Anda di halaman 1dari 25

Bahan-bahan Bangunan dari Semen dan Mortar

Disusun oleh:

Muhammad Al-Hafiz
Mazrul
Muhammad Zakaria
Wahdaniya
Endah Mustika Dewi

TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang mampu
mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu
produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau lebih bahan sehingga
menjadi suatu bagian yang kompak atau dalam pengertian yang luas adalah material plastis
yang memberikan sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi bangunan Usaha untuk membuat
semen pertama kali dilakukan dengan cara membakar batu kapur dan tanah liat. Joseph
Aspadain yang merupakan orang inggris, pada tahun 1824mencoba membuat semen dari
kalsinasi campuran batu kapur dengan tanah liat yang telah dihaluskan, digiling, dan dibakar
menjadi lelehan dalam tungku, sehingga terjadi penguraian batu kapur (CaCO3) menjadi batu
tohor (CaO) dan karbondioksida(CO2). Batu kapur tohor (CaO) bereaksi dengan senyawa-
senyawa lain
membemtuk klinker kemudian digiling sampai menjadi tepung yang kemudian dikenal
dengan Portland. Dalam keseharian, terutama saat membangun, tentu sering kita
jumpai dengan yang namanya adukan, Istilah lain dari adukan adalah mortar, atau
dikenal juga dengan spesi adalah campuran dari bahan pengikat (semen, kapur), bahan
pengisi (pasir) dan air.
Mortar sebenarnya adalah campuran semen, air, pasir namun ada yang berpendapat
bahwa mortar adalah bahan bangunan berbahan dasar semen yang digunakan sebagai
perekat untuk membuat struktur bangunan
1.2. Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan semen dan mortar?
Apa saja jenis-jenis semen dan mortar?
Bagaimana proses pembuatan semen dan mortar?
Bagaimana metode uji bahan semen dan mortar?
Apa saja kegunaan dan manfaat dari semen dan mortar?
Manfaat dari semen dan mortar?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu
mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak.
Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Adapun
bahan utama yang dikandung semen adalah kapur (CaO), silikat (SiO2), alumunia
(Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit (MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil
(Lea and Desch, 1940).
Massa jenis semen yang diisyaratkan oleh ASTM adalah 3,15 gr/cm3, pada
kenyataannya massa jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3,03 gr/cm3 sampai
3,25 gr/cm3. Variasi ini akan berpengaruh proporsi campuran semen dalam campuran.
Pengujian massa jenis ini dapat dilakukan menggunakan Le Chatelier Flask (ASTM C
348-97).
Fungsi semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat
dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Walaupun komposisi
semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat
maka peranan semen menjadi penting. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton
harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan.
Bahan baku pembuatan semen adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat dan pasir besi.
Total kebutuhan bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi semen yaitu:
1. Batu kapur
Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3 (Calcium Carbonat), pada
umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4. Batu kapur yang baik dalam penggunaan pembuatan semen
memiliki kadar air 5%, dan penggunaan batu kapur dalam pembuatan semen itu sendiri sebanyak 81 %.
2. Pasir silika
Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir silika terdapat bersama oksida
logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin putih warna pasir silikanya, semakin berkurang kadar
SiO2 semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar airnya
yang tinggi. Pasir silika yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 90%, dan
penggunaan pasir silika dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar 9%.
3. Tanah liat
Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen SiO2Al2O3.2H2O. Tanah liat yang baik untuk
digunakan memiliki kadar air 20 %, kadar SiO2 tidak terlalu tinggi 46 %, dan penggunaan tanah liat
dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar 9%.
4.pasir besi
Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya selalu tercampur dengan SiO2
dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3 berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak
semen. Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe3O2 75%-80%. Pada penggilingan akhir
digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan semen. penggunaan pasir besi dalam pembuatan semen
itu sendiri sebesar 1%. Sedangkan Mortar adalah bahan yang digunakan untuk konstruksi bangungan yang
terdiri dari campuran antara semen dan agregat halus. Campuran antara semen dan agregat ini
menggunakan perabandingan tertentu sehingga daya tahan mortar terhadap tekanan maupun tarikan akan
semakin tinggi atau maksimal.
Saat ini penggunaan mortar instan sebagai bahan bangunan makin banyak dijumpai, baik dalam
pembangunan proyek skala besar maupun kecil seperti rumah tinggal. Mortar instan seolah mulai
menggeser penggunaan adukan mortar tradisional yang terdiri dari semen dan pasir dengan komposisi
tertentu.
2.2 Sifat-Sifat Semen
Susunan Kimia Semen
Bahan dasar penyusun semen terdiri dari bahan-bahan yang terutama mengandung kapur, silika dan
oksida besi, maka bahan-bahan itu menjadi unsur-unsur pokok semennya.
Tabel 1.2 Susunan Unsur semen biasa

