Anda di halaman 1dari 40

Referat THT

EPISTAKSIS
Noverio Michael S. 0710023
Viola Stephanie W. 0710064
Dewi Yuniar 0710083
Veronica M. Simanjuntak 0710130
Nova Sri Melita S. 0710208

Preseptor : dr. M. Indra Sapta, SpTHT-KL


Pendahuluan
Epistaksis keluarnya darah dari hidung.
(mimisan)

tanda / keluhan ( penyakit)

Epistaksis berat (jarang dijumpai) dapat


berakibat fatal & menyebabkan kematian

Faktor etiologi harus dicari & dikoreksi untuk


mengobati epistaksis secara efektif
ANATOMI HIDUNG
Kerangka Hidung Luar
Dinding Medial
Dinding Lateral
Supplai Darah Septum Nasi
Persarafan
FISIOLOGI HIDUNG
Jalan nafas
Alat pengatur kondisi udara
Penyaring udara
Indra penciuman
Untuk resonansi suara
Membantu proses bicara
Refleks nasal
EPISTAKSIS
Definisi
Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung.
merupakan suatu tanda / keluhan, bukan penyakit.
Etiologi
Perdarahan hidung diawali oleh pecahnya
pembuluh darah di dalam selaput mukosa hidung.
80% perdarahan berasal dari pembuluh darah
Pleksus Kiesselbach (area Little).
Pleksus Kiesselbach terletak di septum nasi
bagian anterior, di belakang persambungan
mukokutaneus tempat pembuluh darah yang kaya
anastomosis.
Epistaksis sering kali timbul spontan tanpa dapat
ditelusuri penyebabnya.
Etiologi
Penyebab Lokal Penyebab Sistemik
1. idiopatik 1. kardiovaskuler
2. trauma
2. penyakit darah
3. radang akut/kronik
/pembuluh darah
4. alergi
3. peradangan sistemik
5. neoplasma
4. gangguan endokrin
6. parasit hidung
7. struktur
8. lingkungan
Klasifikasi
Berdasarkan sumber perdarahan
1. Epistaxis anterior
Hampir 90% epistaxis yang terjadi merupakan
epistaxis anterior.
Perdarahan sebagian besar berasal dari plexus
Kiesselbach, yaitu jaringan anastomosis
pembuluh darah, yang terletak pada septum
nasi anteroinferior. Regio terdapatnya plexus
Kiesselbach ini disebut Littles area. Plexus
Kiesselbach mendapat perdarahan dari Ateri
carotid interna dan externa.
Perdarahan juga bisa berasal dari concha
inferior.
2. Epistaxis posterior
Perdarahan berasal dari Ateri
sphenopalatina pada cavitas nasi posterior
atau nasopharynx.
Pada daerah nasopharynx, ukuran
pembuluh darahnya lebih besar sehingga
perdarahannya lebih aktif.
Epistaxis posterior cenderung terjadi pada
pasien dengan atherosclerosis, diathesis
haemorrhagik, dan yang pernah menjalani
operasi sinus atau nasal.
Berdasarkan etiologi perdarahan
1. Erosi pada mucosa nasal
2. Fraktur atau trauma lain yang merusak mucosa
pada daerah atipikal, seperti dinding lateral
dengan fraktur nasal.
3. Neoplasma: penyebab yang jarang. Kemungkinan
keganasan harus dipertimbangkan bila epistaxis
terjadi tanpa sumber perdarahan yang tipikal
dari anterior maupun posterior.
LITTLES AREA = PLEKSUS KIESSELBACH

