Anda di halaman 1dari 17

Bagian Kedokteran Forensik Dan Medikolegal Makalah

RS Bhayangkara
Agustus 2017
Provinsi Sulawesi Tenggara
Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo

ODONTOLOGI FORENSIK

Fine Farhani Muliati Rahman, S.Ked


K1A1 12 013
PEMBIMBING:
Drg. Mulyati

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher
Rumah Sakit Bahteramas
Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo
Kendari
2017
Identifikasi forensik adalah sebuah upaya kerjasama dan koordinasi aparat
penegak hukum, patologi forensik, dokter gigi forensik, antropologi
forensik, ahli ilmu hukum pidana dan spesialisasi terkait lain dengan
tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang.

Identifikasi forensik dilakukan terhadap jenazah yang tidak


diketahui identitasnya baik akibat kejadian bencana massal,
kecelakaan, pembunuhan, bunuh diri maupun kejadian lainnya

Identifikasi korban yang tidak diketahui identitasnya wajib


dilakukan sebagaimana yang telah diamanatkan di dalam
Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009

Pada dasarnya prinsip identifikasi adalah membandingkan data


antemortem (data semasa hidup) dan data postmortem (data
setelah kematian) pada orang yang tidak dikenal

Proses identifikasi korban bencana ini dikenal dengan


Identifikasi Korban Bencana (DVI)
Identifikasi dilakukan melalui berbagai metode, seperti sidik jari,
medik, odontologi (ilmu gigi dan mulut), anthropologi sampai
dengan pemeriksaan biomolekuler

Identifikasi korban tak dikenal dalam pelaksanaannya dapat bekerja


sama dengan berbagai disiplin ilmu, antara lain keahlian bidang forensik
patologi, forensik odontologi, forensik anthropologi, ahli sidik jari, ahli
DNA, radiologi dan fotografer

Forensik odontologi merupakan cabang kedokteran gigi yang menangani


penanganan dan pemeriksaan bukti gigi yang tepat dan evaluasi dan
presentasi temuan gigi yang tepat untuk kepentingan keadilan

Gigi adalah bagian terkuat dari tubuh manusia, yang dapat menahan
ledakan tinggi dan tidak rusak oleh kejadian tersebut. Dengan demikian,
gigi cenderung tahan (awet) dalam insiden kematian massal dimana alat
identifikasi lainnya seperti sidik jari dan fitur wajah hancur

Gigi manusia dewasa terdiri dari gigi seri, gigi taring, gigi premolar dan
geraham yang bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan jarak antar gigi di
antara individu yang berbeda.
Kedokteran gigi forensik, atau forensik odontologi,
didefinisikan oleh Keizer-Neilson pada tahun 1970
sebagai cabang kedokteran forensik untuk
kepentingan keadilan yang menangani penanganan
dan pemeriksaan bukti gigi yang tepat dan dengan
evaluasi dan presentasi yang tepat dari temuan gigi

Ada tiga bidang aktivitas utama yang mencakup


odontologi forensik saat ini yaitu:
1. Pemeriksaan dan evaluasi luka pada gigi, rahang,
dan jaringan oral akibat berbagai sebab;
2. Pemeriksaan tanda dengan tujuan untuk
eliminasi atau kemungkinan identifikasi
tersangka sebagai pelaku
3. Pemeriksaan gigi tetap (baik fragmentaris atau
lengkap, dan termasuk semua jenis restorasi
gigi) dari orang atau badan yang tidak diketahui
dengan maksud untuk mengidentifikasi
kemungkinan yang terakhir.
Gambar: Situasi kerja yang mempengaruhi gigi (a) Individu ini menunjukkan karakteristik gigi insisivus sentral kiri
kanan rahang bawah dan rahang bawah yang terkait dengan pengupasan kawat listrik. Individu telah bekerja sebagai
tukang listrik selama bertahun-tahun (b) Karakteristik erosi labial tipe yang terlihat di kalangan pekerja di lingkungan
asam (c) Takik yang disebabkan oleh penjepitan pin antara gigi, individu ini adalah seorang penjahit (d) yang parah kasus
fluorosis gigi jenis yang terlihat pada pekerja di industri superfosfat
Terdapat beberapa macam identifikasi gigi berdasarkan ilmu
kedokteran forensik, antara lain:
1. Identifikasi Ras korban/pelaku dari gigi geligi
2. Identifikasi Jenis Kelamin korban melalui gigi geligi dan tulang
rahang
3. Identifikasi umur korban berasarkan pertumbuhan gigi
4. Identifikasi korban melalui pola gigitan pelaku
5. Radiologi ilmu kedokteran gigi forensik
Gambar 1. Ras Afrika Gambar 1. Ras Asia

Gambar 1. Ras Caucasian


Indikator etnisitas gigi. (A) gigi seri yang bersekongkol sangat terkait
dengan etnisitas Mongoloid, (b) titik puncak Carabelli ditemukan di
Caucasoids, (c) molar tambahan (9's) di lengkung maksila yang
paling umum terlihat pada individu Negroid, (d) macrodont bagian
atas Gigi insisivus tengah kiri yang paling sering terlihat di
Kaukunoid tapi tidak begitu terkait erat dengan sifat Carabelli
Rahang pria (Os Mandibula) memiliki dagu yang
lebih persegi atau dasarnya mendatar (square
chin). Sudut rahang juga tampak lebih lancip
(acute angle of jaw) dan proccesus mastoideus
lebih menonjol.

