Anda di halaman 1dari 103

STERILISASI

Oleh: Mas dr.Alfan


Definisi
Steril adalah tidak adanya
mikoroorganisme yang aktif
Steril adalah keadaan bebas dari
mikroorganisme hidup dari lingkungan.
Steril adalah produk yang bebas dari
kontaminasi mikroba sebagai hasil dari tes
sterilisasi.
Steril adalah suatu keadaan yang
mutlak bebas dari mikroorganisme baik
patogen maupun non patogen,baik
vegetatif maupun sporanya
Sterilisasi
adalah proses yang dirancang
untuk menghasilkan keadaan steril
Sterilasasi adalah suatu proses
mengurangi, menghilangkan,
menghancurkan, membunuh
mikroorganisme dan sporanya dari
sediaan untuk mencapai suatu keadaan
yang steril.
Dalam pengolahan pangan dikenal
istilah sterilisasi komersial yaitu suatu
proses untuk membunuh semua jasad
renik yang dapat menyebabkan
kebusukan makanan pada kondisi suhu
penyimpanan yang ditetapkan.
Makanan yang telah mengalami sterilisasi
komersial mungkin masih mengandung
sejumlah jasad renik yang tahan proses
sterilisasi, tetapi tidak mampu
berkembang biak pada suhu
penyimpanan normal yang ditetapkan
untuk makanan tersebut.
Jenis-jenis sediaan steril
1. Injeksi
2. Cairan infuse
3. Radiasi Farmasetik
4. Sediaan Padat
5. Suspensi steril
6. Tetes Mata, Salep
7. Larutan irigasi,dll
Metode Sterilisasi
A. FISIKA
B. KIMIA
C. MEKANIK
Metode FISIKA
1. Pemanasan Kering
2. Panas lembab/basah
3. Pemijaran langsung
4. Cara Bukan Panas/Radiasi
1. Pemanasan Basah
Pemanasan basah adalah sterilisasi
panas yang digunakan bersama-sama
dengan uap air.
Dilakukan didalam autoklaf atau
sterilisator uap.
Secara umum waktu yang dibutuhkan
untuk mensterilkan larutan saat suhu
121oC adalah selama 12 menit.
Selain itu, autoklaf juga dapat diterapkan
pada suhu 134oC selama 3 menit, 126oC
selama 10 menit, dan 115oC selama 25
menit.
Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf
dimulai ketika suhu di dalam autoklaf
mencapai 121 C.
Jika
objek yang disterilisasi cukup tebal
atau banyak, transfer panas pada
bagian dalam autoklaf akan melambat,
sehingga terjadi perpanjangan waktu
pemanasan total untuk memastikan
bahwa semua objek bersuhu 121 C untuk
waktu 10-15 menit.
Perpanjangan waktu juga dibutuhkan
ketika cairan dalam volume besar akan
diautoklaf karena volume yang besar
membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk mencapai suhu sterilisasi.
Performa autoklaf diuji dengan indicator
biologi, contohnya Bacillus
stearothermophilus.
Cara ini dipakai untuk sterilisasi media
yang tahan terhadap pemanasan tinggi.
Contoh bahan yang dapat diAutoclaf:
sediaan mata, bahan-bahan gelas,
pakaian, alat kesehatan dan benda-benda
karet.
Contoh bahan yang tidak dapat
diAutoclaf: produk yang dibuat dari basis
minyak dan serbuk
Hal yang perlu diperhatikan bila
mengerjakan sterilisasi dengan
menggunakan autoklav :
- harus ditunggu selama bekerja
- hati-hati bila mengurangi tekanan dalam
autoklav (perubahann temperatur dan
tekanan secara mendadak dapat
menyebabkan cairan yang disterilkan
meletus dan gelas-gelas dapat pecah).
Autoklaf terutama ditujukan untuk
membunuh endospora, yaitu sel resisten
yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan
terhadap pemanasan, kekeringan, dan
antibiotik.
Hal ini karena panas basah dapat
menyebabkan denaturasi protein,
termasuk enzim-enzim didalam sel.
Cara kerja
Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu
banyaknya air dalam autoklaf.
