Anda di halaman 1dari 88

Ikatan Akuntan INDONESIA

Pajak Penghasilan Badan


Brevet Pajak Terapan A & B
Outline

Subjek Pajak

Objek Pajak

Pembukuan

Pengurangan yang Diperkenankan & Tdk Dpt Dikurangkan

Penghitungan Pajak

Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25

SPT PPh Badan

Page 2
SUBJEK PAJAK

Page 3
PPh dikenakan terhadap.? (Pasal 1 UU PPh)

Diterima/Diperoleh
Subjek Pajak Penghasilan
dalam Tahun Pajak

Page 4
Subjek Pajak Pasal 2 (1) UU PPh

Orang Pribadi

Warisan yang yang belum


terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak

Badan

Bentuk Usaha Tetap

Page 5
SUBYEK PAJAK PPh BADAN

BADAN : SEKUMPULAN ORANG DAN ATAU MODAL YANG


MERUPAKAN SATU KESATUAN YANG MELAKUKAN USAHA
MAUPUN YANG TIDAK MELAKUKAN USAHA

BENTUK USAHA TETAP (BUT) : BENTUK


USAHA YANG DIPERGUNAKAN OLEH
SUBYEK PAJAK LUAR NEGERI UNTUK
MENJALANKAN USAHA ATAU MELAKUKAN
KEGIATAN DI INDONESIA

Page 6
Subjek Pajak Pasal 2 ayat (2) UU KUP

Subjek Pajak
Subjek Pajak Luar
Dalam Negeri
Negeri (SPLN)
(SPDN)

Page 7
SUBJEK PAJAK
DALAM NEGERI
Pasal 2 ayat (3) UU PPh

YANG DIDIRIKAN ATAU


BERTEMPAT KEDUDUKAN DI
INDONESIA

Page 8
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
Pasal 2 ayat (4)

BADAN YG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT


KEDUDUKAN DI INDONESIA

YANG MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
MELALUI
BUT DI INDONESIA

Page 9
BENTUK USAHA
TETAP
Pasal 2 ayat (5)

BENTUK USAHA YANG


DIPERGUNAKAN OLEH

ORANG PRIBADI BADAN


SEBAGAI SEBAGAI
SUBJEK PAJAK LN SUBJEK PAJAK LN

UNTUK MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
Puspenpa 2000
Page 10 DI INDONESIA 10
BUT dapat berupa:

Tempat kedudukan manajemen


Cabang Perusahaan
Kantor Perwakilan
Gedung kantor
Pabrik
Bengkel
Gudang
Ruang untuk promosi dan penjualan
Pertambangan dan penggalian sumber alam
Wilayah kerja pertambangan migas
Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan
Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan
Pemberian jasa oleh pegawai atau orang lain sepanjang dilakukan > 60 hari dlm jangka waktu
12 bulan
Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Ina yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Ina
Komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa atau digunakan oleh
penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet

Page 11
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
Pasal 2A ayat (1),(2),(3),(4) dan (5)

SPDN SPLN

BADAN BUT

MULAI : MULAI :
SAAT DIDIRIKAN / SAAT MELAKUKAN
BERKEDUDUKAN USAHA/KEGIATAN
DI INDONESIA MELALUI BUT DI
INDONESIA
BERAKHIR :
SAAT DIBUBARKAN ATAU BERAKHIR :
TIDAK LAGI SAAT TDK LAGI MENJALANKAN
BERKEDUDUKAN DI USAHA/KEGIATAN MELALUI BUT
INDONESIA. DI INDONESIA.