Oksida Persen (%)


Kapur (CaO) 60 65

Silika (SiO2) 17 25

Alumina (Al2O3) 38

Besi (Fe2O3) 0,5 6

Magnesia (MgO) 0,5 4

Sulfur (SO3) 12

Potash (Na2O 0,5 1


+ K2O)
Komposisi kimia semen portland pada umumnya terdiri dari CaO, SiO2, Al2O3 dan Fe2O3, yang
merupakan oksida dominan. Sedangkan oksida lain yang jumlahnya hanya beberapa persen dari
berat semen adalah MgO, SO3, Na2O dan K2O.
Keempat oksida utama tersebut diatas di dalam semen berupa senyawa C3S, C2S, C3A dan
C4AF, dengan mempunyai perbandingan tertentu pada setiap produk semen, tergantung pada
komposisi bahan bakunya.
Tabel 1.3 Senyawa utama semen portland

Rata-
Nama Rumus Notasi
Rumus oksida rata
senyawa empiris pendek
(%)
Tricalsium Ca3SiO5 3CaO.SiO2 C3S 5
silikat 0
Ca2SiO4 2CaO.SiO2 C2S
Dicalsium 2
Ca3Al2O6 3CaO.Al2O3 C3A
silikat 5

Ca2AlFeO 4CaO.Al2O3Fe2O C4AF


Tricalsium 1
3 3
aluminat CSH2 2

CaSO4.2H2O
Tetracalciu 8
m
3,
aluminoferr 5
it

Calsium
sulfat
dihidrat
Hidrasi semen
Bila semen bersentuhan dengan air, maka proses hidrasi berlangsung dalam arah
keluar dan arah ke dalam, maksudnya hasil hidrasi mengendap di bagian luar dan inti
semen yang belum terhidrasi dibagian dalam secara bertahap akan terhidrasi, sehingga
volume mengecil.
Mekanisme hidrasi silicate (C3S dan C2S)
2(3CaO.SiO2) + 6 H2O --> 3CaO.SiO2.3 H2O + 3Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4 H2O --> 3CaO.SiO2.3 H2O + Ca(OH)2
Mekanisme hidrasi Aluminat (C3A)
Adanya gipsum di dalam semen menyebabkan reaksi calsium aluminat menghasilkan
calsium sulfo aluminat hidrat.
3CaO.Al2O3 + CaSO4.2H2O + 10 H2O-->3CaO.Al2O3.CaSO4 + 12 H2O (gypsum)
CaO.Al2O3 + Ca(OH)2 + 12 H2O--> 3CaO.Al2O3.Ca(OH)2.12 H2O
Mekanisme hidrasi tetracalsium aluminoferrit (C4AF)
4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 2Ca(OH)2 + 10H2O --> 64CaO.Al2O3.Fe2O3.12 H2O
(tetracalsium aluminoferrat)
Kekuatan semen
Semen bila terkena air akan berubah menjadi keras seperti batu. Oleh karena itu
sangat perlu diperhatikan perbandingan antara air dan semen atau faktor air semennya,
karena faktor ini akan berpengaruh terhadap kekuatan beton. Bila kurang semen dan
terlalu banyak air akan menyebabkan segregration dan bleeding, selain itu
perbandingan yang tepat antara semen dan air akan berpengaruh dalam kemudahan
pekerjaan.
Sifat fisik semen
Sifat fisik dari semen adalah bahan berbutir halus yang lolos ayakan 2 m dan
mempunyai berat jenis antara 3 sampai 3,15 gr/cm3.
Sifat kimia semen
Semen mengandung C3S dan C2S sebesar 70% sampai dengan 80%. Unsur- unsur ini
merupakan unsur paling dominan dalam memberikan sifat semen. C3S segera mulai
berhidrasi bila semen terkena air secara eksotermis. Berpengaruh besar terhadap
pengerasan semen terutama sebelum mencapai umur 14 hari. Membutuhkan air 24 %
dari beratnya. C2S bereaksi dengan air lebih lambat dan hanya berpengaruh terhadap
pengerasan semen setelah 7 hari dan memberikan kekuatan akhir. Unsur ini membuat
semen tahan terhadap serangan kimia dan mengurangi penyusutan karena pengeringan.
Membutuhkan air 21% dari beratnya. C3A berhidrasi secara eksotermis, bereaksi secara
cepat dan memberikan kekuatan sesudah 24 jam. Membutuhkan air 40% dari beratnya.
Semen yang mengandung unsur ini lebih dari 10% kurang tahan terhadap serangan
sulfat. C4AF kurang begitu besar pengaruhnya terhadap pengerasan beton.
2.3 Jenis-jenis semen dan fungsinnya

a. Portland Cement Type I


Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus terhadap
panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Lebih tepat digunakan pada tanah dan air yang
mengandung sulfat 0,0% - 0,10 %, dapat juga digunakan untuk bangunan rumah pemukiman,
gedung-gedung bertingkat, dan lain-lain.
b. Portland Cement Type II
Lebih tepat digunakan untuk konstruksi bangunan yang terbuat dari beton massa yang
memerlukan ketahanan sulfat lebih tinggi (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat
antara 0,10-0,20%) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan di pinggir laut, bangunan di
tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan.
c. Portland Cement Type V
Lebih tepat digunakan untuk konstruksi bangunan-bangunan pada
tanah/air yang mengandung sulfat > 0,20 % dan sangat cocok untuk
instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan,
terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.
d. Super Masonry Cement
Semen ini lebih tepat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung,
jalan dan irigasi yang struktur betonnya maksimal K 225. Dapat juga
digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton, hollow brick,
paving block, tegel dan bahan bangunan lainnya.
e. Oil Well Cement
Merupakan semen khusus yang lebih tepat digunakan untuk pembuatan
sumur minyak bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak bawah
permukaan laut dan bumi. Untuk saat ini jenis OWC yang telah diproduksi
adalah class G, HSR (High Sulfat Resistance) disebut juga sebagai "BASIC
OWC". Bahan additive/tambahan dapat ditambahkan/dicampurkan hingga
menghasilkan kombinasi produk OWC untuk pemakaian pada berbagai
kedalaman dan temperatur.
f. Portland Pozzolan Cement
Adalah semen hidrolid yang dibuat dengan menggiling terak, gypsum dan
bahan pozzolan. Produk ini lebih tepat digunakan untuk bangunan umum
dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi
sedang, seperti: jembatan, jalan raya, perumahan, dermaga, beton massa,
bendungan, bangunan irigasi dan fondasi pelat penuh.
Pasta adalah campuran air dengan semen. Pasta ini berfungsi sebagai:
a. Pengisi pori-pori diantara butiran-butiran agregat halus
b. Bersifat sebagai perekat/pengikat dalam proses pengerasan
Fungsi tersebutlah yang dapat menyebabkan saling terekatnya butiran2
agregat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak/padat.
Jenis-jenis mortar dan fungsi
a. Tile adhesive (perekat keramik) ada vertikal (dinding) dan horizontal (lantai)
dan juga ada perekat keramik baru diatas keramik lama (tanpa bongkar
keramik lama)
b. Tile Grout Sebagai pengisi nat (celah) antar keramik
c. Thin Bed Untuk perekat AAC (Autoclaved Aerated Concrete) alias bata
ringan
d. Skim Coat Untuk pelapis dinding baru
e. dll
Keuntungan Mortar:
a. Diproduksi di pabrik sehingga kualitas dan kuantitasnya dapat dipercaya jika
dibanding dengan pembuatan di lapangan
b. Mudah, tinggal ditambah air saja
c. Adanya penambahan bahan additif pada mortar dapat menanggulangi
terjadinya lantai terangkat, dinding pecah-pecah/retak, dll.
Keuntungan Mortar:
a. Diproduksi di pabrik sehingga kualitas dan kuantitasnya dapat dipercaya jika
dibanding dengan pembuatan di lapangan
b. Mudah, tinggal ditambah air saja
c. Adanya penambahan bahan additif pada mortar dapat menanggulangi
terjadinya lantai terangkat, dinding pecah-pecah/retak, dll.

Kegunaan/Manfaat Adukan atau Mortar pada pasangan bata adalah:


Sebagai bahan pengkat antara bata yang satu dengan bata yang lainnya
Untuk menutup atu menghilangkan permukaan bata yang tidak rata
Untuk menyalurkan beban
Sedangkan fungsi dari mortar atau adukan dalam plesteran adalah untuk meratakan
permukaan tembok sehingga mudah untuk di cat dan untuk menambah keawetan
pasangan bata

Sifat-sifat pada adukan adalah:


Sifat kuat, campuran adukan harus cukup baik agar mampu menopang beban yang
diterima dinding.
Sifat mudah untuk dikerjakan/digunakan, adukan harus mudah dikerjakan, tidak
terlalu basah (encer) dan tidak terlalu kering.
Sifat menyusut, adukan yang terlalu banyak airnya akan mudah menyusut yang
berakibat retak pada plesteran maupun tembok.
Jenis-jenis komposisi adukan adalah:
Adukan semen, kapur, pasir
Adukan semen, pasir
Adukan pozolan atau tras alam, kapur
Adukan kapur, tras (alam atau buatan), pasir

Fungsi mortar
Sebagai bahan pengkat antara bata yang satu dengan bata yang lainnya
Untuk menutup atu menghilangkan permukaan bata yang tidak rata
Untuk menyalurkan beban
Sedangkan fungsi dari mortar atau adukan dalam plesteran adalah untuk meratakan
permukaan tembok sehingga mudah untuk di cat dan untuk menambah keawetan
pasangan bata
2.4 Pembuatan semen
Semen dibedakan dalam dua kelompok utama, yaitu:
a. Semen dari bahan klinker-semen-portland
1. Semen portland
2. Semen portland abu terbang
3. Semen tanur tinggi
4. Semen portland tras/puzzolan
5. Semen portland putih
b. Semen-semen lain:
1. Aluminium semen
2. Semen bersulfat
Reaksi-reaksi yang terjadi pada waktu proses pembuatan semen adalah sebagai
berikut:
a. Batu kapur : CaO + CO2 kapur karbondioksida
Lempung : SiO22 + Al2O3 + Fe2O3 + H2O silika alumina oksida besi air
b. 3CaO + SiO2 --> 3CaO.SiO2 trikalsium silikat (C3S)
2CaO + SiO2 --> 2CaO.SiO2 dikalsium silikat (C2S)
3CaO + Al2O3 --> 3CaO.Al2O3 trikalsium aluminat (C3A)
3CaO + Al2O3 + Fe2O3 3CaO.Al2O3..Al2O3.Fe2O3 tetrakalsium aluminoferit (C4AF)
Proses Pembuatan Semen
Ada 2 macam cara pembuatan semen : Proses Basah Proses ini dimulai dengan
mencampur semua bahan baku dengan air. Setelah itu dihancurkan. Kemudian bahan
yang sudah dihancukan tadi dibakar menggunakan bahan bakar minyak. Karena
membutuhkan banyak BBM, proses ini sudah jarang dilakukan oleh produsen semen
Proses Kering Proses ini memakai proses penggilingan yang dilanjutkan dengan proses
pembakaran. Ada lima tahapan dalam proses ini, seperti proses pengeringan dan
penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal, proses pencampuran untuk
mendapatkan campuran yang homogen, proses pembakaran bahan baku untuk
menghasilkan terak, proses pendinginan terak, dan terakhir proses penggilingan clinker
dan gypsum.
Semen PC. Semen PC (Portland Cement) adalah semen yang paling banyak terdapat
di pasaran, masyarakat Indonesia biasa menyebut semen abu-abu untuk membedakan
dengan semen warna (semen pengisi nat).
Bahan baku semen PC adalah batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang
dimasak dalam tanur bertekanan tinggi. Standar industri semen biasanya mengacu pada
ASTM (American Society for Testing and Materials).
Ada delapan tipe semen PC, namun yang paling banyak diproduksi dan beredar di
pasaran hanyalah semen portland type 1, karena semen jenis ini sangat luas lingkup
kegunaannya ,dengan fungsi utama untuk keperluan konstruksi umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal.
Bisa digunakan untuk bangunan umum, rumah tinggal, gedung bertingkat dimana tanah
maupun airnya tidak mengandung sulfat yang tinggi.Kadar sulfat yang diijinkan adalah 0,00
0,10 persen, karena kadar sulfat yang tinggi akan mengakibatkan kurangnya daya lekat/daya ikat
semen.
Untuk keperluan pembangunan di tanah bekas tambak atau pinggir pantai, atau konstruksi
yangterendam air (bendungan, dam, pool, saluran irigasi), atau berkadar sulfat 0,10 0,20 dengan
panas hidrasi sedang, lebih tepat digunakan tipe Portland type II.
Sedang untuk pembuatan ubin, concete block, genteng beton seharusnya menggunakan Portland I
type super masonry cement. Hal ini jarang dilakukan karena langkanya produksi semen jenis ini.
Bahan baku pembuatan semen umumnya sama, yakni batu kapur atau gamping dan tanah
liat/lempung. Batu kapur adalah hasil tambang gali yang mengandung senyawa kalsium oksida
(CaO). Sedangkan tanah lempung mengandung silika dioksida (SiO2) serta aluninium oksida
(Al2O3). Kedua bahan ini dibakar sampai melebur.
Semakin lama proses pengerasannya lebih baik, dengan angka hidrolitas yang dirumuskan
sebagai:
(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (% CaO + % MgO)
Angka hidrolitas ini sekitar < 1/1,5 (lemah) hingga > (keras sekali). Tetapi agar mutu semen
terjaga, angka hidrolitas ini dipertahankan secara cermat ,yaitu angka sekitar 1/1,9 dan 1 / 2,15.
Ada dua macam cara pembuatan semen:
A. Proses basah.
Semua bahan baku pembuat semen dicampur dengan air, lalu digiling. Bahan yang sudah
digiling tadi kemudian dibakar. Proses ini menggunakan banyak bahan bakar dalam pembakaran
bahan baku, sehingga tidak efisien dan jarang digunakan lagi.
B. Proses kering.
Pada proses ini bahan baku digiling lalu dibakar. Lima tahapan yang
dilalui adalah: 1.proses pengeringan dan penggilingan, 2.bahan baku di
rotary dryer dan roller meal, 3.proses mixer untuk menghasilkan
campuran yang homogen, 4. pembakaran bahan baku agar didapatkan
terak, lalu didinginkan, 5.penggilingan clinker dan gypsum.
Semen putih. Bahan baku utama adalah kalsit, digunakan untuk
pekerjaan finishing, sebagai pengisi nat, campuran plamir, campuran gips
dll. Semen Campur. Adalah semen campuran antara semen PC dengan
pozzolan buatan (fly ash) yang merupakan hasil sampingan pembakaran
batubara. Dalam pembakaran batubara, ampas bakarannya banyak
mengandung aluninium oksida atau besi oksida yang bisa digunakan
untuk campuran pembuatan semen. Jenis semen ini digunakan sebagai
additif pengadukan beton agar kualitas beton lebih baik. Di Indonesia
pabrik semen Padang memproduksi jenis semen lebih banyak daripada
pabrik lainnya. Namun pangsa pasar dikuasai oleh semen Tigaroda, lalu
disusul Holcim yang dulu bernama semen Kujang.
Proses pembuatan Mortar
Mortar Instan

Yaitu: produk berupa mortar (semen-pasir-kapur-additive) yang sudah jadi satu, dikemas dalam sebuah kemasan,
sifatnya instan hanya tinggal menambahkan air saja dan jadilah.

Contohnya: Plester, Acian, Thinbed

Instan disini Anda tinggal buka packing zaknya lalu tuangkan air dan aduk-aduk sampai rata, jadilah adonan
mortar siap pakai. Dibandingkan dengan Plester 1:4 konvensional yang harus ngayak pasirnya dulu lalu tuangkan
semennya diatas pasir lalu aduk-aduk tambahi air aduk-aduk lagi. Mortar Instan juga memiliki kelebihan lain yakni
sangat sedikit waste/kelebihan adonan karena produk mortar instan sudah bisa dikalkulasi untuk per m2 nya. tapi
yg konvensional juga gampang dikalkulasi.. Ya itu benar juga, apalagi mandor/tukangnya pengalaman maka
pasir dan semennya untuk per m2 juga bisa dikalkulasi. Tapiii yang mortar instan ini pastinya lebih gampang
ngitungnya, 1 zak plester (50 kg) kurang lebih bisa mengcover 2,5 m2 dinding bata merah dengan ketebalan 1
cm. lalu order mortar instannya sekian zak. Penempatan juga lebih efisien, dibanding kita harus menyiapkan
lahan untuk pasir dan tumpukan zak semen bila dihadapkan dengan cara konvensional. Dan juga lebih bersih di
area pekerjaan bila pakai mortar. Dan efektifitasnya adalah waktu kerja yang lebih cepat dan hasil yang
memuaskan.
Semen mortar sendiri memiliki keunggulan sebagai berikut :
1. Konsistensi Karena diproduksi masal dan juga dengan alat modern dan oleh pabrikan, maka konsistensi bahan bakunya
cukup seragam. Kita tidak perlu pusing lagi akan stabilitasnya.
2. Mudah Jelas, tinggal tambah air, langsung pakai.
3. Adanya additif yang sesuai akan memberikan sifat bahan yang lebih baik dibanding hanya dengan menggunakan
campuran semen biasa. Terkadang dengan aplikasi semen biasa bisa menyebabkan beberapa problem, antara lain lantai
terangkat, dinding pecah-pecah / retak, dan lain-lain. Penggunaan mortar yang tepat akan bisa menghindarkan problem ini
di kemudian hari. Kekurangannya otomatis dari sisi harga, karena mortar dijual amat sangat jauh lebih mahal daripada
semen.
Semen yang digunakan dalam pembuatan mortar ini ada 3 macam, yaitu :
1. Semen portland, yaitu semen yang digunakan dalam pekerjaan umum, seperti
untuk membangun rumah, jembatan, gedung-gedung bertingkat, dan bisa juga
digunakan untuk pengerus pada panas.
2. Semen campuran, yaitu semen yang digunakan sebagai fungsi seperti semen
portland. Misalnya semen tanah tinggi, semen pizzola, semen abu terbang.
3. Semen khusus, misalnya semen abu terbang.
Pasir juga digunakan sebagai komponen pencampur dalam pembuatan mortar. Pasir
adalah material yang terdiri dari pelapukan batu-batuan yang bermacam-macam. Ada
beberapa jenis pasir yang ada, yaitu :
1. Pasir galian, yaitu pasir yang ditambang di daerah pegunungan. Pasir ini mempunyai
ciri bentuknya yang tajam dan baik digunakan untuk beton.
2. Pasir sungai, yaitu pasir yang ditambang di sungai dan bentuknya bulat dengan
kemilaunya yang lebih banyak.
2.5 Metode pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland
Benda Uji
Benda uji memenuhi ketentuan ketentuan, di bawah ini :
1) Benda uji berbentuk kubus dengan ukuran sisi 5 cm dibuat dan mortar campuran semen Portland,
pasir kwarsa, dan air suling dengan komposisi tertentu;
2) Untuk pembuatan 6 benda uji diperlukan bahan sebagai berikut :
1 Semen Portland 500 gram;
2 Pasir kwarsa 1.375 gram;
3 Air suling 242 ml.
3) Pasir kwarsa yang digunakan harus memenuhi pesyaratan standar pasir Ottawa ASTM No.: C 190;
4) Radar air optinium mortar yang digunakan untuk membuat benda uji ditetapkan berdasarkan hasil
pengujian meja leleh.
Peralatan
Peralatan untuk pengujin kekuatan tekan mortar, terdiri dari :
1) Mesin pengaduk Standar ASTM C 305 yang kecepatan perputarannya dapat diatur, dilengkapi dengan
pengaduk kapasitas 2500 cc,
2) Meja leleh lengkap Standar A STM C-230 dengan cincin leleh dibuat dari baja 55 HRB,
3) Cetakan benda uji berbentuk kubus dengan panjang sisi 5 cm, dibuat dari baja HRB harus kedap air,
4) Timbangan kapasitas 2000 gramdengan ketelitian 0,1 gram;
5) Gelas ukur kapasitas 500 ml dengan ketelitian 2 ml;
6) Stop watch;
7) Alat pemadat;
8) Sendok perata;
9) Mistar dari baja panjang 20 cm, dengan ketelitian 1 mm;
10) Lemari lembab dengan derajat kelembaban 90%;
11) Mesin tekan dengan bidang tumpuan dari baja 60 HRB.
Perhitungan
Rumus rumus yang dugunakan untuk perhitungan adalah
1)Kekuatan tekan mortar dihitung dengan rumus :
Dimana

m = kekuatan tekan mortar, MPA


Pmaks = gaya tekan maksimum, N
A = luas penampang benda uji, nm
2
Untuk benda uji kubus dengan panjang sisi 50 mm, maka A = 2500 mm
2
Dimana :

m = berat isi mortar, kg/ml


Bm = berat benda uji, kg
V = volume benda uji, ml
Untuk benda uji kubus dengan panjang sisi 50 mm, maka V-125 ml.
Cara Uji
Pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland dilakukan melalui tahap pekerjaan, sebagai berikut :
1) Tuangkan 242 cc air suling ke dalam mengkok pengaduk, kemudian masukan pula perlahan lahan
contoh semen sebanyak 500 gram, biarkan kedua baan dalam mangkok pengaduk selama 30 detik;
2) Aduklah campuran air suling dan semen dengan menggunakan mesin pengaduk selama 30 detik;
kecepatan putaran mesin pengaduk adalah 1405 putaran per menit;
3) Siapkan pasir kwarsa sebanyak 1375 gram; masukan sedikit demi sedikit ke dalam mangkok yang berisi
campuran semen-air suling sambil diaduk dengan kecepatan yang sama dalam 30 detik; setelah itu
pengadukan diteruskan selama 30 detik dengan kecepatan pengadukan 28510 putaran per menit;
4) Pengadukan dihentikan, bersihkan motornya yang menempel di bibir dan bagian atas mangkok
pengaduk selama 15 detik, selanjutnya mortar dibiarkan selama 75 detik dalam mangkok pengaduk yang
ditutup;
5) Ulang kembali pengadukan selama 60 detikdengan kecepatan pengadukan 25810 putaran per menit;
6) Lakukan percobaan leleh dengan cara, sebagai berikut :
1 Letakan cincin leleh di atas meja leleh,lalu diisi dengan mortar sampai penuh; pengisian dilakukan
dalam 2 lapis, setiap lapis harus didapatkan 20 kali dengan alat pemadat;
2 Ratakan permukaan atas mortar dalam cincin leleh dan bersihkan mortar yang menempel di bagian
luar cincin leleh;
3 Angkatlah cincin leleh perlahan lahan, sehingga di atas meja leleh terbentuk mortar berbentuk
kerucut terpancung;
4 Getarkan meja leleh sebanyak 25 kali selama 15 detik, dengan tinggi jatuh in (12,7 mm)
5 Ukurlah diameter mortar diatas meja leleh minimal pada 4 tempat yang berlainan, lain hitung
diameter rata rata (d) mortar tersebut;
7 Ulangi pekerjaan 1) sampai dengan 6) dengan mortar baru & beberapa variasi kadar air, sehingga
diperoleh diameter rata rata d sama dengan 1,00 1,15 kali diameter semula d
s
;
8) Setelah tercapai dr= 1,00 1,15 kali ds pekerjaan selanjutnya dilanjutkan dengan mencetak benda uji
dengan urutan sebagai berikut :
1 Aduk kembali mortar di dalam mangkok pengaduk dengan kecepatan pegadukan 28510 putaran
per menit selama 15 detik;
2 Masukan mortar kedalam cetakan kubus; pengisian cetakan dilakukan sebanyak 2 lapis dan setiap
lapis harus dipadatkan 32 kali dengan 4 kali putaran dalam 10 detik; konfigurasi pemadatan seperti
