Anda di halaman 1dari 30

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

HIPERTENSI

Disusun oleh:
Nia Noor Safitri
6411416069
Rombel 2
Definisi
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah
penyakit tekanan darah tinggi.
Batas tekanan darah yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk
menentukan normal atau tidaknya
tekanan darah adalah tekanan sistolik
dan diastolik.
Hipertensi diartikan sebagai
peningkatan tekanan darah secara terus
menerus sehingga melebihi batas
normal.
Definisi
Hipertensi adalah
peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan
selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup
istirahat/tenang.
Komplikasi
Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu lama
(persisten) dapat menimbulkan kerusakan
pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit
jantung koroner) dan otak (menyebabkan
stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai.
Etiologi
Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi
tergantung pada kecepatan denyut jantung,
volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance
(TPR).
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat
terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau
hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan
denyut jantung yang berlangsung kronik sering
menyertai keadaan hipertiroidisme.
Peningkatan Total Periperial Resistence yang
berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan
rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau
responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat
rangsangan normal.
Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah.
Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen
semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu
memompa darah secara lebih keras lagi untuk
memenuhi kebutuhan tesebut.
Berdasarkan penyebabnya, etiologi
hipertensi essensial dan hipertensi sekunder
berbeda, yaitu:
Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah
hipertensi tanpa kelainan dasar patologis yang jelas.
Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial.
Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan
lingkungan.
Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap
natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas
pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi
insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor
lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress
emosi, obesitas dan lain-lain (Nafrialdi, 2009).
Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan
hipertensi sekunder dari penyakit komorbid atau
obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah.
Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat
penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular
adalah penyebab sekunder yang paling sering.
Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun
tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah (Oparil, 2003).
Epidemiologi
Hipertensi adalah suatu gangguan
pada sistem perederan darah yang
mengganggu kesehatan masyarakat.
Umumnya, terjadi pada manusia yang
berusia setengah baya (>40 tahun).
). Namun, banyak yang tidak
menyadari bahwa mereka menderita
hipertensi akibat gejalanya tidak
nyata.
Epidemiologi
Prevalensi hipertensi lebih besar ditemukan pada
pria, daerah perkotaan, daerah pantai dan orang
gemuk.

Pada usia setengah baya dan muda, hipertensi ini


lebih banyak menyerang pria dan wanita sama
banyak.

Pada golongan umur 55-64 tahun, penderita


hipertensi pada pria dan wanita sama banyak.

Pada usia 65 tahun ke atas, penderita hipertensi


wanita lebih banyak daripada pria (Depkes, 2006).
Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk
pasien dewasa berdasarkan rata-rata
pengukuran dua tekanan darah atau lebih
pada dua atau lebih kunjungan klinis.
Klasifikasi tekanan darah mencakup 4
kategori, dengan nilai normal tekanan darah
sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah
diastolik (TDD) <80 mmHg.
Klasifikasi Hipertensi Menurut
JNC-VII 2003
Kategori Tekanan Tekanan
Tekanan Sistolik Diastolik
Darah (mmHg) (mmHg)
Normal 120 80

Prehipertensi 120-139 80-89


Hipertensi
140-159 90-99
Stadium 1
Hipertensi
160 100
Stadium 2
Klasifikasi
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis
yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat
tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan
atau telah terjadinya kelainan organ target.

Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120


mmHg, dikategorikan sebagai hipertensi
emergensi atau hipertensi urgensi (American
Diabetes Association, 2003).
Klasifikasi
Pada hipertensi emergensi, tekanan
darah meningkat ekstrim disertai
dengan kerusakan organ target akut
yang bersifat progresif, sehingga
tekanan darah harus diturunkan
segera (dalam hitungan menit-jam)
untuk mencegah kerusakan organ
lebih lanjut.
Contoh gangguan organ target akut
antara lain, encephalopathy,
pendarahan intrakranial, gagal
ventrikel kiri akut disertai edema
paru, dissecting aortic aneurysm, angina
pectoris tidak stabil dan eklampsia
atau hipertensi berat selama
kehamilan (Depkes, 2006).
Klasifikasi
Terdapat jenis hipertensi yang lain:
Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah pada pembuluh
darah arteri paru-paru yang menyebabkan
sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat
melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya
hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit
berat yang ditandai dengan penurunan
toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal
jantung kanan.
Klasifikasi
Hipertensi pada kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang
umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu:
Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai
hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan
kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi,
juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ).
Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada
sejak sebelum ibu mengandung janin.
Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang
merupakan gabungan preeklampsia dengan
hipertensi kronik.
Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.
Patofisiologi
Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor. Individu
dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa terjadi
(Corwin,2001).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem
pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut
usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Corwin,2001).
Tanda dan Gejala
Pada pemeriksaan fisik, tidak
dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi
dapat pula ditemukan perubahan
pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan
pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus).
Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian
besar gejala klinis timbul setelah mengalami
hipertensi bertahun-tahun berupa :
(1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai
mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah
intrakranial,
(2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat
hipertensi,
(3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena
kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus,
(4) Edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler.
Yang tidak dapat
Yang dapat diubah
diubah
Kegemukan (obesitas) Usia
Psikososial dan Stress Jenis kelamin
Merokok Genetik (keturunan)
Olahraga
Konsumsi alkohol
berlebih
Konsumsi garam
berlebih
Hiperlipigdemia/
hiperkolestrolemia

Faktor Risiko
Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat
dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan ataupun dengan cara modifikasi
gaya hidup.
Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan
dengan membatasi asupan garam tidak
lebih dari - sendok teh (6 gram/hari),
menurunkan berat badan, menghindari
minuman berkafein, rokok, dan
minuman beralkohol.
Penatalaksanaan Hipertensi
Olah raga juga dianjurkan bagi
penderita hipertensi, dapat berupa jalan,
lari, jogging, bersepeda selama 20-25 me
nit dengan frekuensi 3-5 x per minggu.
Penting juga untuk cukup istirahat (6-8
jam) dan mengendalikan stress. Untuk
pemilihan serta penggunaan obat-obatan
hipertensi disarankan untuk
berkonsultasi dengan dokter keluarga
anda.
Ada pun makanan yang harus dihindari
atau dibatasi oleh penderita hipertensi
adalah:
Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi
(otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
Makanan yang diolah dengan menggunakan
garam natrium (biscuit, crackers, keripik dan
makanan kering yang asin).
Makanan dan minuman dalam kaleng
(sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-
buahan dalam kaleng, soft drink).
Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan
sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang
kering, telur asin, selai kacang).
Susu full cream, mentega, margarine, keju,
mayonnaise, serta sumber protein hewani
yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi,
saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu
penyedap lain yang pada umumnya
mengandunggaram natrium.
Alkohol dan makanan yang mengandung
alkohol seperti durian, tape.
Pengobatan
Golongan obat antihipertensi yang banyak
digunakan adalah diuretik tiazid (misalnya
bendroflumetiazid), betabloker, (misalnya
propanolol, atenolol,) penghambat angiotensin
converting enzymes (misalnya captopril,
enalapril), antagonis angiotensin II (misalnya
candesartan, losartan), calcium channel blocker
(misalnya amlodipin, nifedipin) dan alphablocker
(misalnya doksasozin).
Yang lebih jarang digunakan adalah vasodilator
dan antihipertensi kerja sentral dan yang jarang
dipakai, guanetidin, yang diindikasikan untuk
keadaan krisis hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai