Cushing Syndrome Dan SIADH
Cushing Syndrome Dan SIADH
dan SIADH
Alex Susanto 131511133095
Anatomi Fisiologi
Kelenjar Adrenal
Merupakan kelenjar suprarenalis pada bagian dekstra dan sinistra,
berat rata-rata 5-9 gr. Fungsinya:
Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam
Mengatur metabolisme lemak, KH, dan protein
Memengaruhi aktifitas jaringan limfoid.
Kelenjar adrenal terdiri dari medula adrenal dan korteks adrenal.
Medula adrenal bag. Saraf otonom, penghasil epi dan norephinephrine
(katekolamin).
Korteks adrenal zona glomerulosa, fasikulata, dan retikularis.
Menghasilkan hormon glukokortikoid, mineralokortikoid, dan androgen.
Glukokortikoid disekresi akibat rangsangan ACTH anterior hipofisis.
Fungsinya adalah menekan respon inflamasi dan manifestasi alergi. Bila
glukokortikoid ++ DM, ulkus pept, atrofi otot dsb.
Mineralokortikoid aldosteron, pengatur kadar natriuremi.
Androgen hormon seks.
Definisi Cushing Syndrome
Cushing Syndrome atau Sindrom Cushing merupakan suatu
keadaan yang disebabkan oleh efek metabolik gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap.
Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena
pemberian dosis farmakologik (senyawa glukokortikoid).
Definisi
Sindrom Cushing dibagi menjadi:
S.C. Dependen ACTH
S.C. Independen ACTH
Sindrom Cushing Iatrogenik pada penderita reumatoid arthritis,
asma, limpoma dan gangguan kulit umum yang menerima
glukokortikoid sintetik sebagai agen antiinflamasi.
Sindrom Cushing Spontan hiperfungsi korteks adrenal terjadi
sebagai akibat rangsangan berlebihan oleh ACTH atau sebagai akibat
patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal.
Hiperfungsi korteks adrenal mungkin disebabkan oleh sekresi
ACTH kelenjar hipofisis yang abnormal dan berlebihan.
Ditemukan oleh Harvey Cushing 1932 penyakit cushing
80% pasien mengalami adenoma hipofisis, 20% sisanya
hiperplasia hipofisis kortikotrop masih tidak jelas.
Bisa karena sekresi ACTH ++, hilangnya irama sirkadian normal
ACTH, dan berkurangnya sensitifitas sistem kontrol umpan
balik ke tingkat kortisol dalam darah.
Kadar ACTH tinggi ditemukan pada pasien dengan neoplasma.
Etiologi
Sindrom Cushing dapat disebabkan pemberian glukokortikoid
jangka panjang dalam dosis farmakologik (iatrogen) atau oleh
sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal spontan respon stres,
insufisiensi adrenal.
Patofisiologi
Sindrom cushing disebabkan oleh pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam
dosis farmakologik atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan axis
hipotalamus-hipofisis-adrenal.
Penyebab cushing sindrom adalah peninggian kadar glukokortikoid dalam darah
yang menetap. Untuk lebih memahami manifestasi klinik sindrom chusing, kita
perlu membahas akibat-akibat metabolik dari kelebihan glukokortikoid. Korteks
adrenal mensintesis dan mensekresi tiga jenis hormon:
c. Androgen
Efek Metabolik Glukokortikoid
Kelebihan glukokortikoid dapat memicu perubahan:
Metab. Protein dan KH. meny. Penurunan kemampuan sel-sel pembentuk
proteinatrofi kulit, mudah rusak, luka lama sembuh, muncul striae, mudah memar
karena penipisan dinding vaskuler, otot lemah, osteoporosis kolaps vertebrae,
glukokortikoid ++glukoneogenesis, mengganggu kerja insulin, hiperglikemia.
Distribusi jaringan adiposaobesitas, moon face, supraklavikularis memadat, tonjolan
servikodorsalis, cushingoid (obesitas trunkus, tangan kaki kurus akbt atrofi otot).
Elektrolit, retensi natrium dan pembuangan kalium, edema, hipokalemia, alkalosis
metab.
Sistem kekebalan, gktd mengganggu pembentukan antibodi humoral dan
menghambat pusat germinal limpa serta jar.limfoid pd respon primer thd antigen.
Gktd juga menekan reaksi hipersensitivitas lambatmengubah tes kulit TB dari + jadi
-.
Sekresi lambung, 2HCL dan pepsin++, proteksivitas mukosa berubah mudah ulkus.
Fungsi otak, ketidak stabilan emosi, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
Dapat normal bila kortisol normal kembali.
Eritropoiesis, merangsang pelepasan neutrofil.
Menekan peradangan.
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan laboratorium sederhana, didapati limfositopeni, jumlah netrofil
antara 10.000 25.000/mm3. eosinofil 50/ mm3 hiperglekemi (Dm pada 10 % kasus)
dan hipokalemia.
Pemeriksaan laboratorik diagnostik. Pemeriksaan kadar kortisol dan overnight
dexamethasone suppression test yaitu memberikan 1 mg dexametason pada jam 11
malam, esok harinya diperiksa lagi kadar kortisol plasma. Pada keadaan normal kadar
ini menurun. Pemerikaan 17 hidroksi kortikosteroid dalam urin 24 jam (hasil
metabolisme kortisol), 17 ketosteroid dalam urin 24 jam.
Tes-tes khusus untuk membedakan hiperplasi-adenoma atau karsinoma :
b. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan
maka sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis.
Osteoporosis
Diabetes Melitus
Hipertensi
Prognosis
Sindrom Cushing yang tidak diobati akan fatal dalam beberapa
tahun oleh karena gangguan kardiovaskular dan sepsis.
Setelah pengobatan radikal kelihatan membaik, bergantung
kepada apakah gangguan kerusakan kardiovaskular
irreversible. Pengobatan substitusi permanent memberikan
resiko pada waktu pasien mengalami stress dan diperlukan
perawatan khusus. Karsinoma adrenal atau yang lainnya cepat
menjadi fatal oleh karena kakeksia dan/atau metastasis.
NDX
a. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kelemahan
dan perubahan metabolisme protein.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
penampilan fisik.
d. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
suasana hati, mudah tersinggung dan depresi.
e. Nyeri berhubungan dengan perlukaan pada mukosa
lambung.
f. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intak in adekuat.
g. Potensial komplikasi: Hiperglikemia.
Syndrome of
Inappropriate Anti
Diuretic Hormone
Secretion
Anatomi Fisiologi
Hormon antiduratik atau disebut juga arginine vasopresin dihasilkan oleh ujung
akson saraf hyphotalamus yang masuk ke dalam hipofisis posterior, hormon ini
kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan kemudian dihancurkan oleh hati.
Kerja dari ADH adalah menurunkan jumlah kehilangan air melalui ginjal dengan
cara meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentus ginjal. Reabsorpsi air
akan meningkatkan volume dan menurunkan osmolaritas cairan ekstra seluler,
disamping itu peningkatan reabsorpsi air menurunkan volume dan konsentrasi
urine, produksi ADH juga mengakibatkan vasokontriksi dari pembuluh darah perifer
dan membantu peningkatan tekanan darah.
Pelepasan ADH di stimuasi oleh adanya peningkatan osmolaritas plasma, adanya
kekurangan volume cairan eksterna dan penurunan tekanan darah serta stimulus
lain seperti oleh angiotensin II, nyeri, ipiat, nikotin, barbiturat, obat anti DM. ADH
dihambat oleh alkohol, sehingga pada orang yang mengkonsumsi alkohol akan
meningkatkan eskresi cairan. Hiperekresi ADH mengakibatkan Syndrome of
inapproppriate ADH secretion (SIADH) dengan manifestasi adanya retensi air,
peningkatan berat badan dan hipoosmolaritas darah, keadaan hipersekresi ADH
jarang terjadi, namun dapat diakibatkan oleh trauma pada hypotalamus dan kanker
paru.
Hormon antidireutik ((ADH) adiuretin, vasopresin), dibentuk di nukleus
supraoptikus dan paraventrikular hipotalamus, dan di transport ke lobus
posterior kelenjar hipofisis melalui akson neuron penghasil hormon.
ADH melalui reseptor V2 dan cAMP menyebabkan penggabungan kanal
air kedalam membran sehingga meningkatkan reabsorpsi air pada tubulus
distal dan duktus koligentes ginjal. ADH juga merangsang absorpsi Na+
dan urea di tubulus, konsentrasi ADH yang tinggi juga menyebabkan
vasokonstriksi (melalui reseptor V1 dan IP3).
Rangsangan untuk pelapasan ADH adalah hiperosmolaritas ekstrasel
(atau penyusutan sel), dan penurunan pengisian di kedua atrium, serta
muntah, nyeri, stress, dan gairah (seksual). Sekresi ADH selanjutnya
dirangsang oleh angiotensin II, dopamine, dan beberapa obat atau toksin
(misl: nikotin, morfin, barbiturat).peningkatan perenggangan atrium serta
asam aminobutirat-Y (GABA), alkohol dan pajanan terhadap dingin
menimbulkan efek penghambatan.
Definisi SIADH
SIADH merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik atau
yang lebih dikenal dengan Inappropriate ADH syndrome, Schwartz-Bartter
syndrome. SIADH dapat didefinisikan sebagai Gangguan produksi hormon
antidiuretik yang menyebabkan retensi garam atau hiponatremia.
SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan
oleh ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk
ADH yang berasal dari hipofisis posterior.
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan
pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah
dalam tingkat yang lebih ringan.
SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH yang berlebihan
dari lobus posterior dan dari sumber ektopik yang lain.
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan
pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah
dalam tingkat yang lebih ringan.
SIADH (syndrome of inapropiate secretion of anti diuretic hormon) adalah
gangguan pada hipofisis posterior yang ditandai dengan peningkatan pelepasan
ADH dari hipofisis posterior.
