Anda di halaman 1dari 26

ASPEK HUKUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Oleh:
TIM SOSIALISASI KEPPRES 80/03
ASPEK HUKUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

I. Aspek Hukum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

II. Penyusunan Dan Pelaksanaan Kontrak.

III. Serah Terima Pekerjaan.


I. Aspek Hukum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

A. Bidang Hukum Yang Terkait Dengan Pengadaan


Barang/Jasa Instansi Pemerintah

1. Hukum Administrasi Negara (HAN)/Hukum Tata Usaha


Negara

2. Hukum Perdata

3. Hukum Pidana
Bagan Bidang Hukum Yang Terkait Dengan Pengadaan
Barang/Jasa Instansi Pemerintah

Persiapan Penetapan Penandatangan Berakhirnya


Penyedia Kontrak Kontrak
Barang/Jasa

HAN H. Perdata

H. Pidana
1. Hukum Administrasi Negara (HAN)

a. Mengatur hubungan hukum antara negara (pejabat


negara) dengan masyarakat;

b. Hubungan hukum antara Penguna barang/jasa dengan


penyedia barang/jasa yang terjadi pada proses
persiapan pengadaan s/d penetapan penyedia adalah
merupakan hubungan hukum yang diatur oleh HAN;

c. Semua Keputusan Pengguna barang/jasa dalam proses


ini merupakan keputusan pejabat negara sehingga
kalau tidak puas/tidak terima maka penyedia
barang/jasa dapat menuntut dengan atau tanpa ganti
rugi ke PTUN;
Persyaratan Keputusan Pejabat Negara Yang Dapat
Dituntut ke PTUN (UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN) :

1. Dari Sifat Tuntutan tersebut :

Sifatnya berupa penetapan, bukan pengaturan;


Sifatnya individuil;
Sifatnya kongkrit/tidak abstrak.

2. Bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku;

3. Menggunakan kewenangan tidak sesuai dengan tujuan


kewenangan pejabat yang mengeluarkan kewenangan;

4. Keputusan yang diambil tanpa pertimbangan yang benar;


2. Hukum Perdata

a. Mengatur hubungan hukum privaat (pribadi) masyarakat


(sebagai pribadi atau badan hukujm) dengan masyarakat
lain atau negara sebagai badan hukum publik dengan
masyarakat;

b. Hubungan hukum antara Penguna barang/jasa dengan


penyedia barang/jasa yang terjadi pada proses
penandatangan kontrak s/d berakhirnya kontrak
merupakan hubungan hukum privaat yang diatur oleh
Hukum Perdata;

c. Semua sengketa yang terjadi dalam hubungan hukum


privaat diselesaikan di Peradilan Umum atau Lembaga
Arbitrase.
3. Hukum Pidana

a. Apabila terjadi tindak pidana dalam proses pengadaan


barang/jasa instansi pemerintah maka negara dapat
menuntut untuk diadili di peradilan umum.

b. Hukum pidana bersifat publik : walaupun pihak korban


tidak menuntut, negara tetap berhak untuk menghukum
orang yang melakukan perbutan pidana tersebut.

c. Tuntutan pidana masih tetap berlaku meskipun para pihak


telah membuat perjanjian untuk tidak saling menuntut
atas perbuatan pidana yang dilakukannya dalam proses
pengadaan.
B. Hirarki Perundang-Undangan RI

TAP MPR No. III/Tahun 2000 menyebutkan bahwa hirarki


peraturan perundang-undangan RI terdiri dari :

1. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45);


2. Ketetapan MPR (TAP MPR);
3. Undang-Undang (UU);
4. Peraturan Pemerintah Pengganti UU (PERPU);
5. Peraturan Pemerintah (PP);
6. Keputusan Presiden (KEPPRES);
7. Peraturan Daerah (PERDA).
C. Peraturan Perundang-Undangan Yang Terkait
Dengan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah

1. Peraturan perundangan-undangan nasional

2. Peraturan internasional
1. Peraturan Perundang-Undangan Nasional

a. Peraturan yang mengatur tentang pengadaan barang/


jasa instansi pemerintah :

Keppres No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman


Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi
Pemerintah;
b. Peraturan yang tidak terkait langsung dengan pengadaan
barang/jasa instansi pemerintah :

1. UU No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil;

2. UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat;

3. UU No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi dan PP No. : 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaran Jasa Konstruksi;

4. UU No. 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah dan PP No. 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah;

5. UU No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas KKN;

6. UU No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan;

7. Keppres No. 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan APBN;

8. SEB Dirjen Anggaran Departemen Keuangan & Deputi Bidang Pembiayaan Bappenas No.
1203/D.II/03/2000 No. SE-38/A/2000, Tahun 2000 tentang Petunjuk Penyusunan RAB
Untuk Jasa Konsultansi (Biaya Langsung Personil/Remuneration) dan Biaya Langsung Non
Personil/Non Remuneration)
2. Peraturan Internasional

a. Peraturan dari negara/lembaga pemberi pinjaman/ hibah


luar negeri;

b. Peraturan yang diterbitkan oleh asosiasi/lembaga


internasional;
a. Peraturan pengadaan yang diterbitkan oleh
negara/lembaga pemberi pinjaman/hibah luar negeri :

1) Loan Agreement/Hibah Agreement;

2) Handbook/Guideline dari tiap-tiap


negara/lembaga pemberi pinjaman/hibah luar
negeri.