Jika air kurang dari batas yang ditentukan,
maka dapat ditambah air sampai batas
tersebut.
Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari
terbentuknya kerak dan karat.
Masukkan peralatan dan bahan. Jika
mensterilisasi botol bertutup ulir, maka tutup
harus dikendorkan.
Tutup autoklaf dengan rapat lalu
kencangkan baut pengaman agar tidak
ada uap yang keluar dari bibir autoklaf.
Klep pengaman jangan dikencangkan
terlebih dahulu.
Nyalakan autoklaf, atur timer dengan
waktu minimal 15 menit pada
suhu 121 C.
Tunggu samapai air mendidih sehingga
uapnya memenuhi kompartemen
autoklaf dan terdesak keluar dari klep
pengaman.
Kemudian klep pengaman ditutup
(dikencangkan) dan tunggu sampai
selesai. Penghitungan waktu 15 dimulai
sejak tekanan mencapai 2 atm.
Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka
tunggu tekanan dalam kompartemen
turun hingga sama dengan tekanan
udara di lingkungan (jarum pada presure
gauge menunjuk ke angka nol).
Kemudian klep-klep pengaman dibuka
dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-
hati.
Keterangan gambar
1. Tombol pengatur waktu mundur (timer)
2. Katup pengeluaran uap
3. pengukur tekanan
4. kelep pengaman
5. Tombol on-off
6. Termometer
7. Lempeng sumber panas
8. Aquades (H2O)
9. Sekrup pengaman
10. batas penambahan air
2. Pemanasan Kering
Pemanasan kering dapat menyebabkan
dehidrasi sel dan oksidasi komponen-
komponen di dalam sel.
Dibandingkan pemanasan basah,
pemanasan kering kurang efisien dan
membutuhkan suhu yang lebih tinggi
serta waktu lama untuk sterilisasi.
Keuntungan dari pemanasan kering
adalah tidak adanya uap air yang
membasahi bahan atau alat yang
disterilkan.
Lebih murah dibandingkan uap basah.
Selama pemanasan kering,
mikroorganisme dibunuh oleh proses
oksidasi.
Pemanasan kering sering dilakukan
dalam sterilisasi alat-alat gelas di
laboratorium, dimana menggunakan
oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-
2 jam
Juga dapat untuk alat-alat bedah,
minyak, paraffin, gliserin, propilen glikol.
Serbuk steril seperti talk, kaolin dan ZnO.
Untuk larutan minyak atau parafin atau
salep ditetapkan sterilisasi pada suhu
minimal 150C selama 1 jam.
Temperatur yang lebih tinggi
memungkinkan waktu sterilisasi lebih
pendek daripada waktu yang ditentukan.
Sebaliknya, suhu yang lebih rendah
memerlukan waktu yang lebih panjang.
Panas kering tidak hanya merusak
mikroorganisme tetapi juga merusak
pirogen.
Kekurangan metode ini, umumnya, waktu
dan temperatur sterilisasi panas kering
menjadi lebih lama dan tinggi daripada
metode sterilisasi lainnya.
Siklussterilisasi panas kering meliputi fase
pemanasan (udara panas disirkulasikan
pada chamber), periode plateau
(tercapainya suhu pada chamber),
equilibrium atau holding time (seluruh
chamber memiliki suhu yang sama), dan
pendinginan chamber (mensirkulasikan
udara dingin ke dalam chamber).
Sebelum dimasukkan alat-alat seperti
erlenmeyer, cawan petri, labu ukur,
batang pengaduk, pipet tetes, gelas ukur,
tabung reaksi atau- alat yang terbuat dari
kaca dibungkus dengan kertas terlebih
dahulu untuk mencegah terjadinya
keretakan dan kontaminasi pada saat
alat dikeluarkan dari dalam oven.
Alat-alat
yang akan disterilisasi dicuci dan
dikeringkan, alat yang mempunyai mulut
ditutup dengan kapas seperti labu ukur
pipet tetes, tabung reaksi, Erlenmeyer,
gelas ukur, cawan petri dan labu ukur
setelah ditutup dengan kapas, dibungkus
lagi dengan kertas sedangkan untuk
batang pengaduk dibungkus seperti
biasa.
Setelah pemanasan selesai oven
dimatikan sampai mencapai suhu kamar.
Hal ini bertujuan untuk menghindari
keretakan alat atau masuknya udara
yang mengandung partikel debu. Setelah
dilakukan sterilisasi alat siap digunakan
untuk melakukan percobaan
3. Pemijaran Langsung
Pembakaran dengan cara ini hanya
cocok untuk alat-alat logam (ose, pinset,
dll), yang dibiarkan sampai memijar.
Dengan cara ini seluruh mikroorganisme,
termasuk spora, dapat dibasmi.
Cara mensterilkan ose :
Ose disterilkan dengan cara dibakar
pada nyala api lampu spiritus/bunsen
atau lampu gas.
Pada waktu memanaskan ose, dimulai
dari pangkal kawat dan setelah terlihat
merah berpijar secara pelan-pelan
pemansan dilanjutkan ke ujung ose.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terloncatnya kuman akibat pemanasan
langsung dan terlalu cepat pada mata
ose.
4. Radiasi
Sterilisasi dengan cara ini diperlukan jika
sterilisasi panas yang lain tidak dapat
dilakukan.
Beberapa macam radiasi mengakibatkan
letal terhadap mikroorganisme.
Jenis radiasi termasuk bagian dari
spkterum elektromagnetik, misalnya : sinar
ultraviolet, sinar gamma, sinar x dan juga
sinar katoda elektro kecepatan tinggi.
Lampu sinar ultraviolet memiliki panjang
gelombang 260 270 nm, dimana sinar
dengan panjang gelombang sekitar 265
nm mempunyai daya bakterisid yang
tinggi.
Sinar UV ini memotong DNA
mikroorganisme sehingga ekspresi DNA
tidak terjadi.
Lampu ultraviolet digunakan untuk
mensterilkan ruangan, misalnya di kamar
bedah, ruang pengisian obat dalam
ampul dan flakon di industri farmasi, juga
bisa digunakan diperusahaan makanan
untuk mencegah pencemaran
permukaan.
Keterbatasannya, cara ini hanya bisa
bekerja pada permukaan, tidak bisa
menembus bahan padat.
Sinar x mempunyai daya penetrasi lebih
besar dibanding dengan sinar ultraviolet.
Sinar gamma mempunyai daya penetrasi
lebih besar dibandingkan dengan sinar x dan
digunakan untuk mensterilkan material yang
tebal, misalnya bungkusan alat-alat
kedokteran atau paket makanan.
Sinar katoda biasa dipakai menghapus hama
pada suhu kamar terhadap barang-barang
yang telah dibungkus.
Metode KIMIA
1) Alkohol, daya kerjanya adalah
mengkoagulasi protein. Cairan alkohol yang
umum digunakan berkonsentrasi 70-80 %
karena konsentrasi yang lebih tinggi atau
lebih rendah kurang efektif.
2) Khlor, Gas khlor dengan air akan
menghasilkan ion hipokloride yang akan
mengkoagulasikan protein sehingga
membran sel rusak dan terjadi inaktivasi
enzim.
3)
Yodium, daya kerjanya adalah
bereaksi dengan tyrosin, suatu asam
amino dalam enzim atau protein
mikroorganisme.
Antiseptik berbasis iodium tidak tepat bila
digunakan pada sterilisasi alat medis atau
gigi, karena dapat meninggalkan noda.
4)Formaldehida 8 % merupakan
konsentrasi yang cukup ampuh untuk
mematikan sebagian besar
mikroorganisme.
Daya kerjanya adalah berkaitan dengan
amino dalam protein mikrobia.
5) Glutaraldehide, bahan ini bersifat non
korosif dan bekerja lebih cepat daripada
formaldehid, hanya diperlukan beberapa
jam untuk membunuh bakteri.
Bahan ini aktif melawan bakteri, spora,
jamur, virus.
6) Gas etilen oksida, gas ini digunakan
terutama untuk mensterilkan bahan yang
dibuat dari plastik.
7)Natrium diklorososianurat, bahan ini
berbentuk bubuk, berisi 60% klor.
Diterapkan pada tumpahan darah atau
cairan yang bersifat memiliki bahaya
biologi lain selama 10 menit baru
kemudian dilanjutkan dengan
pembersihan yang lebih lanjut.
8)
Kloramina, bahan ini berbentuk serbuk
berisi 25% klor, dan hampir tidak berbau.
Bahan ini dapat digunakan untuk
membasmi kuman air pada minuman.
9) Klor dioksida, bahan ini adalah sebuah
germisida kuat dan bekerja secara cepat.
Bahan aktif ini didapat dengan cara
mereaksikan asam klorida dengan natrium
hipoklorit.
10) Senyawa fenolik, senyawa ini aktif
melawan bakteri vegetatif dan virus lipid,
namun tidak aktif dalam melawan spora.
Senyawa ini biasanya berupa Triklosan dan
Klorosilenol yang biasa digunakan sebagai
antiseptik.
11) Senyawa Amonium Kuartener, banyak
digunakan sebagai campuran dan juga
dikombinasikan dengan germisida lain,
seperti alkohol.
12) Hidrogen peroksida, merupakan
oksidan kuat dan germisida efektif yang
berspektrum luas. Bahan ini dinilai lebih
aman bagi manusia dan lingkunagn
daripada klor.
Metode FISIKA/FILTRASI
Penyaringan
Penyaringan adalah proses sterilisasi yang
dilakukan pada suhu kamar, digunakan untuk
bahan yang peka terhadap panas misalnya
serum, urea dan enzim.
Dengan cara penyaringan larutan atau suspensi
dibebaskan dari semua organisme hidup dengan
cara melakukannya lewat saringan dengan
ukuran pori yang sedemikian kecilnya sehingga
bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan
diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung
didalam wadah yang steril.
Menggunakan pori pori 10 nm untuk virus
dan 0,22 nm untuk bakteri.
Namun virus terkadang masih gagal
ditahan oleh filter.
Desinfektan & Antiseptik
Pengertian Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang
digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran jasad renik
seperti bakteri dan virus, juga untuk
membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya.
Disinfektan digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada benda mati.
Desinfeksi
dilakukan apabila sterilisasi
sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi :
penghancuran dan pemusnahan
mikroorganisme patogen yang ada
tanpa tindakan khusus untuk mencegah
kembalinya mikroorganisme tersebut.
Kriteria Desinfektan
10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal,
yaitu :
1. Bekerja dengan cepat untuk
menginaktivasi mikroorganisme pada suhu
kamar
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan
organik, pH, temperatur dan kelembaban
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan meninggalkan
noda
6. Tidak berbau/ baunya disenangi
7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis
10. Aktivitas berspektrum luas
Variabel dalam desinfektan
1. Konsentrasi (Kadar)
Konsentrasi yang digunakan akan
bergantung kepada bahan yang akan
didesinfeksi dan pada organisme yang
akan dihancurkan.
2. Waktu
Waktu yang diperlukan mungkin
dipengaruhi oleh banyak variable.
3. Suhu
Peningkatan suhu mempercepat laju
reaksi kimia.
4. Keadaan Medium Sekeliling
pH medium dan adanya benda asing
mungkin sangat mempengaruhi proses
disinfeksi.
Macam-Macam Desinfektan
1. Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air
raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja
dapat membunuh bakteri, yang disebut
oligodinamik.
Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan suatu
eksperimen. Namun garam dari logam berat itu
mudah merusak kulit, makan alat-alat yang
terbuat dari logam dan mahal harganya.
Meskipun demikian, orang masih biasa
menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai
desinfektan. Yang lazim dipakai merkurokrom,
metafen atau mertiolat.
2. Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri
mempunyai daya bakteriostatis.
Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri
gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur
telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada
konsentrasi zat pewarna tersebut.
Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan
protein atau mengganggu mekanisme reproduksi
sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian),
zat pewarna lain yang digunakan sebagai
bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau
cemerlang.
3. Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air
minum.
