Anda di halaman 1dari 15

Journal Reading

ANINDYA RACHMA ISNAWAN (42160030)


Osteonecrosis in Systemic Lupus Erythematosus: An Early,
Frequent, and Not Always Symptomatic Complication
Paola Caramaschi, Domenico Biasi, Ilaria Dal Forno, and Silvano Adami
I. OSTEONEKROSIS
o Osteonekrosis adalah gejala klinis yang ditandai dengan
kematian sumsum tulang dan tulang trabekular akibat
adanya gangguan suplai darah di arteri.
o Osteonekrosis dibedakan menjadi 3 :
1. osteonekrosis post traumatik
2. osteonekrosis atraumatik
3. Osteonekrosis idiopatik
o Osteonekrosis sering menyerang pada tulang panjang,
terutama pada caput femoris, bagian distal dari os tibia,
dan caput humeri
o Tidak jarang juga osteonekrosis menyerang tulang pipih,
seperti sternum, talus, dan tulang belakang
o Osteonekrosis sering melibatkan lebih dari satu bagian
tulang. Pernah ada laporan yang menyebutkan
osteonekrosis menyerang hingga 12 bagian tulang.
o Saat osteonekrosis ditemukan pada penderita SLE, skrining
perlu dilakukan untuk melihat apakah ada lesi pada bagian
tulang lainnya
o Gejala klinis dari Osteonekrosis tidak khas. Pada
osteonekrosis yang minimal, tidak ditemukan nyeri sama
sekali.
o Maka terkadang sangat sulit menentukan diagnosis
osteonekrosis .
o Tetapi dengan semakin berkembangnya zaman, MRI bisa
menjadi Gold Standart dari penegakkan diagnosis
osteonekrosis Karena MRI bisa mendeteksi osteonekrosis
pada tahap awal.
o Dalam berbagai penelitian, Prevalensi gejala klinis
osteonekrosis pada penderita SLE hanya sekitar 2,1 30%
o Tetapi ketika menggunakan pemeriksaan MRI, prevalensi
kejadian osteonekrosis meningkat menjadi 44 %
II. Manifestasi muskuloskeletal
pada penderita SLE
o SLE adalah penyakit autoimun yang menyerang setiap
organ dan jaringan sekitarnya.
o SLE ditandai dengan gambaran klinis yang sangat
bervariasi antara satu pasien dengan pasien lainnya.
o Manifestasi klinis pada tulang seperti osteoporosis dan
osteonekrosis tidak berhubungan dengan patofisiologi
autoimun pada penyakit SLE
o Etiologi osteoporosis dan osteonekrosis sendiri bersifat
multifaktorial: seperti pengobatan kortikosteroid,
kurangnya aktivitas fisik, penggunaan obat kemoterapi
o Peradangan kronis juga dapat menyebabkan osteoporosis
melalui peningkatan produksi TNF, sitokin yang
memengaruhi pematangan dan aktivitas osteoklas.
III. Faktor Faktor yang mempengaruhi
kejadian osteonekrosis pada penderita SLE
o Penggunaan terapi kortikosteroid merupakan faktor risiko
utama pengembangan osteonekrosis pada SLE
o Penelitian T. Shigemura et al pada tahun 2011 ,
mempelajari mengenai Insidensi kejadian osteonekrosis
terkait dengan penggunaan terapi kortikosteroid di antara
penyakit-penyakit mendasar lainnya.
o Dari hasil penelitian tersebut terdapat kesimpulan bahwa
pasien SLE memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
osteonekrosis dibandingkan penyakit autoimun atau
sistemik lainnya dengan OR 2,6.
o Penelitian lainnya yang dilakukan di Jepang pada tahun
2005, dengan jumlah data sebesar 1502 di dapatkan hasil
bahwa SLE menjadi factor resiko pertama terjadinya
osteonecrosis yang diinsuksi pengobatan
cortikosteroid.Hasil penelitannya sebagai berikut.
o SLE (31,2 %)
o Sindroma Nefrotik (6,3%)
o polymyositis/dermatomyositis, thrombocytopenic purpura,
asma bronkial (<4%)
o Rheumatoid arthritis (<1%)
o Gangguan vaskular, metabolisme lipid yang berubah,
kelainan hemostatik, dan trombofilia akibat antibody
antifosfolipid telah dianggap sebagai faktor risiko tambahan
untuk kejadian osteonekrosis pada SLE.
III. Tatalaksana Osteonekrosis pada SLE

o Pengobatan osteonekrosis pada pasien SLE mirip dengan


osteonekrosis karena penyebab lainnya. Tujuan pengobatan
lesi osteonekrotik adalah menjaga keutuhan sendi dengan
mencegah hancurnya tulang.
o Bila osteonekrosis terjadi kurang dari 10% dari caput
femoralis atau kurang dari 1/3 weight bearing Hasilnya
biasanya baik dan perawatan bedah tidak diperlukan.
o Pengobatan hanya berupa pengobatan konservatif seperti
analgetik dan penyangga tubuh
o Terapi pembedahan seperti :
+ Warfarin Kontrol
1. teknik Core decompression
Simtomatik 4,8 % 14 %
2.Asimtomatik
Free vascularised21
bular
%
grafting 33 %
3. Pemasangan Protesa
o Strategi preventif untuk gejala osteonekrosis pada pasien SLE
yang membutuhkan dosis kortikosteroid tinggi masih jarang
diteliti.
o Suatu penelitian dengan sampel 60 pasien SLE yang baru
didiagnosis dan diberikan obat dengan 40 mg prednisolon
setiap hari diberi dua perlakuan, satu kelompok diberi
antikoagulan (warfarin), dan satu kelompok lainnya sebagai
control. Warfarin diberikan bersama dengan terapi
kortikosteroid.
o Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa sample yang diberi
warfarin mengalami osteonecrosis simtomatik
o Strategi preventif untuk gejala osteonekrosis pada pasien
SLE yang membutuhkan dosis kortikosteroid tinggi masih
jarang diteliti.
o Suatu penelitian dengan sampel 60 pasien SLE yang baru
didiagnosis dan diberikan obat dengan 40 mg
prednisolon setiap hari diberi dua perlakuan, satu
kelompok diberi antikoagulan (warfarin), dan satu
kelompok lainnya sebagai control. Warfarin diberikan
bersama dengan terapi kortikosteroid.
o Hasil Penelitian
+ Warfarin Kontrol
Simtomatik 4,8 % 14 %
Asimtomatik 21 % 33 %
o Meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan secara
statistik, hasil yang diamati menunjukkan bahwa
diperlukan penelitian yang lebih besar untuk memastikan
keefektifan terapi antikoagulan untuk mencegah
osteonekrosis pada pasien SLE.
III. Kesimpulan

o Osteonekrosis sering merupakan komplikasi dari SLE,


biasanya terjadi segera setelah inisiasi terapi kortikosteroid
pada dosis tinggi atau, setelah meningkatkan dosis
kortikosteroid
o Komplikasi mungkin memiliki dampak yang signifikan
terhadap kemampuan fungsional dan mungkin pada
beberapa kasus diperlukan penggantian sendi secara total.
o Osteonekrosis asimtomatik sekarang bisa diidentifikasi
dengan MRI. Dengan menggunakan teknik ini, kejadian
osteonekrosis pada pasien SLE bisa diidentifikasi secara
dini.
o Osteonekrosis tidak akan berkembang jika dosis
kortikosteroid di pertahankan rendah dan diberikan
pengobatan preventif seperti warfarin.

Anda mungkin juga menyukai