Catatan :
- Untuk proyek pemerintah yang seluruh/sebagian dibiayai dengan
PHLN, maka ketentuan pengadaannya adalah ketentuan dari
negara/lembaga pemberi PHLN;
- Ketentuan nasional baru berlaku sepanjang belum diatur atau
tidak bertentangan dengan ketentuan neg/lembaga pemberi
PHLN.
b. Kententuan dari Lembaga/Asosiasi Internasional :

1) FIDIC (Federation Internationale Des Ingenieurs-


Conseils/Federasi Internasional dari Insinyur Konsultan).

2) UNCITRAL (United Commision on International Trade Law).


III. PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN PERJANJIAN/KONTRAK

1. Pengertian :

Perjanjian adalah suatu ikatan atau hubungan hukum


mengenai benda-benda (barang) atau kebendaan (jasa)
antara dua pihak atau lebih, dimana para pihak tersebut
saling berjanji atau dianggap saling berjanji untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

2. Unsur-Unsur Perjanjian :

a. Adanya para pihak;

b. Adanya kesepakatan dari para pihak;

c. Obyek perjanjian;
3. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian (Pasal 1320 KUHPerdata):

a. Syarat Subyektif :

1) Para pihak yang membuat perjanjian harus sudah


dewasa/cakap;

2) Para pihak tidak dalam keadaan terpaksa membuat


perjanjian tersebut (para pihak harus setuju/seia
sekata dengan isi perjanjian tersebut).
b) Syarat Obyektif :

1) obyek perjanjian mengenai suatu hal tertentu

2) Suatu sebab yang halal;

Catatan :

a) Apabila syarat subyektif tidak terpenuhi maka perjanjian


dapat dibatalkan di pengadilan;

b) Apabila syarat obyektif tidak dipenuhi maka perjanjian


batal demi hukum (dianggap tidak ada perjanjian) tanpa
harus dibatalkan di pengadilan;
4. Asas-Asas Hukum Perjanjian :

a. Asas Kebebasan Berkontrak/Keterbukaan

b. Asas Konsensualitas;

c. Asas Perjanjian adalah UU Bagi Para Pihak Yang


Membuat Perjanjian;
5. Bentuk dan Jenis Perjanjian :

a. Bentuk Perjanjian :

1) Perjanjian Lisan;
2) Perjanjian Tertulis (KONTRAK);

b. Jenis Perjanjian :

1) Perjanjian yang lahir karena UU;

2) Perjanjian di luar UU;


6. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

a. Kontrak pengadaan barang/jasa adalah perikatan antara


pengguna barang/jasa dengan penyedia barang/jasa
dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

b. Unsur perjanjian pengadaan barang/jasa :

1) Adanya para pihak : pihak pengguna barang/jasa dan


pihak penyedia barang/jasa;

2) Adanya kesepakatan para pihak;

3) Adanya obyek perjanjian : barang/jasa;


c. Jenis Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa :

1) Berdasarkan jenis pekerjaannya (Keppres 80 Tahun 2003):


a) Perjanjian pengadaan barang;
b) Perjanjian pengadaan jasa lainnya;
c) Perjanjian pengadaan jasa konsultansi;
d) Perjanjian pengadaan jasa pemborongan.

2) Berdasarkan jenis pekerjaanya (PP 29 Tahun 2000):


a) Perjanjian pengadaan jasa perencana konstruksi;
b) Perjanjian pengadaan jasa pelaksana konstruksi;
c) Perjanjian pengadaan jasa pengawas konstruksi.
1) Berdasarkan bentuk imbalan :
a) Lump sum;
b) Harga satuan;
c) Gabungan lump sum dan harga satuan;
d) Terima jadi.
e) Presentase.

2) Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan :


a) Tahun tunggal;
b) Tahun jamak.

3) Berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa :


a) Kontrak pengadaan tunggal;
b) Kontrak pengadaan bersama.
d. Bentuk Kontrak Pengadaan Barang/Jasa :

1) Kontrak Surat Perintah Kerja (SPK) (kontrak dibawah 50 juta).

2) Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.

e. Sistimatika Kontrak SPK :

1) Komparisi (Pembukaan).
2) Isi Perjanjian.
3) Penutup.
f. Sistematika Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

1) Inti Kontrak :

a) Pembukaan (Komparisi).
b) Isi Perjanjian.
c) Penutup (Tanda tangan para pihak)

2) Syarat Umum Kontrak

3) Syarat Khusus Kontrak

4) Lampiran-Lampiran
IV. SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN

Pengguna barang/jasa wajib menyerahkan :

1. Hasil pekerjaan.
2. Seluruh kekayaan proyek.
Kepada :
a. Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat yang ditunjuk dengan berita acara penyerahan
dengan tembusan kepada Dirjen Anggaran dan Kanwil Anggaran. (Proyek Pusat).

b. Menteri/Pimpinan Lembaga melalui gubernur dengan berita acara penyerahan dengan


tembusan kepada Dirjen Anggaran dan Kanwil Anggaran. (Proyek dekonsentrasi).

c. Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/bupati/Walikota/kades dengan berita acara


penyerahan dengan tembusan kepada Dirjen Anggaran dan Kanwil Anggaran. (Proyek
dekonsentrasi).

d. Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/bupati/Walikota/kades dengan berita acara


penyerahan dengan tembusan kepada Dirjen Anggaran dan Kanwil Anggaran. (Proyek
dekonsentrasi).

Anda mungkin juga menyukai