Persenyawaan klor dengan kapur atau
dengan natrium merupakan desinfektan
yang banyak dipakai untuk mencuci alat-
alat makan dan minum.
4. Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis
Larutan fenol 2 4% berguna sebagai desinfektan.
Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada
fenol.
Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran
sabun dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan
daripada desinfektan-desinfektan yang lain.
Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali
orang mencampurkan bau-bauan yang sedap,
sehingga desinfektan menjadi menarik.
5. Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi
bukan saja fenol tetapi juga beberapa senyawa
yang dikenal sebagai kresol.
Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya
tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic.
Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan)
pada jaringan hidup dan oleh karena itu
digunakan terutama sebagai disinfektan untuk
benda mati.
Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun)
telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi
yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
6. Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa
digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol juga
antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan
terutama karena efek preservatifnya (sebagai
pengawet).
7. Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik
apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat
efektif di tempat tertutup sebagai bakterisida dan
fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%,
formaldehida dikenal sebgai formalin.
8. Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen
oksida merupakan agen pembunuh bakteri,
spora, jamur dan virus yang sangat efektif.
Sifat penting yang membuat senyawa ini
menjadi germisida adalah kemampuannya
untuk menembus ke dalam substansi yang
tidak tertutup rapat.
9. Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya
yang sedang, karena kemampuannya
mengoksidasi.
Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering
digunakan dalam pembersihan luka,
terutama luka yang dalam yang di
dalamnya kemungkinan dimasuki
organisme aerob.
10. Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama
dengan etilen oksida.
Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang
tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan
untuk mematikan bakteri vegetatif.
Efeknya cepat, ini diperlukan, karena
betapropiolakton dalam larutan cair mengalami
hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam
akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak
terdapat betapropiolakton yang tersisa.
11. Sabun dan Detergen
Sabun bertindak terutama dengan
menurunkan tegangan permukaan.
Efek mekanik ini penting karena bakteri,
bersama minyak dan partikel lain,
menjadi terjaring dalam sabun dan
dibuang melalui proses pencucian.
Pengertian Antiseptik
Antiseptikadalah zat yang dapat
menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup,
sedang desinfektan digunakan pada
benda mati.
Desinfektan dapat pula digunakan
sebagai antiseptik atau sebaliknya
tergantung dari toksisitasnya.
Kegunaan
Antiseptik terutama digunakan
untuk mencegah dan mengobati infeksi
pada luka.
Sediaan antiseptik dapat digunakan
untuk mengobati luka memar, luka iris,
luka lecet dan luka bakar ringan.
Selain itu, antiseptik juga dapat digunakan
untuk:
Disinfeksi tangan: menjadi pengganti atau
menyempurnakan membasuh tangan
dengan air. Tenaga medis dan paramedis
harus melakukan disinfeksi tangan dengan
antiseptik sebelum dan sesudah melakukan
tindakan medis.
Disinfeksi pra-tindakan: antiseptik diterapkan
ke lokasi tindakan untuk mengurangi flora
kulit. (Sebelum tindakan operasi, injeksi)
Disinfeksi membran mukosa: irigasi
antiseptik dapat diaplikasikan pada
uretra/vagina untuk mengobati infeksi
atau membersihkan rongga sebelum
kateterisasi.
Disinfeksi mulut dan tenggorokan: Obat
kumur antiseptik dapat digunakan untuk
mencegah dan mengobati infeksi mulut
dan tenggorokan.
Syarat Antiseptik
Antiseptikyang baik memiliki persyaratan
sebagai berikut :
1. Memiliki spektrum yang luas
2. Tidak meransang kulit maupun mukosa
(tidak mengiritasi)
3. Toksisitas dan daya absorbsi melalui mukosa
dan kulit rendah
4. Efek kerjanya cepat dan bertahan lama
5. Efektifitas kerjanya tidak terpengaruh oleh
adanya darah dan nanah.
6. Efektifitas germisid tinggi
7. Bersifat letal terhadap mikroorganisme
8. Kerjanya cepat dan tahan lama
9. Spektrum sempit terhadap mikroorganisme
yang sensitive
10. Tegangan permukaan yang rendah untuk
penggunaan topikal
11. Indeks terapi tinggi
12. Tidak memberikan efek sistemik bila
diberikan secara topikal dan tidak diadsorbsi.