Page 12 12
Tidak Termasuk Subjek Pajak Badan

Organisasi-
Kantor Perwakilan
organisasi
Negara Asing
Internasional
Indonesia menjadi anggota
organisasi tersebut
Tidak menjalankan usaha,
kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain
memberikan pinjaman kepada
Pemerintah yang dananya berasal
dari iuran anggota

Page 13
OBJEK PAJAK

Page 14
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG :

- Diterima atau diperoleh WP


- Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
- Dapat dipakai untuk konsumsi/menambah kekayaan WP

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN

Page 15
Klasifikasi Penghasilan

Penghasilan

1. Dikenai Tarif Umum Ps. 17 / Psl 4/1

2. Dikenai PPh Bersifat Final / Psl 4/2


3. Dikecualikan dari Objek Pajak / Psl 4/3

Page 16
PENGHASILAN MENURUT PAJAK DAN PELAPORANNYA
DALAM SPT TAHUNAN PPh

Penghasilan
(income/revenue)

Objek PPh Objek PPh Final Bukan Objek


Psl. 4 (1) Psl. 4 (2) PPh Psl. 4 (3)

Sesuai UU Tidak
Sesuai UU

over under

Koreksi negatif Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif negatif

Page 17
Dikenai Tarif Umum Pasal 17
Psl 4/1

Page 18
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (1)

Penggantian /imbalan berkenaan dgn pekerjaan/jasa yg


diterima/diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, /imbalan
dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU ini

Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan


penghargaan

Laba usaha

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan


harta

Page 19
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (2)

Bunga termasuk premium, diskonto

Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun

Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

Page 20
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (3)

Sewa dan penghasilan lain sehubungan


dengan penggunaan harta

Keuntungan selisih kurs mata uang asing

Page 21
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (4)

Premi asuransi

Tambahan kekayaan neto yang berasal dari


penghasilan yang belum dikenakan pajak

Page 22
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (5)

Imbalan bunga sebagaimana dimaksud


dalam UU KUP

Page 23
Dikenai Pajak Bersifat Final

Page 24
Konsekuensi Pengenaan PPh Final

CASE : SEWA
treatment
biaya-biaya
terkait tidak
dapat menjadi
pengurang

pajak yang
dibayar tidak
dapat
dikreditkan
penghasilan tidak
dihitung kembali
pada saat
penghitungan
pajak akhir tahun

Page 25
Dikecualikan dari Objek Pajak

Page 26
Dikecualikan dari Objek Pajak (1)

bantuan atau sumbangan, termasuk zakat

harta hibahan

warisan

harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan


sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal

Page 27
Contoh
Tuan A ingin menambah modalnya di PT X
dengan menyerahkan sebuah gudang . Nilai sisa
buku fiskal gudang sebelum penyerahaan adalah
Rp. 500 jt. sedangkan harga pasarnya Rp. 1
miliar. Maka PT. X Mencatat setoran modal
berupa gudang dari Tuan A sebesar Rp. 1 Miliar.
Sedangkan Tuan A mengakui keuntungan
pengalihan harta sebesar harga pasar gudang
(Rp. 1 miliar ) dikurangi NSBF-nya (Rp. 500 jt ) =
sebesar Rp.500 juta

Page 28
Dikecualikan dari Objek Pajak (2)

Penggantian/imbalan sehubungan dengan


pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan

pembayaran perusahaan asuransi kepada OP:


asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa

dividen /bagian laba yang diterima /diperoleh PT


sebagai WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia

Page 29
Dikecualikan dari Objek Pajak (3)

iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun yang


pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan

bagian laba yang diterima atau diperoleh


anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,

Page 30
Dikecualikan dari Objek Pajak (4)

beasiswa yang memenuhi persyaratan


tertentu yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan

Page 31
Ilustrasi HIBAH:
Tidak ada hubungan usaha, kepemilikan
sesuai Ps.4 ayat 3 UU PPh

PT. ABC/Pemberi YAYASAN XYZ/Penerima

HIBAH TANAH & GEDUNG KEPADA


YAYASAN KEAGAMAAN

NILAI BUKU TANAH &


NILAI BUKU TANAH &
GEDUNG TIDAK DAPAT
GEDUNG BUKAN OBYEK
DIBEBANKAN ( NON
PPh ( NON OBJEK PAJAK)
DEDUCTIBLE)

Page 32
PEMBUKUAN

Page 33
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)

WP OP (kegiatan usaha/ pekerjaan bebas)


Siapa? WP Badan

WP OP Norma (peredaran < Rp 4,8 miliar)


Pengecualian WP OP tidak melakukan kegiatan
(Tetap Wajib Pencatatan) usaha/pekerjaan bebas

Page 34
PENGERTIAN PEMBUKUAN
Pasal 1 angka 26 UU KUP

Proses Pencatatan secara teratur untuk mengumpulkan DATA


dan INFORMASI KEUANGAN

MELIPUTI
Harta
Kewajiban
Modal
Penghasilan dan Biaya
Harga Perolehan dan Penyerahan Barang/Jasa

Dengan menyusun LAPORAN KEUANGAN


(NERACA & LABA RUGI)
pada setiap tahun pajak berakhir
Page 35
Sanksi terkait Pembukuan

Sanksi Administratif (Pasal 13 ayat (3) UU KUP)


Tidak memenuhi kewajiban terkait pembukuan sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak terutang:
atas SKPKB terbit, pokok pajak yang kurang ditambah sanksi kenaikan
sebesar 50% untuk PPh dan 100% untuk PPh Potput, PPN & PPNBM dari
pajak yang tidak/kurang dibayar/dipotong/ dipungut/disetor

Sanksi Pidana (Pasal 39 ayat (1) UU KUP)

Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen yang


palsu/dipalsukan;
Tidak menyelenggarakan pembukuan di Indonesia/tidak meminjamkan buku,
catatan atau dokumen; maka
dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun
dan didenda paling sedikit 2 kali jumlah pajak tidak/kurang bayar dan paling
banyak 4 kali kali jumlah pajak tidak/kurang bayar
Page 36
ALUR PENYUSUNAN SPT TAHUNAN PPh BADAN

Dokumen Jurnal Buku Besar Neraca saldo


Sumber transaksi

Laporan Rekonsiliasi SPT Tahunan


Keuangan Fiskal PPh Badan
(Laba Rugi)

Koreksi Fiskal

Menambah PPh Terutang Mengurangi PPh Terutang


(koreksi positif) (koreksi negatif)
Page 37
Rekonsiliasi Fiskal Biaya
Beban
(cost/expense)

Dapat Dikurangkan Tidak dapat dikurangkan


Psl.6 (1) Ps.9 (1)

Sesuai UU Tidak Sesuai UU

over under

Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif positif

Page 38
PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL

Page 39
Apa Yang Dapat diSusutkan/Diamortisasi ?

Aktiva Tetap:
harta perusahaan yang dimiliki untuk menciptakan
penghasilan dan mempunyai masa manfaat (umur ekonomis)
lebih dari satu tahun. Terhadap aktiva ini diperkenankan
untuk dilakukan alokasi pembebanan biaya melalui
penyusutan dan dibebankan sebagai pengurang penghasilan
bruto.

Harta Tak Berwujud

Page 40
Harga Perolehan (1)

Jumlah yang
sesungguhnya
dikeluarkan untuk Hubungan Berelasi:
mendapatkan harta Jumlah yang
yang bersangkutan seharusnya dikeluarkan
(harga pasar wajar)

Page 41
Harga Perolehan (2)

Jumlah yang seharusnya dikeluarkan berdasarkan harga pasar wajar,


dalam hal:
tukar menukar ( jika ada penerimaan kas )
likuidasi, penggabungan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan perusahaan, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri
Keuangan.

Page 42
Contoh :
Tuan A ingin mesin yang dimilikinya ditukar
dengan mobil yang dimiliki Tuan B. Harga pasar
mesin tersebut Rp. 5.000.000 dengan Nilai buku
fiskal (NSBF) Rp. 1.000.000. Mobil Tuan B sendiri
memiliki harga pasar Rp. 6.000.000 dengan NSBF
Rp. 3.000.000. Berapa keuntungan/kerugian
yang didapat dari transaksi tersebut ?

Page 43
Metode Penyusutan

Garis Lurus (Straight Line)

Bangunan dan Bukan Bangunan

Saldo Menurun (Declining Balance)

Bukan Bangunan

Page 44
Klasifikasi Aktiva Tetap

Permanen (20 th)

Bangunan
Tidak Permanen (10 th)

Aktiva Tetap
I (4 th)

II (8 th)
Bukan Bangunan
III (16 th)

Page 45 IV (20 th)


MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN
Pasal 11 ayat (6) dan (7)

KELOMPOK HARTA MASA METODE & TARIF PENYUSUTAN


BERWUJUD MAN-
GARIS LURUS SALDO MENURUN
FAAT ( 2 x Tarif GARIS LURUS)

1. BUKAN
BANGUNAN
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
2. BANGUNAN
- PERMANEN 20 THN 5 % -
- TDK PERMANEN 10 THN 10 % -

PENENTUAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD


DITETAPKAN DENGAN KMK.138/KMK.03/2010
Page 46 46
MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI
Pasal 11A ayat (2),(3),(4),(5) dan (6)

KELOMPOK MASA TARIF AMORTISASI


HARTA TAK MAN-
GARIS LURUS SALDO MENURUN
BERWUJUD FAAT

- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %

Page 47 47
ILUSTRASI PENYUSUTAN DENGAN METODE SALDO MENURUN
Pada tanggal 5 Juli 2010, PT.ABC membeli sepeda motor untuk operasional
kantor seharga Rp 12.000.000. Menurut akuntansi, estimasi masa maanfaat
menurut manajemen 5 tahun dan disusutkan dengan metode garis lurus. Untuk
perpajakan, WP menyusutan dengan metode saldo menurun.
Harga
Tahun Perolehan Perhitungan Beban Akumulasi Nilai Buku
Penyusutan Fiskal Penyusutan Penyusutan Akhir Tahun
6/12 x 50% x Rp
2010 12,000,000 12.000.000 3,000,000 3,000,000 9,000,000

2011 12,000,000 50% x Rp 9.000.000 4,500,000 7,500,000 4,500,000

2012 12,000,000 50% x Rp 4.500.000 2,250,000 9,750,000 2,250,000

2013 12,000,000 50% x Rp 2.250.000 1,125,000 10,875,000 1,125,000

2014 12,000,000 SEKALIGUS 1,125,000 12,000,000 -


Page 48
PERHITUNGAN PENYUSUTAN SECARA FISKAL
INVENTORY

Page 49
ISU PERPAJAKAN TERKAIT INVENTORY

Inventory Valuation: Cost/Market

Inventory Costing: FIFO, LIFO, AVERAGE

Page 50
Contoh : AVERAGE
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 36 / 2008

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 200 @ 10,50 = 2,100

3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 300 @ 10,75 = 3,225

4 Penjualan 100 - 100 @ 10,75 = 1,075 200 @ 10,75 = 2,150

5 Penjualan 100 - 100 @ 10,75 = 1,075 100 @ 10,75 = 1,075

Rp 2,150 Rp 1,075
Page 51
9 + 12 = 21/2 = 10,50 9+12+11,25 = 32,25/3 = 10,75
Contoh : FIFO
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 36/ 2008

MPKP

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125
4 Penjualan 100 - 100 @ 9 = 900 100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125
5 Penjualan 100 - 100 @ 12 = 1,200 100 @ 11,25 = 1,125
Rp 2,100 Rp 1,125

Page 52
Contoh : LIFO
(Tidak Diperkenankan UU 36 / 2008)

MTKP

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125
4 Penjualan 100 - 100 @ 11,25 =1,125 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
5 Penjualan 100 - 100 @ 12 = 1,200 100 @ 9 = 900

Rp 2,325 Rp 900
Page 53
Asumsi Diketahui Sales ,Purchase & Tax 10 %
FIFO, AVERAGE & LIFO
Comparison

Description FIFO AVERAGE LIFO


Sales 4,000 4,000 4,000
Less : Cost of Sales
Beginning Inv. 900 900 900
Purchase ( sama ) 2,325 2,325 2,325
Less Ending Inv