Cerebral Salt-Wasting
Syndrome
Epidemiologi
Hampir dari dua pertiga pasien dengan SIADH mengalami neoplasma.
Keganasan yang paling sering berhubungan dengan sindrom ini adalah
kanker paru ( sel gandum, SCLC ), kanker duodenum dan pankreas, limfoma,
timoma, dan mesotelioma menghasilkan ADH ektopik. Beberapa zat
kemoterapi, sisplatin, siklofosfamid, vinblastin, dan vinkristin juga
berpengaruh.
Kelebihan vasopressin
Peningkatan tekanan intracranial baik pada proses infeksi maupun trauma pada otak.
Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin, cisplatin, dan
ocytocin)
Penyakit endokrin seperti insufislensi adrenal,dan insufisiensi pituitary anterior
Tumor pituitary terutama karsinoma bronkogenik/ karsinoma pancreatic yang dapat
mensekresi ADH secara ektopic(salah tempat)
Cidera Kepala
Pembedahan(dapat memunculkan SIADH sesaat)
Obat- obatan seperti
c. Tricilyc (antidepresan)
Meningitis
Kelebihan ADH
Faktor Pencetus :
Trauma Kepala
Meningitis.
Ensefalitis.
Neoplasma.
Cedera Serebrovaskuler.
Pembedahan.
Penyakit Endokrin.
Patofisiologi
Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal untuk
meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan
reabsorbsi air tanpa disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini
meningkatkan volume dan menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES).
Pada saat yang sama keadaan ini menurunkan volume dan meningkatkan
konsentrasi urine yang diekskresi
Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal
dan duktus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi
delusional.Dimana akan terjadi penurunan konsentrasi air dalam urin
sedangkan kandungan natrium dalam urin tetap,akibatnya urin menjadi pekat.
Sekresi ADH yang abnormal sari system hipofisis. Mekanisme ini disebabkan
oleh kelainan system saraf pusat, tumor, ensafalitis , sindrom guillain Barre.
Pasien yang mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat atau stress tingkat
tinggi, atau tidak adanya tekanan positif pernafasan juga akan mengalami
SIADH.
ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system supraoptik
hipofisis , yang disebut sebagai sekresi ektopik ( misalnya pada infeksi).
Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami pemacuan. bermacam-
macam obat-obat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan ADH . obat-
obat tersebut termasuk nikotin , transquilizer, barbiturate, anestesi umum,
suplemen kalium, diuretic tiazid , obat-obat hipoglikemia, asetominofen ,
isoproterenol dan empat anti neoplastic : sisplatin, siklofosfamid, vinblastine
dan vinkristin.
Manifestasi Klinis
Hiponatremi (penurunan kadar natrium )
Mual, muntah, anorexia, diare
Takhipnea
Retensi air yang berlebihan
Letargi
Penurunan kesadaran sampai koma.
Osmolalitas urine melebihi osmolalitas plasma , menyebabkan
produksi urine yang kurang terlarut.
Ekskresi natrium melalui urine yang berkelanjutan
Penurunan osmolalitas serum dan cairan ekstraselular
Menurut Sylvia ( 2005). Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan SIADH
tergantung pada derajat lamanya retensi air dan hiponatremia . perlu dilakukan
pemeriksaan tingkat osmolalitas serum , kadar BUN, kreatinin, Natrium, Kalium,
Cl dan tes kapasitas pengisian cairan:
SIADH yang disertai hiponatremia, apalagi dengan derajat yang makin berat dan
ditambah terlambatnya penanganan akan sangat berkontribusi terhadap berat
ringannya angka mortalitas dan morbiditas pasien.
Angka mortalitas pasien disertai hyponatremia 12.5% lebih tinggi dibandingkan pasien
tanpa hiponatremi. Angka mortalitas bertambah 2 x lipat (25%) bila pasien konsentrasi
serum Na < 120 mmol/L dibanding pasien degan hiponatremia ringan
Angka mortalitas pasien dewasa berkisar 5-50% bila terdapat penurunan drastis serum
Na secara akut, tergantung derajatnya. Sementara pasien anak angka mortalitas hanya
8%. Bayi dalam kandungan akan merespon edema yang terjadi diotak dengan lebih
baik, karena lebih luasnya volum kranium. Hiponatremi paskaoperasi bisa
menyebabkan angka mortalitas dan mormeningkat pada kedua jenis kelamin, karena
tidak adekuatnya adaptasi otak dengan volum luas dan lambatnya berobat.
NDX
Ketidakseimbangan cairan : lebih dari kebutuhan tubuh b.d
peningkatan sekresi ADH ditandai dengan adanya edema.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
perubahan absorpsi nutrisi.
Sumber
Price, Sylvia dan Lorraine Mc. 2003. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit terj. Jakarta:EGC
http://www.european-renal-best-
practice.org/sites/default/files/u33/short%20version
%20hyponatraemia%20Indonesian%20FINAL.pdf