tercantum pada; pekerjaan pencetakan benda uji, harus sudah dimulai dalam waktu paling lama 2 menit
setelah pengadukan semula (butir 5);
3 Ratakan permukaan atas kubus benda uji dengan menggunakan sendok perata;
4 Simpan kubus kubus benda uji dalam lemari lembab selama 24 jam;
5 Setelah itu bukalah cetakan dan redamlah kubus kubus benda uji dalam air bersih
sampai saat pengujian kuat tekan dilakukan;
9) Bila dibuat campuran mortar dulpo untuk benda uji tambahan, percobaan leleh
ditiadakan dan mortar dibiarkan dalam mangkok pengaduk selama 75 detik tanpa ditutup,
selanjutnya mortar yang menempel di bibir & bagian atas mangkok di bersihkan dalam waktu 15
detik; kemudian mortar diaduk kembali untuk mencetak benda uji, sesuai urutan dalam butir 8;
10) Pada umur yang telah ditentukan, lakukan pengujian kekuatan tekan terhadap benda uji
itu dengan urutan kegiatan sebagai berikut :
1 Angkatlah benda uji dan tempat peredaman, kemudian permukaannya dikeringkan
dengan cara di lap dan dibiarkan selama 15 menit;
2 Timbanglah kubus benda uji, lalu cacat berat benda uji itu;
3 Letakan benda uji pada mesin penekan; tekanlah benda uji itu dengan penambahan
besarnya gaya tetap sampai benda uji itu pecah. Pada saat pecah, catatlah besarnya gaya tekan
maksimum yang bekerja.
11) Hitunglah berat isi benda uji dengan rumus 3.3.2 serta kuat tekan dengan rumus 3.3.1
selanjutnya hitung nilai rata rata berat isi dan kekuatan tekan benda uji.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Semen merupakan suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif dan kohesif yang
memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi satu massa yang padat.
Meskipun dapat diterapkan untuk banyak jenis bahan, semen yang dimaksudkan untuk
konstruksi beton adalah bahan jadi dan mengeras dengan adanya air yang dinamakan
semen hidraulis. Hidraulis berarti semen bereaksi dengan air dan membentuk suatu
bahan massa.Sedangkan Mortar merupakan bahan campuran antara semen dan
agregat halus. Campuran antara semen dan agregat ini menggunakan perabandingan
tertentu sehingga daya tahan mortar terhadap tekanan maupun tarikan akan semakin
tinggi atau maksimal. Saat ini penggunaan mortar instan sebagai bahan bangunan
makin banyak dijumpai, baik dalam pembangunan proyek skala besar maupun kecil
seperti rumah tinggal. Mortar instan seolah mulai menggeser penggunaan adukan
mortar tradisional yang terdiri dari semen dan pasir dengan komposisi tertentu
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Penulis mengharapkan kritikan dan saran
terhadap makalah ini

Anda mungkin juga menyukai