Page 54
FIFO, AVERAGE & LIFO
Comparison

Description FIFO AVERAGE LIFO


Sales 4,000 4,000 4,000
Less : Cost of Sales
Beginning Inv. 900 900 900
Purchase ( sama ) 2,325 2,325 2,325
Less Ending Inv
(1,125) (1,075) (900)
Cost of Sales (2,100) (2,150) (2,325)
Gross Profit 1,900 1,850 1,675
Tax 10 % (190) (185) (168)
Net Income 1,710 1,665 1,507
Page 55
BIAYA BUNGA

Page 56
BIAYA BUNGA
Apabila terdapat penempatan deposito/
tabungan yang dananya langsung/tidak
langsung berasal dari dana pinjaman yang
dibebani bunga, maka
Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya
atau lebih kecil dibanding jumlah rata-rata deposito
atau tabungan, maka bunga atas pinjaman tersebut
seluruhnya tidak dapat dikurangkan sebagai
biaya
Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar
dibanding jumlah rata-rata deposito atau tabungan,
maka bunga atas pinjaman yang boleh
dikurangkan sebagai biaya adalah biaya bunga
atas selisih antara jumlah rata-rata pinjaman
dengan jumlah rata-rata deposito atau tabungan.
Misalnya ;
Jumlah rata-rata pinjaman dalam 1 tahun =Rp 150.000.000,00
Jumlah rata-rata deposito dalam 1 tahun =Rp 40.000.000,00
Bunga pinjaman seluruhnya =Rp 30.000.000,00
Bunga pinjaman yang dapat dikurangkan sebagai biaya
= {(150 juta - 40 juta) / 150 juta} x Rp 30 juta = Rp 22 Juta.

Page 57
Biaya Entertainment

Benar-benar dikeluarkan dan ada


hubungannya dengan kegiatan
usaha wajib pajak
Dibuatkan daftar nominatif dan
dilampirkan dalam SPT Tahunan
PPh, yang memuat:
nomor urut,
tanggal dan jenis entertainment,
nama tempat,
alamat,
jumlah,
nama relasi,
posisi,
nama perusahaan,
jenis usaha.
Page 58
Biaya Pemakaian Ponsel & Kendaraan

PONSEL
Biaya Pembelian: Penyusutan kelompok I 50%
Biaya Pulsa : Biaya Rutin 50%

KENDARAAN SEDAN

Biaya Pembelian/Reparasi Besar: Penyusutan Klpk. II 50%


Biaya Pemeliharaan : Biaya Rutin 50%

Page 59
Sumbangan (PP 93/2010)

Sumbangan dalam rangka


penanggulangan bencana nasional

Sumbangan dalam rangka


penelitian dan pengembangan

Sumbangan fasilitas pendidikan

Sumbangan dalam rangka


pembinaan olahraga

Page 60
Syarat Sumbangan (PP 93/2010)

Mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan


SPT PPh Tahun Pajak sebelumnya

Tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak


sumbangan diberikan

Didukung oleh bukti yang sah

Lembaga yang menerima sumbangan dan/atau


biaya memiliki NPWP

Page 61
Ketentuan terkait Sumbangan (PP 93/2010)

Tidak melebihi 5% dari


penghasilan neto fiskal Tahun
Pajak sebelumnya

Tidak dapat dikurangkan apabila


diberikan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa

Dapat diberikan dalam bentuk


uang dan/atau barang

back
Page 62
PENGHITUNGAN PAJAK

Page 63
PERHITUNGAN PPh TERUTANG

1 LABA RUGI KOMERSIAL

2 KOREKSI POSITIF
KOREKSI NEGATIF

3 PENGHASILAN NETO (RUGI) FISKAL

4 KOMPENSASI RUGI FISKAL & ZAKAT PENGHASILAN


Corporate
5 PENGHASILAN KENA PAJAK Tax

6 PPh TERUTANG

7 KREDIT PAJAK PPh DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK LAIN &


DISETOR SENDIRI
8 PPh KURANG / LEBIH BAYAR/ NIHIL
Page 64
Menghitung PPh Terutang

Page 65
Penghasilan Kena Pajak
(dibulatkan ke bawah dalam ribuan Rupiah penuh)

Tarif PPh
=
PPh Terutang

Page 66
TARIF PAJAK

WP BADAN
SINGLE RATE TARIF PAJAK

2009 28%
2010 25%
Peredaran bruto s/d 50 Milyar 50% lebih rendah

*)syarat dan ketentuan berlaku

Page 67
PPh Terhutang ...................... ?

PT. A Tahun 2014 Diketahui sbb :


PKP Rp. 600 jt.
PU Rp. 4,7 Miliar

PT B Tahun 2014 Diketahui sbb :


PKP Rp.1 Milyar
PU Rp.60 Milliar

PT C Tahun 2014 Diketahui sbb :


PKP Rp.6 Milyar
PU Rp.45 Milliar

Page 68
Menghitung PPh Kurang/Lebih bayar

Page 69
PPh Terutang
-
Kredit Pajak + PPh yang
dibayar sendiri
=
PPh Kurang/Lebih Bayar

Page 70
Kredit Pajak

Pembayaran pajak yang telah dilakukan


selama periode Januari s.d. Desember
Pengurang PPh terutang

PPh yg dipotong/ PPh yg dibayar/


dipungut pihak lain diangsur sendiri
(PPh Psl. 22/23/24) (PPh Psl. 25)
Page 71
PPh Pemotongan/Pemungutan
- Witholding Tax -

PPh (tdk bersifat final) yang dipotong/


dipungut pihak ketiga, dan merupakan
pembayaran pajak dimuka.

dikreditkan berdasarkan
PPh Psl. 22
bukti pemotongan pajak,
PPh Psl. 23
(bukan PPh Final)
PPh Psl. 24
Page 72
PPh Pasal 23

Pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga,


royalty, dan imbalan jasa-jasa tertentu;
PPh Pasal 23 merupakan pembayaran pajak
dimuka yang pada umumnya dapat dikreditkan
pada SPT Tahunan oleh WP yang menerima
penghasilan/WP yang dipotong pajak (kecuali atas
PPh yang bersifat final);
WP akan menerima Bukti Pemotongan setiap kali
dilakukan pemotongan PPh Pasal 23 oleh pihak
pemotong pajak

Page 73
PPh Pasal 24

Pajak yang dibayar atau terutang di


luar negeri atas penghasilan dari luar
negeri yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dalam negeri boleh
dikreditkan terhadap pajak yang
terutang berdasarkan Undang-
undang PPh dalam tahun pajak yang
sama

Besarnya kredit pajak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) adalah
sebesar pajak penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri
tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang
berdasarkan Undang-undang PPh

Page 74
PPh Pasal 24

Pilih yang terkecil antara:


Pajak yang dipotong di luar negeri; atau
Max.Kedit Pajak Luar Negeri (MKPLN)

Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
PKP

Page 75
CONTOH PENGHITUNGAN KREDIT PAJAK:

PPh TERUTANG WP BADAN Th 2013 Rp 80.000.000,00

KREDIT PAJAK :

a. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN Rp 15.000.000,00


(PPh PSL. 22)
b. PPh YANG DIPOTONG PIHAK LAIN PPh PSL 23
(DARI MODAL) Rp 5.000.000,00
c. KREDIT PPh LUAR NEGERI Rp 15.000.000,00
(PPh PSL. 24)
d. DIBAYAR SENDIRI OLEH WP Rp 10.000.000,00

(PPh PSL 25)


JUMLAH PPh YGDPT DIKREDITKAN (Rp 45.000.000,00)

PPh YG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 35.000.000,00

Page 76 76
PPh Yang Dibayar Sendiri

PPh Pasal 25 ( Angsuran bulanan pembayaran pajak


yang dilaporkan sebagai SPT Masa

STP PPh Pasal 25 ( Hanya atas pokok pajak )

Page 77
Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25

Pokok Pajak .. 2.000.000 Dapat


dikreditkan
Sanksi Admin. 80.000
Jumlah 2.080.000

Tdk dpt
Dikreditkan maupun
dibiayakan

Page 78
ANGSURAN PPh PASAL 25

Page 79
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)

