Anda di halaman 1dari 28

Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Sistem Akuntabilitas


Kinerja Kementerian Agama

Disampaikan dalam
Rapat Koordinasi Reformasi Birokrasi Kementerian Agama
Jakarta, 11 April 2017
EFORMASI BIROKRASI

Pemerintah belum bersih, kurang Pemerintah yang bersih, akuntabel,


akuntabel dan berkinerja rendah dan berkinerja tinggi

Pemerintah belum efektif dan Pemerintah yang efektif dan efisien


efisien

Pelayanan publik yang baik dan


Pelayanan publik masih buruk berkualitas

1
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

ARAHAN PRESIDEN TERKAIT PERMASALAHAN EFISIENSI BIROKRASI

e-Government EFISIENSI
Dalam sistem pemerintahan elektronik,
Money Follow rakyat dapat mengakses dokumen- Menghemat jumlah anggaran
Program dokumen pemerintah dan semua hal yang dibelanjakan dari kegiatan-
dapat dilihat secara transparan, termasuk kegiatan yang tidak penting
Alokasi anggaran harus soal anggaran publik
digunakan untuk program
pembangunan yang
bermanfaat bagi Anggaran digunakan hanya untuk
Fokus Kinerja
masyarakat, misalnya membiayai program/kegiatan
Bukan SPJ
infrastruktur, pengentasan prioritas yang mendukung
kemiskinan, pendidikan, ASN jangan terlalu pencapaian tujuan Pembangunan
dan kesehatan menghabiskan waktu dan
(pemerintahan berorientasi tenaga hanya untuk
hasil) Stop Pemborosan mengurusi SPJ
Anggaran
Anggaran yang digunakan
Seberapapun anggaran menghasilkan manfaat besar
yang diberikan kepada untuk masyarakat
K/L/Pemda pasti habis
tetapi tujuan (hasil) tidak
tercapai

2
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

EFISIENSI BIROKRASI MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA


UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih MEMASTIKAN SASARAN K/L
dan Bebas dari KKN DAN PEMERINTAH DAERAH
Azas akuntabilitas dalam SESUAI DENGAN SASARAN
penyelenggaraan negara PEMBANGUNAN NASIONAL
MEMASTIKAN TERDAPAT RENCANA MEMASTIKAN UPAYA
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang PERBAIKAN BERKELANJUTAN STRATEGIS PENCAPAIAN TARGET-TARGET
Keuangan Negara UNTUK PENINGKATAN KINERJA
DIPERJANJIKAN KEPADA PEJABAT
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang PERJANJIAN YANG BERKOMPETEN
Perbendaharaan Negara KINERJA
Asas pengelolaan keuangan
negara adalah akuntabilitas
MEMASTIKAN KEMAJUAN
berorientasi hasil
SISTEM PENGUKURAN PENCAPAIAN TARGET
Penerapan anggaran berbasis
AKUNTABILITAS KINERJA DIUKUR DENGAN TEPAT
prestasi kinerja
KINERJA
PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang MEMASTIKAN INSTANSI PEMERINTAH
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi PENCAPAIAN (SAKIP) MEMASTIKAN DATA KINERJA
Pemerintah KINERJA TELAH DIKELOLA DENGAN BAIK UNTUK
Kewajiban melaporkan akuntabilitas DIRIVIU DAN MENGETAHUI PENCAPAIAN DARI
keuangan dan akuntabilitas kinerja DIEVALUASI PENGELOLAAN
TAHUN KE TAHUN
pemerintah DATA KINERJA

Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang


Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi REVIU DAN MEMASTIKAN PENCAPAIAN KINERJA
Pemerintah EVALUASI KINERJA PELAPORAN DILAPORKAN KEPADA PEMBERI
SAKIP diperlukan untuk meningkatkan KINERJA AMANAH SECARA JUJUR
efektivitas penggunaan anggaran
berorientasi pada hasil
3
HASIL EVALUASI SAKIP K/L & PEMDA
TAHUN 2015-2016
Efisien
INSTANSI Kementerian/ Pemerintah Kabupaten /
Skala nilai Lembaga Provinsi Kota
PEMERINTAH
DENGAN NILAI Kategori Range 2015 2016 2015 2016 2015 2016 Semakin
AKUNTABILITAS Nilai tinggi nilai
KINERJA DIBAWAH akuntabilitas
AA 90-100 4 4 2 3 1 2
70 (50K/L, 24 PROV,
kinerja
456 KAB/KOTA) A 80-90 21 26 7 7 7 10
semakin
BERPOTENSI BB 70-80 36 37 8 9 31 57 tinggi tingkat
TERJADI INEFISIENSI
> 30% DARI B 60-70 16 12 13 13 174 199 efisiensi
APBN/APBD di luar penggunaan
CC 50-60 0 3 3 2 239 193
Belanja Pegawai anggaran
C 30-50 0 0 1 0 14 14
D 0-30 4 4 2 3 1 2
392,87 T Inefisiensi
INEFISIENSI TERJADI KARENA :
1. Tidak jelas hasil yang akan dicapai (tujuan/sasaran 3. Tidak ada keterkaitan antara Program/Kegiatan dengan
tidak berorientasi hasil). Sasaran.
2. Ukuran kinerja tidak jelas. 4. Rincian kegiatan tidak sesuai dengan maksud kegiatan. 4
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
PETA KELEMBAGAAN LNS
(Berdasarkan Dasar Hukum) Pembentukannya

Tahun 2014, 10 LNS Diamanatkan


dihapus

127 Tahun 2015, 2 LNS


dihapus
10 Undang-undang
tapi belum
terbentuk
Tahun 2016, 9 LNS
dihapus

85
Tahun 2017, 1 LNS Dibentuk berdasarkan
dihapus (BPLS) Undang-undang

Th. 2017
105 5 Dibentuk berdasarkan
Peraturan Pemerintah

Dibentuk berdasarkan

15 Peraturan Presiden/
Keputusan Presiden
5
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
PEMBUBARAN LEMBAGA

Perpres 116/2016 -> pembubaran 9 LNS


1 Badan Benih Nasional *)
2 Badan Pengendali Bimbingan Masal *) Efisiensi Angaran (APBN)
3 Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan
Keuangan *) sebesar 25.347 juta
4 Komite Pengarah Pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus, Pulau Batam, Pulau Bintan, Pulau Karimun*) Pengalihan 130 orang PNS
5 Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi
ke K/L terkait
6 Dewan Kelautan Indonesia
7 Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan Keterangan:
Pelabuhan Bebas (Dewan Nasional) *) *) Lembaga tersebut sudah tidak aktif

8 Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional


9 Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis

Perpres 21/2017 -> pembubaran BPLS


6
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

PENGGABUNGAN LNS

Mempertahankan dan memperkuat


KADI fungsi perlindungan pasar domestik/
industri dalam negeri dari pengaruh
perdagangan global, dengan
Komite Anti Dumping Indonesia menggabungkan KADI dan KPPI

KRPI
menjadi Komite Remedi Perdagangan
Indonesia (KRPI)
Saat ini sedang disusun RPP KRPI

KPPI Komite Remedi


Perdagangan Indonesia

Komite Pengamanan
Perdagangan Indonesia
7
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

RASIO BELANJA PEGAWAI DALAM APBD (TAHUN 2016) UNTUK PEMERINTAH DAERAH KAB/KOTA

Catatan: Khusus DKI Jakarta adalah data Provinsi

RASIO JUMLAH PEMDA


NO
BELANJA PEGAWAI DALAM APBD (%) KABUPATEN/KOTA

1 Kurang dari 50 % 375


Sumber: Kementerian Keuangan, 2016
2 Lebih dari 50 % 134 diolah oleh Kementerian PANRB, 2016

