Definisi Steril adalah tidak adanya mikoroorganisme yang aktif Steril adalah keadaan bebas dari mikroorganisme hidup dari lingkungan. Steril adalah produk yang bebas dari kontaminasi mikroba sebagai hasil dari tes sterilisasi. Steril adalah suatu keadaan yang mutlak bebas dari mikroorganisme baik patogen maupun non patogen,baik vegetatif maupun sporanya Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menghasilkan keadaan steril Sterilasasi adalah suatu proses mengurangi, menghilangkan, menghancurkan, membunuh mikroorganisme dan sporanya dari sediaan untuk mencapai suatu keadaan yang steril. Dalam pengolahan pangan dikenal istilah sterilisasi komersial yaitu suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang dapat menyebabkan kebusukan makanan pada kondisi suhu penyimpanan yang ditetapkan. Makanan yang telah mengalami sterilisasi komersial mungkin masih mengandung sejumlah jasad renik yang tahan proses sterilisasi, tetapi tidak mampu berkembang biak pada suhu penyimpanan normal yang ditetapkan untuk makanan tersebut. Jenis-jenis sediaan steril 1. Injeksi 2. Cairan infuse 3. Radiasi Farmasetik 4. Sediaan Padat 5. Suspensi steril 6. Tetes Mata, Salep 7. Larutan irigasi,dll Metode Sterilisasi A. FISIKA B. KIMIA C. MEKANIK Metode FISIKA 1. Pemanasan Kering 2. Panas lembab/basah 3. Pemijaran langsung 4. Cara Bukan Panas/Radiasi 1. Pemanasan Basah Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama dengan uap air. Dilakukan didalam autoklaf atau sterilisator uap. Secara umum waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan larutan saat suhu 121oC adalah selama 12 menit. Selain itu, autoklaf juga dapat diterapkan pada suhu 134oC selama 3 menit, 126oC selama 10 menit, dan 115oC selama 25 menit. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi. Performa autoklaf diuji dengan indicator biologi, contohnya Bacillus stearothermophilus. Cara ini dipakai untuk sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Contoh bahan yang dapat diAutoclaf: sediaan mata, bahan-bahan gelas, pakaian, alat kesehatan dan benda-benda karet. Contoh bahan yang tidak dapat diAutoclaf: produk yang dibuat dari basis minyak dan serbuk Hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan menggunakan autoklav : - harus ditunggu selama bekerja - hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahann temperatur dan tekanan secara mendadak dapat menyebabkan cairan yang disterilkan meletus dan gelas-gelas dapat pecah). Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Hal ini karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim didalam sel. Cara kerja Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol bertutup ulir, maka tutup harus dikendorkan. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu. Nyalakan autoklaf, atur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121 C. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15 dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada presure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati- hati. Keterangan gambar 1. Tombol pengatur waktu mundur (timer) 2. Katup pengeluaran uap 3. pengukur tekanan 4. kelep pengaman 5. Tombol on-off 6. Termometer 7. Lempeng sumber panas 8. Aquades (H2O) 9. Sekrup pengaman 10. batas penambahan air 2. Pemanasan Kering Pemanasan kering dapat menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen- komponen di dalam sel. Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan kering kurang efisien dan membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan. Lebih murah dibandingkan uap basah. Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Pemanasan kering sering dilakukan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5- 2 jam Juga dapat untuk alat-alat bedah, minyak, paraffin, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril seperti talk, kaolin dan ZnO. Untuk larutan minyak atau parafin atau salep ditetapkan sterilisasi pada suhu minimal 150C selama 1 jam. Temperatur yang lebih tinggi memungkinkan waktu sterilisasi lebih pendek daripada waktu yang ditentukan. Sebaliknya, suhu yang lebih rendah memerlukan waktu yang lebih panjang. Panas kering tidak hanya merusak mikroorganisme tetapi juga merusak pirogen. Kekurangan metode ini, umumnya, waktu dan temperatur sterilisasi panas kering menjadi lebih lama dan tinggi daripada metode sterilisasi lainnya. Siklussterilisasi panas kering meliputi fase pemanasan (udara panas disirkulasikan pada chamber), periode plateau (tercapainya suhu pada chamber), equilibrium atau holding time (seluruh chamber memiliki suhu yang sama), dan pendinginan chamber (mensirkulasikan udara dingin ke dalam chamber). Sebelum dimasukkan alat-alat seperti erlenmeyer, cawan petri, labu ukur, batang pengaduk, pipet tetes, gelas ukur, tabung reaksi atau- alat yang terbuat dari kaca dibungkus dengan kertas terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya keretakan dan kontaminasi pada saat alat dikeluarkan dari dalam oven. Alat-alat yang akan disterilisasi dicuci dan dikeringkan, alat yang mempunyai mulut ditutup dengan kapas seperti labu ukur pipet tetes, tabung reaksi, Erlenmeyer, gelas ukur, cawan petri dan labu ukur setelah ditutup dengan kapas, dibungkus lagi dengan kertas sedangkan untuk batang pengaduk dibungkus seperti biasa. Setelah pemanasan selesai oven dimatikan sampai mencapai suhu kamar. Hal ini bertujuan untuk menghindari keretakan alat atau masuknya udara yang mengandung partikel debu. Setelah dilakukan sterilisasi alat siap digunakan untuk melakukan percobaan 3. Pemijaran Langsung Pembakaran dengan cara ini hanya cocok untuk alat-alat logam (ose, pinset, dll), yang dibiarkan sampai memijar. Dengan cara ini seluruh mikroorganisme, termasuk spora, dapat dibasmi. Cara mensterilkan ose : Ose disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api lampu spiritus/bunsen atau lampu gas. Pada waktu memanaskan ose, dimulai dari pangkal kawat dan setelah terlihat merah berpijar secara pelan-pelan pemansan dilanjutkan ke ujung ose. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terloncatnya kuman akibat pemanasan langsung dan terlalu cepat pada mata ose. 4. Radiasi Sterilisasi dengan cara ini diperlukan jika sterilisasi panas yang lain tidak dapat dilakukan. Beberapa macam radiasi mengakibatkan letal terhadap mikroorganisme. Jenis radiasi termasuk bagian dari spkterum elektromagnetik, misalnya : sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar x dan juga sinar katoda elektro kecepatan tinggi. Lampu sinar ultraviolet memiliki panjang gelombang 260 270 nm, dimana sinar dengan panjang gelombang sekitar 265 nm mempunyai daya bakterisid yang tinggi. Sinar UV ini memotong DNA mikroorganisme sehingga ekspresi DNA tidak terjadi. Lampu ultraviolet digunakan untuk mensterilkan ruangan, misalnya di kamar bedah, ruang pengisian obat dalam ampul dan flakon di industri farmasi, juga bisa digunakan diperusahaan makanan untuk mencegah pencemaran permukaan. Keterbatasannya, cara ini hanya bisa bekerja pada permukaan, tidak bisa menembus bahan padat. Sinar x mempunyai daya penetrasi lebih besar dibanding dengan sinar ultraviolet. Sinar gamma mempunyai daya penetrasi lebih besar dibandingkan dengan sinar x dan digunakan untuk mensterilkan material yang tebal, misalnya bungkusan alat-alat kedokteran atau paket makanan. Sinar katoda biasa dipakai menghapus hama pada suhu kamar terhadap barang-barang yang telah dibungkus. Metode KIMIA 1) Alkohol, daya kerjanya adalah mengkoagulasi protein. Cairan alkohol yang umum digunakan berkonsentrasi 70-80 % karena konsentrasi yang lebih tinggi atau lebih rendah kurang efektif. 2) Khlor, Gas khlor dengan air akan menghasilkan ion hipokloride yang akan mengkoagulasikan protein sehingga membran sel rusak dan terjadi inaktivasi enzim. 3) Yodium, daya kerjanya adalah bereaksi dengan tyrosin, suatu asam amino dalam enzim atau protein mikroorganisme. Antiseptik berbasis iodium tidak tepat bila digunakan pada sterilisasi alat medis atau gigi, karena dapat meninggalkan noda. 4)Formaldehida 8 % merupakan konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan sebagian besar mikroorganisme. Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam protein mikrobia. 5) Glutaraldehide, bahan ini bersifat non korosif dan bekerja lebih cepat daripada formaldehid, hanya diperlukan beberapa jam untuk membunuh bakteri. Bahan ini aktif melawan bakteri, spora, jamur, virus. 6) Gas etilen oksida, gas ini digunakan terutama untuk mensterilkan bahan yang dibuat dari plastik. 7)Natrium diklorososianurat, bahan ini berbentuk bubuk, berisi 60% klor. Diterapkan pada tumpahan darah atau cairan yang bersifat memiliki bahaya biologi lain selama 10 menit baru kemudian dilanjutkan dengan pembersihan yang lebih lanjut. 8) Kloramina, bahan ini berbentuk serbuk berisi 25% klor, dan hampir tidak berbau. Bahan ini dapat digunakan untuk membasmi kuman air pada minuman. 9) Klor dioksida, bahan ini adalah sebuah germisida kuat dan bekerja secara cepat. Bahan aktif ini didapat dengan cara mereaksikan asam klorida dengan natrium hipoklorit. 10) Senyawa fenolik, senyawa ini aktif melawan bakteri vegetatif dan virus lipid, namun tidak aktif dalam melawan spora. Senyawa ini biasanya berupa Triklosan dan Klorosilenol yang biasa digunakan sebagai antiseptik. 11) Senyawa Amonium Kuartener, banyak digunakan sebagai campuran dan juga dikombinasikan dengan germisida lain, seperti alkohol. 12) Hidrogen peroksida, merupakan oksidan kuat dan germisida efektif yang berspektrum luas. Bahan ini dinilai lebih aman bagi manusia dan lingkunagn daripada klor. Metode FISIKA/FILTRASI Penyaringan Penyaringan adalah proses sterilisasi yang dilakukan pada suhu kamar, digunakan untuk bahan yang peka terhadap panas misalnya serum, urea dan enzim. Dengan cara penyaringan larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung didalam wadah yang steril. Menggunakan pori pori 10 nm untuk virus dan 0,22 nm untuk bakteri. Namun virus terkadang masih gagal ditahan oleh filter. Desinfektan & Antiseptik Pengertian Desinfektan Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut. Kriteria Desinfektan 10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu : 1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar 2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban 3. Tidak toksik pada hewan dan manusia 4. Tidak bersifat korosif 5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda 6. Tidak berbau/ baunya disenangi 7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai 8. Larutan stabil 9. Mudah digunakan dan ekonomis 10. Aktivitas berspektrum luas Variabel dalam desinfektan 1. Konsentrasi (Kadar) Konsentrasi yang digunakan akan bergantung kepada bahan yang akan didesinfeksi dan pada organisme yang akan dihancurkan. 2. Waktu Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variable. 3. Suhu Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia. 4. Keadaan Medium Sekeliling pH medium dan adanya benda asing mungkin sangat mempengaruhi proses disinfeksi. Macam-Macam Desinfektan 1. Garam Logam Berat Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan mahal harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Yang lazim dipakai merkurokrom, metafen atau mertiolat. 2. Zat Perwarna Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang. 3. Klor dan senyawa klor Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat- alat makan dan minum. 4. Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis Larutan fenol 2 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik. 5. Kresol Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir. 6. Alkohol Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai pengawet). 7. Formaldehida Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat efektif di tempat tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin. 8. Etilen Oksida Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi germisida adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam substansi yang tidak tertutup rapat. 9. Hidogen Peroksida Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob. 10. Betapropiolakton Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat betapropiolakton yang tersisa. 11. Sabun dan Detergen Sabun bertindak terutama dengan menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian. Pengertian Antiseptik Antiseptikadalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfektan digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Kegunaan Antiseptik terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada luka. Sediaan antiseptik dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka iris, luka lecet dan luka bakar ringan. Selain itu, antiseptik juga dapat digunakan untuk: Disinfeksi tangan: menjadi pengganti atau menyempurnakan membasuh tangan dengan air. Tenaga medis dan paramedis harus melakukan disinfeksi tangan dengan antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis. Disinfeksi pra-tindakan: antiseptik diterapkan ke lokasi tindakan untuk mengurangi flora kulit. (Sebelum tindakan operasi, injeksi) Disinfeksi membran mukosa: irigasi antiseptik dapat diaplikasikan pada uretra/vagina untuk mengobati infeksi atau membersihkan rongga sebelum kateterisasi. Disinfeksi mulut dan tenggorokan: Obat kumur antiseptik dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi mulut dan tenggorokan. Syarat Antiseptik Antiseptikyang baik memiliki persyaratan sebagai berikut : 1. Memiliki spektrum yang luas 2. Tidak meransang kulit maupun mukosa (tidak mengiritasi) 3. Toksisitas dan daya absorbsi melalui mukosa dan kulit rendah 4. Efek kerjanya cepat dan bertahan lama 5. Efektifitas kerjanya tidak terpengaruh oleh adanya darah dan nanah. 6. Efektifitas germisid tinggi 7. Bersifat letal terhadap mikroorganisme 8. Kerjanya cepat dan tahan lama 9. Spektrum sempit terhadap mikroorganisme yang sensitive 10. Tegangan permukaan yang rendah untuk penggunaan topikal 11. Indeks terapi tinggi 12. Tidak memberikan efek sistemik bila diberikan secara topikal dan tidak diadsorbsi. Macam-Macam Dalam garis besarnya antiseptik dibagi kedalam beberapa golongan : 1. Alkohol 2. Halogen dan senyawanya Iodium Povidon iodine Yodoform Klorheksidin 3. Oksidansia Kalium permanganat Perhidrol 4. Logam berat dan Garamnya Merkuri klorida (subllimat) Merkurokrom (obat merah) 5. Asam Asam borat 6. Turunan fenol Trinitrofenol Heksaklorofen 7. Basa amonium Etakridin (rivanol) Alkohol Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan cara menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang biasanya dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk mensterilkan kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan dan tindakan medis lain. Alkohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena menimbulkan rasa terbakar. Jenis alkohol yang digunakan sebagai antiseptik adalah etanol (60- 90%), propanol (60-70%) dan isopropanol (70- 80%) atau campuran dari ketiganya. Metil alkohol (metanol) tidak boleh digunakan sebagai antiseptik karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan gangguan saraf dan masalah penglihatan. Metanol banyak digunakan untuk keperluan industri. Keuntungan : Cepat membunuh jamur dan bakteri termasuk mikrobakteri; isopropil alkohol membunuh sebagian besar virus, termasuk HBV dan HIV; etil alkohol membunuh semua jenis virus. Walaupun alkohol tidak mempunyai efek membunuh yang persisten, pengurangan cepat mikroorganisme di kulit, melindungi organisme tumbuh kembali bahkan di bawah sarung tangan selama beberapa jam. Relatif murah dan tersedia di mana-mana. Kerugian : Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau propilen glikol) untuk mencegah pengeringan kulit. Mudah pengeringan kulit. Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik. Mudah terbakar sehingga perlu disimpan di tempat dingin atau berventilasi baik. Merusak karet atau lateks. Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih. Yodium dan iodofor Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan beralkohol (disebut yodium tinktur) untuk sterilisasi kulit sebelum dan sesudah tindakan medis. Larutan ini tidak lagi direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka ringan karena mendorong pembentukan jaringan parut dan menambah waktu penyembuhan. Generasi baru yang disebut iodine povidone (iodophore), sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka, dan meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat menciptakan efek berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik dengan iodine povidoneadalah betadine. Generasi baru yang disebut iodine povidone (iodophore), sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka, dan meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat menciptakan efek berkelanjutan. Keuntungan: Efek antimokrobial spektrum luas. Preparat yodium cair murah, efektif, dan tersedia di mana-mana. Tidak mengiritasi kulit atau selaput lendir, dan ideal untuk pembersihan vaginal. Larutan 3% tidak menodai kulit. Kerugian : Efek antimikrobial lambat atau perlahan. Cepat diinaktivasi oleh material organik seperti darah atau dahak. Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit dan harus dibersihkan dari kulit sesudah kering (pakai alkohol). Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan hiptiroidisma pada bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi. Klorheksilenol Kloroheksilenol (para-kloro-metaksilenol atau PCMX) adalah devisi halogen dari silenol yang luas tersedia dalam konsentrasi 0,5-4%. Kloroheksilenol memecahkan mikroorganisme dengan memecah dinding sel. Hal ini merupakan penghapus kuman yang beraktivitas rendah . Dibandingkan dengan alkohol, yodium, iodofor dan kurang efektif dalam menurunkan flora kulit daripada iodofor). Karena ia menembus kulit, dapat beracun jika dioleskan pada beberapa bagian dari tubuh, dan tidak boleh digunakan pada bayi. Meskipun, produk komersil dengan kloroheksilenol dengan konsentrasi di atas 4% tidak boleh digunakan. Keuntungan : Aktivitas bersepektrum luas. Hanya sedikit efeknya terhadap materi organik. Efek residu tahan sampai beberapa jam. Minimal efek oleh bahan organik. Kerugian : Diinaktivasi oleh sabun (surfaktan nonionik), Tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir, karena dapat menyerap dengan cepat dan potensial meracuni. Triklosan Triklosan adalah subtansi tidak berwarna yang terdapat dalam sabun sebagai antimikrobial. Konsentrasi 0,2-2,0% mempunyai aktivitas antimikrobial sedang terhadap koki gram positif, mikobakteria dan jamur, tapi tidak terhadap baksil gram negatif, khususnya P aeruginosa. Keuntungan : Aktivitas berspektrum luas. Persistensi sangat bagus. Sedikit efeknya oleh bahan organik. Kerugian : Tidak ada efeknya terhadap P aeruginosa atau baksil gram negatif lain. Bakteriostatik (hanya mencegah pertumbuhan). Hidrogen peroksida Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan luka dan borok. Larutan 3% lebih umum digunakan untuk pertolongan pertama luka gores atau iris ringan di rumah. Hidrogen peroksida sangat efektif memberantas jenis kuman anaerob yang tidak membutuhkan oksigen. Namun, oksidasi kuat yang ditimbulkannya merangsang pembentukan parut dan menambah waktu penyembuhan. Untuk mengurangi efek sampingnya, hidrogen peroksida sebaiknya digunakan dengan air mengalir dan sabun sehingga paparannya terbatas. Jika menggunakan hidrogen peroksida sebagai obat kumur, pastikan Anda mengeluarkannya kembali setelah berkumur. Etakridin laktat (rivanol) Etakridin laktat adalah senyawa organik berkristal kuning oranye yang berbau menyengat. Penggunaannya sebagai antiseptik dalam larutan 0,1% lebih dikenal dengan merk dagang rivanol. Tindakan bakteriostatik rivanol dilakukan dengan mengganggu proses vital pada asam nukleat sel mikroba. Efektivitas rivanol cenderung lebih kuat pada bakteri gram positif daripada gram negatif. Meskipun fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis lain, rivanol memiliki keunggulan tidak mengiritasi jaringan, sehingga banyak digunakan untuk mengompres luka, bisul, atau borok bernanah. Bila Anda memiliki bisul di pantat, duduk berendam dalam larutan rivanol dapat membantu mempercepat penyembuhannya. Untuk luka kotor yang berpotensi infeksi lebih besar, penerapan jenis antiseptik lain yang lebih kuat disarankan setelah luka dibersihkan. Asam borat Digunakan dalam pengobatan infeksi jamur vagina , pada rambut/bulu mata, dan sebagai antivirus. Dimasukkan ke dalam krim untuk luka bakar . Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan. Zat ini dapat digunakan secara optimum saat dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:20.