BESAR ANGSURAN PPh PASAL 25 SETIAP BULAN

PPh TERUTANG MENURUT


SPT TAHUNAN PPh THN PAJAK YG LALU

DIKURANGI

PPh YANG PPh YANG


DIPOTONG ATAU TERUTANG ATAU DIBAYAR
DIPUNGUT : DI LUAR NEGERI YANG BOLEH
PPh PSL 21 DIKREDITKAN
PPh PSL 22 (PPh PSL 24)
PPh PSL 23
DIBAGI

Page 80
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN 80
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
CONTOH PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh 25

PPh TERUTANG MENURUT SPT TAHUNAN PPh 2013 SEBESAR Rp 50.000.000,00


DIKURANGI :
a. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN Rp 10.000.000,00
(PPh PSL. 22)
b. PPh YANG DIPOTONG PIHAK LAIN Rp 17.500.000,00
(PPh PSL 23)
c. KREDIT PPh LUAR NEGERI Rp 7.500.000,00
(PPh PSL. 24)
JUMLAH KREDIT PAJAK (Rp 35.000.000,00)
PPh KB /PPh Pasal 29 Rp 15.000.000,00

BERAPA BESARNYA ANGSURAN YG HRS DIBAYAR SENDIRI SETIAP BULAN UTK


THN 2014 ?

Page 81 81
CONTOH PENGHITUNGAN KREDIT PAJAK:

PPh TERUTANG WP BADAN Th 2013 Rp 80.000.000,00

KREDIT PAJAK :

a. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN Rp 15.000.000,00


(PPh PSL. 22)
b. PPh YANG DIPOTONG PIHAK LAIN PPh PSL 23
(DARI MODAL) Rp 5.000.000,00
c. KREDIT PPh LUAR NEGERI Rp 15.000.000,00
(PPh PSL. 24)
d. DIBAYAR SENDIRI OLEH WP Rp 10.000.000,00

(PPh PSL 25)


JUMLAH PPh YGDPT DIKREDITKAN (Rp 45.000.000,00)

PPh YG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 35.000.000,00

Page 82 82
ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN
BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU
Pasal 25 ayat (6)
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
BERWENANG

MENETAPKAN ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN APABILA :

WP BERHAK ATAS KOMPENSASI KERUGIAN

WP MEMPEROLEH PENGHASILAN TIDAK TERATUR


SPT TAHUNAN PPh TAHUN YG LALU DISAMPAIKAN SETELAH
LEWAT BATAS WAKTU YG DITENTUKAN
WP MEMBETULKAN SENDIRI SPT THNAN PPh YG MENGAKIBATKAN
ANGSURAN BULANAN LEBIH BESAR DARI ANGSURAN BULANAN
SEBELUM PEMBETULAN
WP DIBERIKAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN
SPT TAHUNAN PPh
Page 83 83
TERJADI PERUBAHAN KEADAAN USAHA ATAU KEGIATAN WP
Angsuran PPh Pasal 25 Atas WP yang Berhak Atas Kompensasi Kerugian

Penghasilan Neto 2012 Rp 120.000.000


Sisa kerugian yang masih dapat
dikompensasikan di tahun 2010 Rp 20.000.000
Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2012 adalah:

Penghasilan yang dijadikan dasar perhitungan PPh Pasal 25 adalah


Rp120.000.000,00 - Rp 20.000.000,00 =Rp100.000.000,00

Page 84
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan
Tidak Teratur

Mengingat penghasilan
yang tidak teratur belum
tentu diterima lagi di tahun
berikutnya, maka
penghasilan yang dipakai
sebagai dasar
penghitungan angsuran
PPh Pasal 25 dalam
tahun berikutnya adalah
hanya berdasarkan
penghasilan teratur

Page 85
SPT PPh BADAN
SPT PPh BADAN

Page 86
Setor dan Lapor

SPT Masa Setor : Tgl 15 bln berikutnya


(PPh Ps. 25) Lapor : Tgl 20 bln berikutnya

SPT Setor : sebelum menyampaikan SPT Tahunan


Lapor : akhir April thn berikutnya
Tahunan

Page 87
Format

1771

Page 88

Anda mungkin juga menyukai