A. ETMOID ANTERIOR
A. KAROTIS INTERNA
A. ETMOID POSTERIOR

A. PALATINA MAYOR
A. SFENOPALATINA A. KAROTIS EKSTERNA
A. LABIALIS SUPERIOR
PLEKSUS KIESSELBACH
Patofisiologi
Bila akibat trauma, ada Epistaksis spontan, tanpa
pembuluh darah pecah. trauma.
Ada teori keseimbangan
Perdarahan terjadi karena hormonal.
pembuluh darah kurang Hormon estrogen turun,
dapat berkontraksi: timbul rangsangan untuk
-pembuluh darah terletak
terjadi perdarahan.
antara periosteum dan mukosa PA : tidak ada pemb.darah
tipis. pecah.
-tidak ada bantalan yang Hipotesis : darah keluar
melindungi pembuluh darah.
secara diapedesis melalui
membrana basalis.
Mekanisme yang sebenarnya
belum jelas.
Gejala klinik
Darah menetes atau mengalir dari
lubang hidung depan atau belakang.
Muntah darah bila banyak darah
tertelan.
Bisa spontan.
Bisa akibat trauma.
Bila perdarahan berlanjut penderita
menjadi lemah, pucat, anemis.
Penderita jatuh syok, nadi cepat, lemah,
tekanan darah turun.
SUMBER PERDARAHAN
BAGIAN ANTERIOR:
*LITTLES AREA
*A. ETMOID ANTERIOR
BAGIAN POSTERIOR:
*A. SFENOPALATINA
*A. ETMOID POSTERIOR
Pemeriksaan Fisik
a) Rinoskopi anterior
Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara
teratur dari anterior ke posterior.
Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi,
dinding lateral hidung dan konkha inferior
harus diperiksa dengan cermat.
b) Rinoskopi posterior
Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi
posterior penting pada pasien dengan
epistaksis berulang dan sekret hidung
PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan epistaksis adalah:


Menghentikan perdarahan
Mencegah komplikasi
Mencegah berulangnya epistaksis
Pengobatan disesuaikan dengan keadaan
penderita, apakah dalam keadaan akut atau
tidak.
1. Perbaiki keadaan umum penderita, penderita
diperiksa dalam posisi duduk kecuali bila
penderita sangat lemah atau keadaaan syok.
2. Menghentikan perdarahan
a. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan,
perdarahan dapat dihentikan dengan cara duduk
dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung
ditekan ke arah septum selama beberapa menit.
b. Tentukan sumber perdarahan dengan memasang
tampon anterior yang telah dibasahi dengan adrenalin
dan pantokain/lidokain, serta bantuan alat penghisap
untuk membersihkan bekuan darah.

c. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat


dilihat dengan jelas, dilakukan kaustik dengan larutan
nitras argenti 20%-30%, asam trikloroasetat 10% atau
dengan elektrokauter. Sebelum kaustik diberikan
analgesia topikal terlebih dahulu.
3. Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih
terus berlangsung, diperlukan pemasangan
tampon anterior dengan kapas atau kain kasa
yang diberi vaselin yang dicampur betadin atau
zat antibiotika. Dapat juga dipakai tampon rol
yang dibuat dari kasa sehingga menyerupai pita
dengan lebar kurang cm, diletakkan
berlapis-lapis mulai dari dasar sampai ke
puncak rongga hidung. Tampon yang dipasang
harus menekan tempat asal perdarahan dan
dapat dipertahankan selama 1-2 hari.
Tampon Anterior
4. Perdarahan posterior diatasi dengan
pemasangan tampon posterior atau tampon
Bellocq, dibuat dari kasa dengan ukuran lebih
kurang 3x2x2 cm dan mempunyai 3 buah
benang, 2 buah pada satu sisi dan sebuah lagi
pada sisi yang lainnya. Tampon harus menutup
koana (nares posterior)
Untuk memasang tampon Bellocq:
1. Dimasukkan kateter karet melalui nares anterior sampai
tampak di orofaring dan kemudian ditarik ke luar melalui
mulut.
2. Ujung kateter kemudian diikat pada dua buah benang yang
terdapat pada satu sisi tampon Bellocq dan kemudian kateter
ditarik keluar hidung.
3. Benang yang telah keluar melalui hidung kemudian ditarik,
sedang jari telunjuk tangan yang lain membantu mendorong
tampon ini ke arah nasofaring.
4. Jika masih terjadi perdarahan dapat dibantu dengan
pemasangan tampon anterior, kemudian diikat pada sebuah
kain kasa yang diletakkan di tempat lubang hidung sehingga
tampon posterior terfiksasi.
5. Sehelai benang lagi pada sisi lain tampon Bellocq dikeluarkan
melalui mulut (tidak boleh terlalu kencang ditarik) dan
diletakkan pada pipi. Benang ini berguna untuk menarik
tampon keluar melalui mulut setelah 2-3 hari. Setiap pasien
dengan tampon Bellocq harus dirawat.
5. Sebagai pengganti tampon Bellocq dapat dipakai
kateter Foley dengan balon. Balon diletakkan di
nasofaring dan dikembangkan dengan air. Teknik
sama dengan pemasangan tampon Bellocq.