Macam-Macam
Dalam garis besarnya antiseptik dibagi kedalam
beberapa golongan :
1. Alkohol
2. Halogen dan senyawanya
Iodium
Povidon iodine
Yodoform
Klorheksidin
3. Oksidansia
Kalium permanganat
Perhidrol
4. Logam berat dan Garamnya
Merkuri klorida (subllimat)
Merkurokrom (obat merah)
5. Asam
Asam borat
6. Turunan fenol
Trinitrofenol
Heksaklorofen
7. Basa amonium
Etakridin (rivanol)
Alkohol
Alkohol adalah antiseptik yang kuat.
Alkohol membunuh kuman dengan cara
menggumpalkan protein dalam selnya.
Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa
dan virus dapat terbunuh oleh alkohol.
Alkohol (yang biasanya dicampur
yodium) sangat umum digunakan oleh
dokter untuk mensterilkan kulit sebelum
dan sesudah pemberian suntikan
dan tindakan medis lain.
Alkohol kurang cocok untuk diterapkan
pada luka terbuka karena menimbulkan
rasa terbakar.
Jenis alkohol yang digunakan sebagai
antiseptik adalah etanol (60-
90%), propanol (60-70%) dan isopropanol (70-
80%) atau campuran dari ketiganya.
Metil alkohol (metanol) tidak boleh
digunakan sebagai antiseptik karena dalam
kadar rendah pun dapat menyebabkan
gangguan saraf dan masalah penglihatan.
Metanol banyak digunakan untuk keperluan
industri.
Keuntungan :
Cepat membunuh jamur dan bakteri termasuk
mikrobakteri; isopropil alkohol membunuh
sebagian besar virus, termasuk HBV dan HIV; etil
alkohol membunuh semua jenis virus.
Walaupun alkohol tidak mempunyai efek
membunuh yang persisten, pengurangan cepat
mikroorganisme di kulit, melindungi organisme
tumbuh kembali bahkan di bawah sarung tangan
selama beberapa jam.
Relatif murah dan tersedia di mana-mana.
Kerugian :
Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau
propilen glikol) untuk mencegah pengeringan
kulit.
Mudah pengeringan kulit.
Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik.
Mudah terbakar sehingga perlu disimpan di
tempat dingin atau berventilasi baik.
Merusak karet atau lateks.
Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih.
Yodium dan iodofor
Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan
beralkohol (disebut yodium tinktur) untuk sterilisasi kulit
sebelum dan sesudah tindakan medis.
Larutan ini tidak lagi direkomendasikan untuk mendisinfeksi
luka ringan karena mendorong pembentukan jaringan
parut dan menambah waktu penyembuhan.
Generasi baru yang disebut iodine povidone (iodophore),
sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10%
yodium aktif, jauh lebih ditoleransi kulit, tidak
memperlambat penyembuhan luka, dan meninggalkan
deposit yodium aktif yang dapat menciptakan efek
berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik dengan iodine
povidoneadalah betadine.
Generasi baru yang disebut iodine
povidone (iodophore), sebuah polimer
larut air yang mengandung sekitar 10%
yodium aktif, jauh lebih ditoleransi kulit,
tidak memperlambat penyembuhan luka,
dan meninggalkan deposit yodium aktif
yang dapat menciptakan efek
berkelanjutan.
Keuntungan:
Efek antimokrobial spektrum luas.
Preparat yodium cair murah, efektif, dan
tersedia di mana-mana.
Tidak mengiritasi kulit atau selaput lendir,
dan ideal untuk pembersihan vaginal.
Larutan 3% tidak menodai kulit.
Kerugian :
Efek antimikrobial lambat atau perlahan.
Cepat diinaktivasi oleh material organik seperti
darah atau dahak.
Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit
dan harus dibersihkan dari kulit sesudah kering (pakai
alkohol).
Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput
lendir dapat mengakibatkan hiptiroidisma pada bayi
baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya
Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat
terjadi, jadi cek riwayat alergi.
