Cairan :
Kelanjutan dari fase gas
Molekul-molekulnya mempunyai gaya
tarik yang kuat, hingga dapat menahan
volume yang tetap.
Molekul-molekul cairan dapat bergerak
bebas, tetapi gerakannya terbatas.
Sifat dua zat cair :
Dapat bercampur sempurna
Dapat bercampur sebagian
Tidak dapat bercampur sama sekali
Cairan hanya sedikit dipengaruhi oleh tekanan,
kerapatan dan viskositasnya lebih besar dari
pada gas.
Keadaan Kritis Cairan
Bila air ditempatkan di dalam bejana yang
tertutup, maka air tersebut mempunyai tekanan
uap tertentu dan besarnya tekanan uap
tergantung dari suhu.
Misal : Pada T= 25 OC P = 23,76 mm Hg
Pada T = 100 OC P = 760 mm Hg
Suhu dinaikkan terus menerus, tekanan uap juga
meningkat tetapi selalu ada kesetimbangan
antara :
Air Uap
Pada suhu 374,4OC, batas antara air dan uap
akan hilang dan pada keadaan ini air berada
pada titik kritisnya sehingga :
Suhu pada titik kritis yaitu suhu kritis
Tekanannya disebut tekanan kritis
Volumenya adalah volume kritis
Untuk air :
Suhu kritisnya (TC) = 374,4OC
Tekanan Kritis (PC) = 219,5 atm
Volume kritis (VC) = 58,7 ml/mole
Suhu kritis cairan ditentukan dengan
persamaan : TC (3/2) Tb
TC : Suhu kritis K dan Tb : Titik didih normal K
Titik Didih Cairan dan Tekanan Uap Cairan
Titik didih cairan :
Suhu pada saat tekanan uap suatu cairan sama
dengan tekanan atmosfir atau tekanan di atas
permukaan cairan sama dengan tekanan atmosfir.
Titik didih normal pada tekanan 760 mm Hg.
Tekanan Uap Cairan
Tekanan uap cairan adalah tekanan yang
ditimbulkan oleh uap cairan karena terjadinya
penguapan dari cairan tersebut.
Penguapan terjadi karena molekul-molekul cairan di
permukaan meninggalkan cairan, hal ini karena
molekul-molekul dipermukaan cairan mempunyai
energi lebih besar dari pada energi rata-rata dalam
cairan.
Penguapan tidak terjadi terus menerus, tetapi
sebagian uap terkondensasi menjadi cair.
Air Uap
Jika kecepatan penguapan sama dengan
kecepatan kondensasi maka terjadi
kesetimbangan antara fasa cair dan fasa gas
dan tekanan uapnya dikatakan tekanan uap
jenuh pada suhu tersebut atau tekanan uap.
Banyaknya panas untuk penguapan atau
merubah fase cairan tergantung :
a.Jenis cairan,
b.Banyak cairan dan
c.Suhu
Banyaknya panas yang diperlukan untuk
menguapkan 1 mole cairan pada suhu tertentu
disebut panas penguapan atau entalphi penguapan.
Pada pemanasan terjadi perubahan entalphi karena
panas diserap atau dilepaskan oleh cairan pada
tekanan konstan.
a.Jika panas diserap oleh cairan (sistem) dari
lingkungannya, maka perubahan entalphi (H) =
positif,
b.Jika panas dilepaskan oleh cairan (sistem) ke
lingkungannya maka perubahan entalphi (H) =
negatif.
Panas penguapan atau entalphi penguapan dapat
ditentukan dengan persamaan : HV = HV HL
HV = entalphi uap ; HL = entalphi cairan
karena : H = E + PV HV = E +
PV
Dimana : V = VV VL
VV = Vol gas ; VL = Vol cairan dan P : tekanan uap
cairan.
Perubahan tekanan uap cairan terhadap perubahan
titik didih cairan ditentukan dengan persamaan
Clausius-Clapeyron bila HV diketahui. Jika HV tidak
diketahui tetapi Tb (titik didih normal) diketahui
maka dengan menggunakan persamaan Trouton,
panas penguapan ditentukan terlebih dahulu :
(HV/Tb) 21 cal-1 K /mole
slope = -[HV/2,303 R]
1/T
Grafik Hubungan log P Terhadap 1/T
Viskositas dan Tegangan Permukaan Cairan
Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu
cairan yang dapat menahan cairan untuk mengalir,
karena adanya gaya gesek yang timbul antara
cairan dengan dinding-dinding saluran tempat
cairan tersebut mengalir. viskositas cairan
menurun dengan naiknya suhu sedangkan
viskositas gas sebaliknya.