6. Di samping pemasangan tampon, dapat juga


diberi obat-obat hemostatik. Akan tetapi ada
yang berpendapat obat-obat ini sedikit sekali
manfaatnya.

7.Ligasi arteri dilakukan pada epistaksis berat dan


berulang yang tidak dapat diatasi dengan
pemasangan tampon posterior. Untuk itu pasien
harus dirujuk ke rumah sakit.
KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat langsung
dari epistaksis atau sebagai akibat dari penanganan
yang dilakukan
1. Akibat dari epistaksis yang hebat dapat terjadi syok
dan anemia.
2. Turunnya tekanan darah yang mendadak dapat
menimbulkan iskemi cerebri, insufisiensi koroner
dan infarkmiocard, hal-hal inilah yang menyebabkan
kematian
3. Akibat kauterisasi dapat terjadi sinekia
(perlekatan), perforasi septum.
4. Akibat pemasangan tampon anterior dapat
timbul sinusitis (karena ostium sinus
tersumbat), air mata yang berdarah (bloody
tears) karena darah mengalir secara retrograd
melalui duktus nasolakrimalis dan septikemia
5. Akibat pemasangan tampon posterior dapat
timbul otitis media, haemotympanum, serta
laserasi palatum mole
KOMPLIKASI
AKIBAT PERDARAHAN: AKIBAT PASANG TAMPON:
1. SYOK 1. TIMBUL SINUISITIS
2. ANEMIA 2. TIMBUL OMA
3. ASPIRASI DARAH 3. HEMOTIMPANUM
4. GAGAL GINJAL 4. AIR MATA DARAH (BLOODY TEARS)
5. TENSI TURUN 5. SEPTIKEMIA
MENIMBULKAN ISKEMIA 6. LASERASI MUKOSA HIDUNG
OTAK, INSUFISIENSI (AKIBAT TAMPON ANTERIOR)
KORONER, INFARK MIOKARD. 7. LASERASI SUDUT BIBIR, PALATUM
MOLLE, ALA NASI (AKI BAT
TAMPON BELLOCQ)
PENCEGAHAN
1. Gunakan tetes hidung NaCl atau air garam steril untuk
membasahi hidung.
2. Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.
3. Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan
cotton bud. Jangan masukkan cotton bud melebihi 0,5
0,6cm ke dalam hidung.
4. Jangan membuang ingus keras-keras..
5. Hindari benturan pada hidung.
6. Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung,
termasuk jari.
7. Batasi penggunaan obat obatan yang dapat
meningkatkan perdarahan seperti aspirin atau ibuprofen.
8. Berhentilah merokok. Merokok menyebabkan hidung
menjadi kering dan menyebabkan iritasi.
PROGNOSIS
Prognosis epistaksis bagus tetapi bervariasi. 90%
kasus epistaksis anterior dapat berhenti sendiri.
Dengan terapi yang adekuat dan kontrol
penyakit yang teratur, sebagian besar pasien
tidak mengalami perdarahan ulang.
Pada beberapa penderita, epistaksis dapat
sembuh spontan tanpa pengobatan. Pada pasien
hipertensi dengan/tanpa arteriosklerosis,
biasanya perdarahan hebat, sering kambuh dan
prognosisnya buruk

Anda mungkin juga menyukai