Anda di halaman 1dari 27

Reaksi hipersensitivitas

Respon imunologi yang dalam keadaan normal tidak


dihasilkan oleh sistem imun tidak dikontrol oleh
mekanisme regulator yang normal
Tipe:
Reaksi Hipersensitivitas Tipe I
Reaksi Hipersensitivitas Tipe II
Reaksi Hipersensitivitas Tipe III
Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV
Hipersensitivitas Tipe I
=Immediate hipersensitivity/IgE mediated reaction
Fase sensitisasi/inisal :
alergen/antigen menstimulasi sel B sel plasma. Terjadi
isotipe switching (hr ke 10 paparan) IgE (IL-4, sitokin
tipe 2). Ig E (Fc) berikatan dgn sel mast dan basofil sehingga
menjadi tersensitisasi.
Fase efektor/kontak ulang
cross lingking IgE yang terdapat pada permukaan sel mast
dan basofil stimulus pd fase ini. Re-
eksposurepembentukkan IgE, degranulasi sel mast dan
basofil, dilepaskan mediator inflamasi, histamin
peningkatan permeabilitas vaskuler, manifestasi lokal dan
sistemik
Mediator Primer

Meningkatnya permiabilitas pembuluh darah dan


Histamine
kontraksi otot polos
Meningkatnya permiabilitas pembuluh darah dan
Serotonin
kontraksi otot polos
ECF-A Kemotaksis eosinofil
NCF-A Kemotaksis eosinofil
proteases Sekresi mucus, degradasi jaringan penghubung

MediatorSekunder
Meningkatnya permiabilitas pembuluh darah dan
Leukotrienes
kontraksi otot polos
Vasodilatasi pembuluh darah, aktivasi platelet, kontaksi
Prostaglandins
otot polos
Meningkatnya permiabilitas pembuluh darah dan
Bradykinin
kontraksi otot polos
Cytokines Aktivasi sel endothelium, penarikan eosinofil
Tipe I
IgE Production
Dampak
Anafilatoksis local ( alergi atopik )
batuk, mata berair, bersin karena alergen masuk ke saluran respirasi
(alergi rhinitis)
Terakumulasinya mucus di alveolus paru-paru dan kontraksi otot
polos kontraksi yang mempersempit jalan udara ke paru-paru
sehingga menjadi sesak
Kulit memerah atau pucat, gatal (urticaria) karena alergi makanan.
Anafilatoksis sistemik
sulit bernafas karena kontraksi otot polos yang menyebabkan tertutupnya
bronkus paru-paru, dilatasi arteriol sehingga tekanan darah menurun dan
meningkatnya permeabilitas pembuluh darah sehingga cairan tubuh keluar
ke jaringan. Gejala ini dapat menyebabkan kematian karena tekanan darah
turun drastis dan pembuluh darah collapse ( shock anafilatoksis)
Reaksi Hipersensitivitas Tipe II
Reaksi sitotoksik
Hipersensitivitas tipe II melibatkan IgG dan IgM.
Antibodi ditujukan pada antigen yang berada di permukaan
sel atau matriks ekstraseluler.
Fase sensitisasi : reaksi imun terhadap antigen permukaan
IgG/IgM
Fase efektor: terbentuknya komplek imun IgG/IgM
aktivasi komplemen, antibody dependent cell mediated
citotoxicity (ADCC) oleh NK cell, opsosnin mediated
phagocytosis
MAC Lysis During Type-II Hypersensitivity

IgG or IgM reacts with epitopes on the host cell membrane and
activates the classical complement pathway. Membrane attack
complex (MAC) then causes lysis of the cell.
ADCC Destruction During Type-II Hypersensitivity

IgG berikatan deng epitop (non self) dan NK cells berikatan pada
Fc region. The NK cell kontak dengan sel dan melapaskan pore-
forming proteins(perforins), proteolytic enzymes (granzymes),
dan chemokines. Perforin sel lisis, Granzymes akan
mengaktivasi enzim apoptosis sel yg terinfeksi(destruksi
skeleton protein, degradasi kromosom) menjadi fragment2
yang akan dihilangkan oleh sel fagosit.
Manifestasi klinis
1. Kerusakan pada eritrosit
- Hemolytic disease of the new born ibu Rh-
mengandung janin dgn Rh+. Ketika antibodi anti-Rh
IgG ibu menembus barier plasenta masuk ke sirkulasi
janin, melapisi permukaan eritrosit janin
hipersensitivitas tipe II eritrosit akan lisis.
2. Penyakit otoimun
- Antibodi terhadap otoantigen (self antigen)yang terdapat
pada permukaan sel terjadi kerusakan sel tergantung
sel apa yang di serang.
- Goodpasteurs syndrom antibodi akan berikatan
dengan antigen yg terdapat pada permukaan ginjal
dan paru2.
- myaesthenia gravis otoantibodi akan berikatan dengan
epitop pada reseptor asetilkolin pda motor-end plate
neuromuscular junction down regulasi asetilkolin otot
melemah
3. Kerusakan jaringan transplantasi
- Antigen sel pada organ transplantasi dianggap asing.
- Antibodi pada darah resipien bereaksi dengan antigen
pada organ transplantasi yang menyebabkan aktivasi
komplemen dan kerusakan jaringan
3. Reaksi karena obat
- Obat berikatan dengan unsur tubuh menjadi hapten
lengkap, yang meyebabkan orang-orang tertentu menjadi
sensitif.
- Obat membentuk kompleks antigenik dengan permukaan
suatu elemen yang ada pada darah dan merangsang
pembentukan antibodi.
- Contoh:
Pemakaian terus menerus klorpromazin atau
fenacetin pada agranulositosis
Reaksi hipersensitivitas tipe III

