Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati DIURETIK Berperan sentral dalam mengatasi gejala kongesti. Pd gagal jantung terjadi retensi Na+ dan air, yg tingkatkan EDV, agar SV naik. Krn kontraktilitas myocard lemah, EDV makin tinggi, timbulkan kongesti di paru dan perifer. Peninggian EDV diikuti oleh aktivasi neurohumoral, yg perparah gagal jantung. Diuretik kurangi cairan ekstrasel dan preload, kurangi gejala kongesti dan perbaiki kapasitas gerak badan, tetapi tak turunkan mortalitas, kecuali dgn antagonis aldosteron. Kurangi konsumsi garam, beri efek aditif. Loop diuretics (furosemide, bumetanide, torsemide) adalah diuretika kuat yg digunakan; pantau efeknya dengan timbang BB dan periksa elektrolit. Tujuan diuretik adalah utk pertahankan euvolemia. K+-sparring diuretics (amiloride, triamterene) adalah diuretik lemah, digunakan bersama loop diuretic utk kurangi hipokalemia. Nephron sites of action of diuretics ACE-INHIBITOR Sistem renin-angiotensin-aldosterone (R-A-A) berperan sentral dalam patofisiologi gagal jantung. Angiotensin II adalah vasokonstriktor kuat, mediator retensi Na+ dan air melalui efeknya thd tekanan filtrasi glomerular dan sekresi aldosterone. Angiotensin II tingkatkan pengeluaran katekolamin simpatis dan medulla adrenal, aritmogenik, hiperplasia vaskuler, hipertrofi jantung, dan kematian myosit. Berarti antagonis angiotensin II merupakan salah satu kunci pengobatan gagal jantung. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) tekan produksi Ang II dan aldosterone, turunkan aktivitas simpatis, dan perkuat efek diuretik pada gagal jantung. Penghambat R-A-A (ACEI dan AT1 Receptor Antagonists) Setelah pengobatan kronik ACEI, kadar Ang II kembali ke semula (Ang II escape), krn Ang II diproduksi melalui enzim lain. Timbul dugaan ACEI bekerja dengan cara lain: hambat kininase yg identik dgn ACE tingkatkan bradykinin dan efeknya; tingkatkan NO, cyclic GMP, dan eicosanoids (semuanya vasodilator); vasodilator ini antagonisir efek Ang II thd pertumbuhan sel otot polos vaskuler dan fibroblas jantung, dan produksi matriks sel perbaiki hemodinamik dan timbulkan efek anti- remodelling. ACEI timbulkan vasodilatasi arteriol yg lebih besar dari venuleturunkan preload dan naikkan SV dan CO. AT1 receptor antagonist (ARB) naikkan aktivitas Ang II thd reseptor AT2. R-A-A System ACEI (captopril, enalapril, ramipril, lisinopril, quinapril, fosinopril, imidapril) Dibuktikan efektif obati semua tingkat gagal jantung, termasuk disfungsi ventrikel kiri yg asimtomatik. Mulai dengan dosis kecil guna hindari hipotensi, perlahan naikkan dosis sambil pantau TD, elektrolit dan kreatinin. Perbaiki survival pd semua tingkat gagal jantung, cegah disfungsi ventrikel dan mortalitas pasca infark myokard. ES: batuk, retensi ringan K+,dan perparah gagal ginjal. AT1 Receptor Antagonists (losartan, valsartan, telmisartan, olmesartan, ibersartan, candesartan)
Diberikan bersama ACEI guna kurangi Ang II
escape. Mungkin juga kurangi efek samping ACEI batuk dan angioedema. Bersifat aditif dgn ACEI pd hipertensi dan gagal jantung. Rupakan alternatif pd hipertensi dan gagal jantung, yg dgn ACEI timbulkan efek samping. Berbagai uji klinik buktikan ARB perbaiki survival dan kurangi hospitalisasi gagal jantung. ARB juga bermanfaat utk gagal jantung diatolik. BETA BLOCKER Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian -blocker dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor 1, antara lain : (1) penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung; (2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan Angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosentesis prostasiklin. CALCIUM CHENNEL BLOCKERS Efek samping Efek samping teruma golongan dihidropiridin disebabkan karena vasodilatasi berlebihan. Gejala yang tampak berupa pusing, sakit kepala, hipotensi, reflex takikardia, flushing, mual, muntah, eema perifer, batuk, edema paru dsb. Verapamil lebih sering menimbulkan konstipasi dan hiperplasi gingival. Kadang-kadang terjadi somnolen, rash dan kenaikan enzim hati. Nimodipin pada dosis tinggi dapat menyebabkan kejang otot.5 Penggunaan verapamil dan BB merupakan kontraindikasi karena dapat meningkatkan blok AV dan depresi berat fungsi ventrikel. Penghambat kanal Ca++ dikontraindikasikan pada aritmia karena konduksi antegrad seperti sindroma Wolff-Parkinson-White atau fibrilasi atrium ALFA BLOCKERS MANAJEMEN TERAPI HIPERTENSI