Rahang wanita (Os Mandibula) memiliki dagu


yang lebih lancip atau dasarnya mendatar
(square chin). Sudut rahang juga tampak lebih
lebar (wider angle of jaw) dan proccesus
mastoideus lebih tumpul atau tidak menonjol.
Proses Identifikasi Umur korban berdasarkan
gigi geligi menggunakan 2 metode, yaitu
metode Nolla dan metode Gustafson

Metode Nolla menunakan 10 tahapan perkembanan


gigi mulai pembentukan benih gigi hingga
pembentukan akar gigi. Metode ini mudah karena
hayna mencocokkan gambaran gigi dif oto rontgen
dengan gambaran 10 tahapan yang sudah
dipublikasikan. Kendala penggunaan metode ini
adalah subektivitas interpretasi gambaran rontgen
khususnya pada 1/3 pembentukan akar dan
penggunaannya dipopulasi berbeda.
Merupakan metode penentuan usia berdasarkan
perubahan makrostruktural gigi geligi. Skala nilai
adalah 0 1 2 3.

Gustafson membai menadi 6 tahapan yaitu:


a. Derajat atrisi
b. Jumlah dentin sekunder
c. Posisi perlekatan ginggiva
d. Derajat resorpsi akar
e. Transparansi dentin akar
f. Ketebalan sementum

Sampel yang digunakan adalah gigi insisivus

Metode Gustafson sering digunakan untuk penentuan usia individu dewasa


melalui pemeriksaan histologis dengan melihat perubahan struktur gigi.
Analisis tanda gigitan mengandaikan
bahwa ada kejadian menggigit yang
menyebabkan luka atau gangguan
pada beberapa permukaan dan
bahwa pengaruhnya dapat direkam
dengan hati-hati untuk perbandingan
dengan gigi yang menyebabkan
gangguan tersebut. Dengan
demikian, bekas gigitan adalah luka
berpola yang dihasilkan oleh gigi
Forensik odontologi merupakan cabang
kedokteran gigi yang menangani penanganan
dan pemeriksaan bukti gigi yang tepat dan
evaluasi dan presentasi temuan gigi yang
tepat untuk kepentingan keadilan

Identifikasi gigi merupakan metode penting


identifikasi postmortem karena gigi memiliki
kemampuan untuk bertahan dalam
dekomposisi dan menahan perubahan suhu
yang ekstrem, oleh karena itu perbandingan
bukti gigi adalah salah satu metode identifikasi
yang paling andal dan dapat diandalkan.
Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai sarana identifikasi adalah sebagai
berikut :
1. Gigi geligi merupakan rangkaian lengkungan secara anatomis, antropologis dan morphologis mempunyai
letak yang terlindungi dari otot-otot bibir dan pipi sehingga apabila trauma mengenai otot-otot tersebut
terlebih dahulu.
2. Gigi geligi sukar untuk membusuk kecuali gigi tersebut sudah mengalami nekrotik, biarpun dikubur
umumnya organ-organ tubuh lain bahkan tulang telah hancur tetapi gigi tidak (masih utuh).
3. Gigi geligi di dunia ini tidak ada yang sama kerena kemungkinan sama satu banding dua milyar.
4. Gigi geligi mempunyai ciri-ciri yang khusus apabila ciri-ciri gigi tersebut rusak atau berubah maka sesuai
dengan pekerjaan dan kebiasaan menggunakan gigi bahkan setiap ras mempunyai ciri yang berbeda.
5. Gigi geligi tahan panas, apabila terbakar sampai 400 derajat celcius gigi tidak akan hancur terbukti pada
peristiwa Parkman yaitu seorang dokter dari Aberdeen dibunuh oleh Professor JW Webster. Pada kasus ini
korban dibunuh, lalu tubuhnya dipotong-potong lalu dibakar di perapian, tetapi giginya masih utuh.
6. Apabila korban telah dilakukan pencabutan gigi umumnya memakai gigi palsu dengan berbagai macam
model gigi palsu dan gigi palsu tersebut dapat ditelusuri atau di identifikasi.

Anda mungkin juga menyukai