8
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi

KOMPOSISI ASN

JFT Guru 1.675.562 37,43 %


JFT Kesehatan 194.515 4,34 %

JUMLAH JFT Teknis 448.302 10,02 %


JFU
PNS (BKN) JF U (Administrasi) 1.687.089 37,69 % Administrasi =
PER JANUARI 2017
J Struktural 470.529 10,51 % 64%
TOTAL PNS 4.475.997 100 %

PENGANGKATAN CPNS NASIONAL


TENAGA HONORER Vs PELAMAR UMUM (2005-2014)
Asal Persentase RasioTerhadap
Jumlah Pengangkatan Total PNS
(%)
Tenaga Honorer 1.103.861* 58.8% 24.6%
Pelamar Umum 775.884 41.2% 17.3%
Sumber: BKN, *Oktober 2016
9
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK

Melaksanakan
Gerakan Satu Instansi
1. Tahun 2014 Menghasilkan 5 Inovasi yang Satu Inovasi dalam
Finalis Dunia
2. Tahun 2015 Menghasilkan 5 diakui rangka mempercepat
Finalis Dunia 2 diantaranya Internasional peningkatan kualitas
mendapatkan posisi Runner Up,
(PBB) One Agency pelayanan publik
yaitu :
Inovasi Kabupaten Aceh Replikasi One Innovation
Singkil (Studi Tiru)
Inovasi Kabupaten Sragen
Inovasi dalam KOMPETISI
Percepatan INOVASI
Pelayanan PELAYANAN
Publik PUBLIK
Perkembangan
Inovasi Terbaik Inovasi
2014: 515 Inovasi
(TOP 99, TOP 9,
2015: 1.189 Inovasi
TOP 25, TOP 35) 2016: 2.476 Inovasi
2017: 3.054 Inovasi
10
REFORMASI BIROKRASI

11
BIROKRASI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

NAWA CITA 2014-2019


AGENDA PRIORITAS KE-2 : PEMBANGUNAN TATA KELOLA PEMERINTAH
YANG BERSIH, EFEKTIF, DEMOKRATIS DAN TERPERCAYA

12
KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 81 Tahun 2010 tentang Grand


Design RB 2010-2025
Rancangan Induk Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Nasional

Road Map Reformasi Birokrasi: Gelombang I Tahun 2010


-2014
Gelombang II Tahun 2015-2019
Operasionalisasi Grand Design Reformasi Birokrasi
13
ARTI REFORMASI BIROKRASI

Sebuah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan Indonesia

Upaya merevisi
Upaya untuk Upaya menata
dan membangun
menata ribuan ulang proses
berbagai
proses tumpang birokrasi dari
regulasi dan
tindih antar tingkat (level)
memodernkan
fungsi-fungsi tertinggi hingga
berbagai
pemerintahan terendah
kebijakan

14
Tujuan: Menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi,
bebas dan bersih Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang
teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.

Sasaran 3. Birokrasi yang


Sasaran 1. Birokrasi yang bersih dan Sasaran2. Birokrasi yang Efektif dan memiliki pelayanan publik
akuntabel Efisien yang berkualitas

Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing)
8 AREA PERUBAHAN RB

Tatalaksana Sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif,efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good
governance
Sumber daya manusia aparatur SDM apatur yang berintegritas, netral , kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera
Peraturan Perundang-undangan
Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif

Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN


Akuntabilitas Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi
Pelayanan publik layanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat
Budaya Kerja Aparatur (culture set dan mind
set) Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi

15
LANGKAH-LANGKAH REFORMASI BIROKRASI
1 Mendapatkan komitmen yang kuat dari pimpinan

2 Melibatkan seluruh pemangku kepentingan

3 Membentuk Tim Reformasi Birokrasi

4 Menetapkan Road Map (8 Area Perubahan)

5 Menerapkan manajemen berbasis kinerja

6 Menginformasikan upaya dan hasil secara berkala, termasuk quick wins

7 Melaksanakan monitoring dan evaluasi (PMPRB)

8 Menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi


16
PRINSIP PENILAIAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

Perbaikan berkelanjutan Kejujuran dalam penilaian


Hasil penilaian digunakan sebagai Untuk memotret/menilai kemajuan
masukan untuk memperbaiki pelaksanaan RB secara akurat sesuai
pelaksanaan RB secara terus- dengang kondisi yang senyatanya dalam
menerus melalui siklus praktek, diperlukan kejujuran dalam
melakukan penilaian.
rencanakan, laksanakan, Rekayasa/ketidakjujuran justru tidak akan
monitoring, dan evaluasi serta dapat memberikan informasi mengenai
lakukan tindak lanjut perbaikan perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan
17
PRINSIP PENILAIAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI(lanjutan)

Seluruh proses perlaksanaan RB harus


didokumentasikan dengan baik sesuai
Terdokumentasi dengan siklus rencanakan, laksanakan,
monitoring dan evaluasi serta lakukan
tindak lanjut perbaikan

Seluruh hasil pelaksanaan RB harus


dibuktikan oleh stakeholders melalui
Dibuktikan oleh stakeholders survey internal dan eksternal

18
HASIL EVALUASI / PENILAIAN PELAKSANAAN REFORMASI
BIROKRASI KEMENTERIAN AGAMA

Nilai Indeks RB 2015 : 62,28 (Kategori B)

Nilai komponen Pengungkit : 39,84


Nilai komponen Hasil : 29,30
Nilai Indeks RB 2016 : 69,14 (Kategori B)

Penilaian tersebut menunjukkan pelaksanaan program reformasi


birokrasi dalam rangka mencapai sasaran atau hasil berupa peningkatan
kapasitas dan akuntabilitas kinerja, pemerintahan yang bersih dan
bebas KKN dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
19
REKOMENDASI PERBAIKAN REFORMASI BIROKRASI
Optimalisasi Reformasi Birokrasi

PEMBANGUNAN
PENERAPAN ZONA INTEGRITAS
MANAJEMEN KINERJA

PENINGKATAN
KUALITAS LAYANAN
PUBLIK
20
ANALISA CAPAIAN KUALITAS PELAYANAN

Hasil survei terhadap kualitas pelayanan (Indeks Kualitas


Pelayanan/IKP) menunjukkan hasil yang memuaskan.
Skor IKP memperoleh angka 3,37 dari skor maksimal 4,00
atau kategori sangat baik.
Berdasarkan analisa gap atau kesenjangan antara
harapan dengan penilaian kinerja masih dalam tingkat
wajar. Hampir seluruh unsur layanan yang diterapkan oleh
Kementerian Agama mendekati harapan dari masyarakat
pengguna.
21
ANALISA CAPAIAN INDEKS PERSEPSI ANTI KORUPSI

Hasil survei terhadap (IPAK) Indeks Persepsi Anti Korupsi


menunjukkan Hasil Sangat Baik. Skor IPAK 3,47 dari skor
maksimum 4,00 atau berada pada urutan 20 dari 72 KL .
Integritas ini ditinjau tidak hanya dari sistem layanan yang
mungkin berpotensi menyimpang, namun juga perilaku
pemberi layanan dalam bersikap, misalnya menawarkan
layanan yang lebih cepat, kesediaan menerima gratifikasi,
ketersediaan sarana pengaduan, dsb.

22
SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA

23
PENGUATAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA

1 Birokrasi Berbasis Kinerja (performance based bureaucracy)

2 Program/Kegiatan difokuskan untuk mewujudkan outcomes

Seluruh unit kerja menerapkan manajemen yang kinerja didukung dengan


3 penerapan sistem berbasis elektronik

4 Setiap pegawai memiliki kontribusi yang jelas terhadap kinerja

24
PERWUJUDAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

Berperan Aktif dalam Pemberantasan Korupsi

Efisiensi Belanja

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik

25
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai