Kajian reseptor indera rasa pengecap secara fisiobiologis diperankan oleh taste buds.
Mekanisme terjadinya rangsangan indera rasa pengecap dimulai dengan adanya rasa
primer di dalam rongga mulut oleh taste buds sebagai reseptor sel syaraf rasa kecap
yang merupakan bagian tubuh untuk menimbulkan respons biologi.
Kualitas rasa makanan dapat berubah yang berasal dari dua faktor, pertama dari
bahan makanan itu sendiri dan yang kedua karena adanya perubahan sistemik dalam
tubuh di luar sel pengecap. Persepsi rasa pengecap makanan selain tergantung dari
reseptor pengecap pada taste buds, juga dipengaruhi oleh co stimulus lain karena
rangsangan pada reseptor rasa somas terhadap makanan tersebut serta adanya
memori terhadap makanan tersebut pada susunan saraf pusat sampai diteruskannya
persepsi makanan melalui lintasan pengecap.
Peran sel signaling di saraf perifer dengan membuktikan perubahan biologik yang terjadi pada
elemen yang menjalankan transduksi rasa pengecap yang kompleks, dalam taste buds terdapat
elemen Gustducin yang berperan dalam lintasan indera pengecap ini dan mekariisme untuk
masing masing rasa mempunyai spesifikasi sendiri. Reseptor 7- transmembran heliks berperan
untuk memulai cascade signaling dengan mengikat Gproteins. Rasa pengecap dalam rongga
mulut dapat berubah apabila didapatkan perubahan homeostasis dalam tubuh, misalnya pada
keadaan kekurangan ion natrium maka reseptor rasa pengecap yang berhubungan dengan
saluran ion natrium menurun kepekaannya terhadap rasa asin, demikian juga dengan reseptor
lain.
Transduksi dan coding tergantung pada input TRCs melalui serabut saraf aferent, informasinya
mengkode kwalitas rasa yang tergantung pada pola komparasi di antara serabut tersebut.
Masing-masing serabut saraf mempunyai spesifikasi menurut kepekaan terhadap rasa tertentu,
misalnya yang peka terhadap rasa asin, maka serabut sarafnya mempunyai kepekaan tinggi
terhadap rasa asin tetapi juga dapat merasakan rasa lain dengan kepekaan lebih rendah atau
peristiwa keracunan, hal ini berakibat berubahnya konsentrasi Ca2+ di dalam sitosol dan
menyebabkan kematian sel. Sebagian besar Ca2+ sitosol tersimpan terutama di dalam retikulum
endoplasmik dan mitokondria serta vesikel-vesikel lainnya dengan jumlah yang lebih kecil.
II. ANALISIS MASALAH
a) Mengapa nyeri dirasakan terus menerus ? Nyeri dirasakan terus menerus karena
terjadi inflamasi yang dirasakan hingga peritoneal
b) Mengapa nyeri tidak berkurang meskipun berbaring ? Karena tidak terjadi
kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal
c) Bagaimana mekanisme nafsu makan menurun? Penurunan nafsu makan
merupakan akibat dari kerjasama IL-1 dan TNF-alfa. Keduanya akan
meningkatkan leptin dalam sirkulasi menyebabkan negative feedback ke
hipotalamus ventromedial yang berakibat pada penurunan intake makanan.
d) Apa saja informasi mengenai keluhan yang harus ditanyakan oleh dokter untuk
menegakkan penyebab nyeri pada kasus ini ? Lokasi Sakit, Onset dan Kronologis,
Kualitas (Sifat Sakit), Kuantitas (Derajat) Sakit, Faktor yang Memperberat Keluhan,
Faktor yang Memperingan Keluhan, Keluhan yang Menyertai (Lengkap di LI)
DAFTAR PUSTAKA
Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation. Emerg
MedClin North Am 19:123-136, 2001.
Dodge JA. Vomiting And Regurgitation. Pediatric Gastrointestinal Disease
Markum, H.M.S. 2011. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis. Jakarta
Pusat:InternaPublishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Redhono, Dhani. dkk. 2012. KOMUNIKASI III HISTORY TAKING -- ANAMNESIS. Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Diunduh dari
http://fk.uns.ac.id/static/file/Manual_Semester_II-2012.pdf. pada 26 September 2017
Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2
Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: TheHighPrevalenceofPain in Emergency Medicalcare. Am
J Emerg Med 20:165-169, 2002.
Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi 17. New York.
Mcgrawhill companies.