Viskositas cairan mulanya ditentukan oleh Poiseulle
dengan menggunakan viscometer Ostwald
berdasarkan persamaan :
m = [P r4 t/8 L v]
P : Tekanan (dyne/cm2) r : Jari-jari kapiler (cm)
t : Waktu alir cairan melalui kapiler (det) L : Panjang
pipa kapiler (cm)
Untuk dua zat cair yang mengalir pada kapiler yang
sama, viskositas cairan ditentukan dengan
persamaan :
m1/m2 = [P1 r4 t1/8 L V]/[ 8 L V/P2 r4 t2]
m1/m2 = [P1t1/P2t2]
karena tekanan berbanding lurus dengan kerapatan,
maka persamaan di atas menjadi :
m1/m2 = [P1t1/P2t2] = [1t1/2t2]
Viskositas cairan dapat pula ditentukan berdasarkan
hukum Stokes :
Hukum ini berdasarkan jatuhnya benda melalui
medium cair, benda yang bulat dengan jari-jari : r dan
densitas : dijatuhkan di dalam zat cair karena gaya
gravitasi maka besarnya gaya yang mempengaruhi
benda jatuh :
F1 = 4/3 r3 ( - m) g
m adalah kerapatan cairan dan g : gaya gravitasi
Benda yang jatuh memiliki kecepatan makin lama
makin besar, tetapi benda yang jatuh dalam cairan
timbul gaya gesek yang makin besar bila kecepatan
benda jatuh makin besar.
Pada saat kesetimbangan kecepatan benda jatuh
tetap, dan gaya gesek pada keadaan kesetimbangan
adalah :
F2 = 6 r m v dan pada kesetimbangan F1 = F2, maka
4/3 r3 ( - m) g = 6 r m v
m = [2 r2 ( - m) g/9 v]
Persamaan ini berlaku jika jari-jari benda yang jatuh
relatif lebih besar bila dibandingkan dengan jarak
antara molekul-molekul fluida.
Hukum Stokes merupakan dasar viskometer bola
jatuh, bola baja dengan kerapatan : dan jari-jari : r di
jatuhkan dalam tabung yang berisi fluida dan waktu
tempuh dari awal benda dijatuhkan sampai menuju
dasar bejana dicatat.
Besarnya viskositas fluida dapat ditentukan dengan
persamaan :
m = [2 r2 ( - m) g/9 (s/t)(1 + 2,4 r/R]
s : Jarak tempuh bola jatuh (cm)
m : Kerapatan cairan (g/cm3)
: Kerapatan bola (g/cm3)
r : Jari-jari bola (cm)
t : Waktu bola jatuh (detik)
R : Jari-jari tabung viscometer (cm)
2,4 r/R : Faktor koreksi untuk bejana dan ini tidak berlaku
bila R lebih besar r.
Bila ada dua cairan dan salah satu cairan
digunakan sebagai standar, maka cairan yang lain
dapat ditentukan viskositasnya dengan persamaan
sebagai berikut :
m1 ( m1 ) t1
m 2 ( m 2 )t 2
L X F
B C G
2
Gaya ke atas (F1) : 2 r cos
F1 = Gaya ke atas r = jari-jari kapiler
= Sudut kontak = tegangan permukaan
(BM/c)2/3 = k (tc t 6)
tc = suhu kritis(BM/c) = Volume molar cairan
t = suhu percobaan BM = Berat molekul
cairan
Persamaan tersebut berlaku sampai suhu 30O 50OC
dan persamaan dapat ditulis sebagai berikut :
(BM/c)2/3 = - kt + k(tc 6)
Grafik (BM/c)2/3 terhadap t berupa garis lurus dengan
tg = - k dan k dapat ditentukan tanpa menghitung tc.
Nilai k untuk kebanyakan zat cair adalah 2,12 yang
mengikuti hukum Trouton, sedangkan zat cair yang
tidak mengikuti hukum Trouton nilai k < 2,12.
Kelemahan hukum Ramsay-Shields :
= 0 pada t = tc 6, sehingga pada suhu kritis
bernilai negatif. Untuk mengatasi hal ini Katayama
memberikan suatu persamaan dalam penentuan
tegangan permukaan yaitu :
(BM/c - u)2/3 = k (tc t)
Dalam hal ini = 0 pada tc = t
Mc. Leod menyatakan hubungan antara tegangan
permukaan dan suhu dapat ditentukan dengan
persamaan :
= c (c - u)4 dimana c = konstanta