Klorheksilenol
Kloroheksilenol (para-kloro-metaksilenol
atau PCMX) adalah devisi halogen dari
silenol yang luas tersedia dalam
konsentrasi 0,5-4%.
Kloroheksilenol memecahkan
mikroorganisme dengan memecah
dinding sel. Hal ini merupakan penghapus
kuman yang beraktivitas rendah .
Dibandingkan dengan alkohol, yodium,
iodofor dan kurang efektif dalam
menurunkan flora kulit daripada iodofor).
Karena ia menembus kulit, dapat beracun
jika dioleskan pada beberapa bagian dari
tubuh, dan tidak boleh digunakan pada bayi.
Meskipun, produk komersil dengan
kloroheksilenol dengan konsentrasi di atas 4%
tidak boleh digunakan.
Keuntungan :
Aktivitas bersepektrum luas.
Hanya sedikit efeknya terhadap materi
organik.
Efek residu tahan sampai beberapa jam.
Minimal efek oleh bahan organik.
Kerugian :
Diinaktivasi oleh sabun (surfaktan
nonionik),
Tidak boleh digunakan pada bayi baru
lahir, karena dapat menyerap dengan
cepat dan potensial meracuni.
Triklosan
Triklosan adalah subtansi tidak berwarna
yang terdapat dalam sabun sebagai
antimikrobial.
Konsentrasi 0,2-2,0% mempunyai aktivitas
antimikrobial sedang terhadap koki gram
positif, mikobakteria dan jamur, tapi tidak
terhadap baksil gram negatif, khususnya
P aeruginosa.
Keuntungan :
Aktivitas berspektrum luas.
Persistensi sangat bagus.
Sedikit efeknya oleh bahan organik.
Kerugian :
Tidak ada efeknya terhadap P
aeruginosa atau baksil gram negatif lain.
Bakteriostatik (hanya mencegah
pertumbuhan).
Hidrogen peroksida
Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan
untuk membersihkan luka dan borok.
Larutan 3% lebih umum digunakan
untuk pertolongan pertama luka gores
atau iris ringan di rumah.
Hidrogen peroksida sangat efektif
memberantas jenis kuman anaerob
yang tidak membutuhkan oksigen.
Namun, oksidasi kuat yang ditimbulkannya
merangsang pembentukan parut dan
menambah waktu penyembuhan. Untuk
mengurangi efek sampingnya, hidrogen
peroksida sebaiknya digunakan dengan air
mengalir dan sabun sehingga paparannya
terbatas.
Jika menggunakan hidrogen peroksida
sebagai obat kumur, pastikan Anda
mengeluarkannya kembali setelah berkumur.
Etakridin laktat (rivanol)
Etakridin laktat adalah senyawa organik
berkristal kuning oranye yang berbau
menyengat. Penggunaannya sebagai
antiseptik dalam larutan 0,1% lebih
dikenal dengan merk dagang rivanol.
Tindakan bakteriostatik rivanol dilakukan
dengan mengganggu proses vital pada
asam nukleat sel mikroba. Efektivitas
rivanol cenderung lebih kuat
pada bakteri gram positif daripada
gram negatif.
Meskipun fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis
lain, rivanol memiliki keunggulan tidak mengiritasi
jaringan, sehingga banyak digunakan untuk
mengompres luka, bisul, atau borok bernanah.
Bila Anda memiliki bisul di pantat,
duduk berendam dalam larutan rivanol dapat
membantu mempercepat penyembuhannya.
Untuk luka kotor yang berpotensi infeksi
lebih besar, penerapan jenis antiseptik lain yang
lebih kuat disarankan setelah luka dibersihkan.
Asam borat
Digunakan dalam pengobatan infeksi jamur
vagina , pada rambut/bulu mata, dan
sebagai antivirus.
Dimasukkan ke dalam krim untuk luka bakar .
Asam Borat merupakan antiseptik lemah,
tidak mengiritasi jaringan.
Zat ini dapat digunakan secara optimum saat
dilarutkan dalam air dengan perbandingan
1:20.

Anda mungkin juga menyukai