IgG dan IgM memiliki target antigen soluble


komplek imun yang banyak deposit
Fase sensitisasi: mirip dengan tipe II, tetapi antigen
merupakan bentuk soluble
Fase efektor: pada keadaan normal splen (fagosit)
akan menghancurkan komplek imun, tetapi jika
komplek imun yg terbentuk berlebih deposit
pada dinding kapiler (immobilisasi karena besar)
Mekanisme Reaksi
Antibodi bereaksi dengan antigen bersangkutan membentuk kompleks
antigen antibodi
Aktivasi sistem komplemen, menyebabkan pelepasan berbagai
mediator oleh mastosit.
Vasodilatasi dan akumulasi PMN yang menghancurkan kompleks.
Merangsang PMN sehingga selsel tersebut melepaskan isi granula
berupa enzim proteolitik diantaranya proteinase, kolegenase, dan
enzim pembentuk kinin.
Kompleks antigen-antibodi itu mengendap dijaringan, proses diatas
bersamasama dengan aktivasi komplemen dapat sekaligus merusak
jaringan sekitar kompleks.
Contoh Hipersensitivitas tipe III

Systemic Lupus Erythematosus deposit komplek antigen


di berbagai jaringan tubuh
Post streptococcal glomerulonephritis terjadi 1-3 mg
setelah infeksi. deposit komp imun pada glomerulus akibat
antibodi yg berinteraksi dengan antigen yang tertangkap di
glomerulus
Serum sickness akibat imunisasi pasif terbentuk
antibodi terhadap protein yang dimasukkan, terjadi deposit
komplek imun di pemb darah
Hipersensitivitas Tipe IV
Tipe lambat, cell mediated
Fase sensitisasi:
Melibatkan Sel T CD4 sebagai respon thdp MHC kls II dan
antigen yang dipresentasikan pada permukaan APC
Fase efektor:
Ketika sel Th CD4 memori mendeteksi antigen yang sama,
akan mensekresi sitokin tipe 1 ( IL-2 (diferensiasi sel T
CD4), INF (kemampuan sitotoksik makrofag) TNF
(inflamasi)) DTH
Respon Hipersensitivitas Tipe IV

Sitokin yang dilepaskan termasuk : TNF-, GM-CSF, and IFN


Respon Hipersensitivitas Tipe IV
TERIMA KASIH
Hipersensitivitas tipe III pada SJS
Reaksi hipersensitivitas tipe III terjadi ketika terbentuknya komplek
antigen-antibodi pada sirkulasi yang kemudian terperangkap pada
sirkulasi darah menyebabkan deposit dari komplek imun yang akan
mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast. Keadaan ini akan
menyebabkan kerusakan jaringan atau kapiler, serta aktivasi netrofil
memfagosit sel yang rusak sehingga melepaskan enzim seluler yang
menyebabkan berlanjutnya proses inflamasi
Hipersensitivitas tipe IV pda SJS
Aktivasi limfokin yang menghasilkan sel T helper ataupun sel T sitotoksik
oleh antigen Pada SJS sel T sitotoksik memegang peranan pada fase
inisisasi.
MHC kelas 1 bersamaan dengan makrofag yang mempresentasikan zat obat
menyebabkan ekspansi secara klonal sel T CD8+ atau sel T sitotoksik. Sel T
sitotoksik ini mengekspresikan cutaneous leukocyte antigen (CLA)
menyebabkan nekrosis keratinosit melaui perforin garanzyme B.
Ditemukan adanya proses apoptosis keratinosit yang berlebihan pada kulit
penderita SJS. Penemuan terbaru dikatakan matinya keratinosit secara akut
pada pasien SJS disebakan karena terjadinya proses apoptosis melalui
interaksi antara sel T sitotoksik dengan permukaan reseptor CD95+ (Fas)
ligand

Anda mungkin juga menyukai