Anda di halaman 1dari 21

Abses Leher Dalam

Natalia Nagan / 406162096


Kepaniteraan Ilmu Telinga, Hidung, Tenggorok, dan Gigi Mulut
RS Pelabuhan Jakarta
Anatomi Leher
Anatomi Leher

Fasia Servikal
Fasia Superfisial
Fasia Profunda
Lapisan superfisial
Lapisan Tengah
Lapisan Dalam
Ruang Peritonsil dan Parafaring
Ruang Retrofaring
Ruang Submandibular
Definisi

Abses : Kumpulan pus/ nanah yang terakumulasi di sebuah kavitas


karena adanya proses infeksi
Abses leher dalam : terkumpulnya nanah / pus di dalam ruang
potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran dari
berbagai sumber infeksi, seperti gigi, mulut, teggorokan, sinus
paranasal, telinga, dan leher.
Epidemiologi

Abses submandibular, abses peritonsil, dan abses parafaring


merupakan abses leher dalam yang tersering
Laki-laki dan perempuan berbanding 3:2
Etiologi

Jumlah % kultur +
Penyebab Jumlah % Jenis Kuman pasien

Gigi 77 43
Streptococcus viridans 63 39
Penyalahgunaan obat suntik 21 12 Staphylococcus epidermidis 46 28
Staphylococcus aureus
Faringotonsilitis 12 6,7 Bactroides Sp 35 22
Streptococcus -haemolyticus 22 14
Fraktur mandibula 10 5,6 Klebsiella pneumonia 34 21
Streptococcus pneumonia
Infeksi kulit 9 5,1 Mycobacterium tb 11 6,8
Anaerob gram negatif 10 6,2
Tuberculosis 9 5,1 Neisseria sp 10 6,2
Peptostreptococcus 9 5,5
Benda asing 7 3,9
Jamur 8 4,9
Peritonsil abses 6 3,4 Enterobacter 8 4,9
Bacillus sp 8 4,9
Trauma 6 3,4 Propionibacterium 7 4,3
Acinetobacter 6 3,7
Sialolitiasis 5 2,8 Actinimicosis israelii 6 3,7
Proteus sp 5 3,1
Parotis 3 1,7 Klepsiella sp 3 1,9
Bifidobacterium 3 1,9
Lain-lain 10 5,6 Microaerophilic streptococcus 3 1,9
Enterococcus sp 3 1,9
Tidak diketahui 35
Moraxtella catarrhalis 3 1,9
Dan lain-lain
3 1,9
2 1,2
6,8
Patogenesis

Pembentukan abses merupakan hasil perkembangan dari flora normal


dalam tubuh.
Flora normal dapat tumbuh dan mencapai daerah steril dari tubuh baik
secara perluasan langsung maupun melalui laserasi atau perforasi.
Penyebaran abses leher dalam dapat melalui beberapa jalan yaitu
hematogen, limfogen, dan celah antar ruang leher dalam.
Sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai
kuman, baik kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob.
Sumber infeksi paling sering pada abses leher dalam berasal dari infeksi
tonsil dan gigi. Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal
Gambaran Klinis dan Diagnosis

Abses leher dalam


Abses peritonsil (quinsy)
Abses retrofiring
Abses parafaring
Abses submandibular
Angina Ludovici ( Ludwigs Angina)

Gejala klinis secara umum


Demam
Nyeri
Pembengkakan
Abses Peritonsil

Abses peritonsil merupakan terkumpulnya material purulen yang


erbentuk di luar kapsul tonsil dekat kutub atas tonsil
Paling banyak ditemukan dan biasanya merupakan komplikasi
tonsillitis
Palatum mole membengkak
Stadium permulaan : pembengkakan dan hiperemis
Stadium lanjut : terjadi supurasi sehingga daerah tersebut lebih
lunak, pembengkakan peritonsil mendorong tonsil dan uvula ke arah
kontralateral, trismus disebabkan iritasi M. Pterygoideus. Abses
dapat pecah spontan dan terjadi aspirasi ke paru.
Tanda dan Gejala:
Demam
Nyeri tenggorok
Nyeri menelan ( odinofagia)
Hipersalivasi
Nyeri telinga (otalgia)
Suara bergumam (hot potato voice)
Regurgitasi
Mulut berbau ( foetor ex ore)
Terkadang sukar membuka mulut

Pemeriksaan fisik:
Palatum mole bengkak dan menonjol
Arkus faring tidak simetris
Uvula terdorong ke kontralateral
Trismus
Untuk memastikan diagnosis dapat dilakukan pungsi aspirasi dari
tempat yang paling fluktuatif
Terapi:
Antibiotika dosis tinggi
Obat simtomatik
Kumur-kumur air hangat
Kompres dingin pada leher
Pembedahan drainase ( teknik aspirasi jarum atau teknik insisi dan drainase)
tempat insisi pada daerah yang paling menonjol dan lunak, atau pada
pertengahan garis yang menghubugkan dasar uvula dengan graham atas
terakhir
Pasien dianjurkan untuk operasi tonsilektomi; umumnya dilakukan sesudah
infeksi tenang ( 2-3 minggu sesudah drainase)

Kompikasi: abses pecah spontan perdarahan, aspirasi paru,


piemia; abses parafaring, mediastinitis, thrombus sinus kavernosus,
meningitis, abses otak
Abses Retrofaring

Terutama terjadi pada bayi atau anak di bawah 2 tahun


Pada anak biasanya abses terjadi mengikuti infeksi saluran nafas atas
dengan supurasi pada kelenjar getah bening yang terdapat pada daerah
retrofaring
Pada dewasa biasa terjadi akibat adanya trauma tumpul pada mukosa
faring atau perluasan abses dari struktur yang berdekatan
Tannda dan gejala: odinofagia, disfagia, demam, pergerakan leher terbatas,
sesak nafas (hipofaring), stridor, pembengkakan dinding posterior
Terapi: medikamentosa (antibiotic dosis tinggi), tindakan bedah
Komplikasi: penjalaran ke ruang parafaring, mediastinitis, obstruksi jalan
napas, pneumonia aspirasi dan abses paru
Abses Parafaring

Terjadi setelah infeksi faring, tonsil, adenoid, gigi, parotis, atau kelenjar
limfatik.
Banyak kasus abses parafaring merupakan perluasan dari abses leher dalam
lain
Tanda dan Gejala: demam, trismus, nyeri tenggorok, odinofagi, disfagi.
Pemeriksaan fisik didapatkan: pembengkakan di daerah parafaring,
pendorongan dinding lateral faring ke medial, angulus mandibular yang
tidak teraba
Terapi: pemberian antibiotic dosis tinggi, evakuasi abses dilakukan bila
tidak ada perbaikan dengan AB dalam 24-48jam dengan eksplorasi. Drainas
dilakukan melalui insisi servikal.
Komplikasi: peradangan intracranial, ruptur pembuluh darah, septikemia
Abses Submandibula

Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur,
kelenjar limfe, atau infeksi ruang leher lain
Diagnosis: nyeri rongga mulut dan leher, air liur banyak.
Pembengkakan di daerah submandibular, fluktuatif, lidah terangkat
ke atas dan terdorong ke belakang, angulus mandibular dapat
teraba.
Angina Ludovici

Peradangan selulitis atau flegmon dari bagian superior ruang


suprahyoid atau di daerah sub mandibular
Paling sering terjadi akibat infeksi gigi
Diagnosis: biasanya akan mengenai kedua sisi submandibular,
hipersalivasi, trismus, nyeri, disfagia, massa di submandibular yang
tampak hiperemis dan keras pada perabaan
Terapi: AB dosis tinggi, eksplorasi dengan pembedahan insisi
Komplikasi: sumbatan jalan nafas, penjalaran ke ruang leher dalam
lain, mediastinitis, sepsis
Pemeriksaan Penunjang

Rontgen servikal lateral


Rontgen panoramiks
Rontgen thorax
CT-Scan gold standar
Pemeriksaan Bakteriologi
Lab darah
Penatalaksanaan

Antibiotik dosis tinggi


Evakuasi abses
Terjaganya jalan nafas dan drainase abses yang baik
Thank You

Anda mungkin juga menyukai