Meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional mempromosikan budaya peduli risiko Untuk itu dibutuhkan suatu pendekatan manajemen risiko secara terintegratif yang disebut enterprise risk management (ERM). Pengintegrasian manajemen risiko ini dilakukan melalui: Pengintegrasioan organisasi risiko dengan membentuk unit atau divisi menajemen risiko dengan mengangkat chief risk officer (CRO) Pengintegrasion strategi transfer risiko melaui penggunaan asuransi, derivatif, dan intrument lainnya. Pengintergrasian manajemen risiko ke dalam proses bisnis perusahaan sehingga mengoptimalan kinerja bisnis. ERM diharapkan akan memberi manfaat bagi perusahaan: Efektivitas organisasi Melalui ERM maka CRO dapat melakukan koordiniasi vertikal dan horisontal untuk mengelola risiko Pelaporan risiko Melalui ERM maka CRO wajib penyampaikan pelaporan risiko kepada direksi (top manajement) mengenai kebijakan pengelolaan risiko sehingga dapat dievaluasi keberhasilannya. Kinerja bisnis Penerapan ERM diharapkan akan meningkatkan kinerja bisnis. Tahapan penerapan ERM: Proses manajemen risiko dan siterm informasi manajemen risiko Sistem pengendalian internal manajamen risiko Kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko Pengawasan aktif oleh direksi dan komisaris Program ERM: 1. Tata kelola perusahaan: tanggung jawab dan wewenang komisaris Tanggung jawab dan wewenang direksi 2. Manajemen lini: Mengintergrasikan manajemen risiko dalam setiap aktivitas bisnis dalam setiap lini perusahaan 3. Manajemen portofolio: Pengelolaan eksposur, diversifikasi dan pengawasan manajemen risiko 4. Transfer risiko: Penetapan mekanisme tranfer risiko ke pihak ketiga melalu asuransi, derivatif, dll. 5. Analisis risiko: Menentukan teknik pengukuran, analisis dan pelaporan risiko 6. Sumber daya dan teknolgi pendukung tercapainya ERM 7. Manajemen stakeholders Menentukan mekanisme penyampaikan dan pelaporan informasi manajemen risiko kepada stakeholders. ANY QUESTION ????