Anda di halaman 1dari 35

LEPRA

Pembimbing:
dr. Desidera, SpKK.
Disusun oleh:
Sulaiman Bin Zaini
112015195
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 44th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
ANAMNESA
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 12 July
2017, pukul 11.30 WIB

Keluhan Pada wajah dan telinga


terdapat bercak putih yang
utama meninggi sejak 3 bulan smrs

Keluhan Tidak ada


tambahan
Keluhan Penyakit Sekarang
Seorang ibu usia 44 tahun datang dengan keluhan terdapat bercak
putih yang meninggi pada wajah dan telinga sejak 3 bulan smrs.
Pada daerah bercak, pasien mengeluh mati rasa, kebas dan
terkadang nyeri.
Keluhan mati rasa bertambah apabila pasien dalam cuaca panas.
Pasien mengatakan sudah datang ke rumah sakit 4 kali untuk
control pengobatannya.
Kurang lebih 6 bulan smrs, pasien pernah kontrol dengan bercak
berwarna merah.
Pasien mengaku bercak pertama kali muncul pada siku kiri, lutut kiri
dan tapak kaki kiri sejak 1 tahun smrs (Agustus 2016).
Pengobatan yang telah dilakukan pasien hanyalah berdasarkan
rekomendasi dokter. Pasien menyangkal menggunakan obat
tradisional.
Riwayat
Penyakit Tidak ada
Dahulu

Riwayat
Penyakit Tidak ada
Keluarga
STATUS DERMATOLOGIKUS

Regio fasialis
Regio anti tragus
Lokasi

Tampak makula infiltrasi


dengan ukuran 1x2cm di
Efloresensi regio fasialis dan 1x1cm
di regio anti tragus
Regio Fasialis Regio Anti Tragus
RESUME
Seorang ibu usia 44 tahun datang dengan keluhan terdapat bercak
putih yang meninggi pada wajah dan telinga sejak 3 bulan smrs.
Pada daerah bercak, pasien mengeluh mati rasa, kebas dan
terkadang nyeri.
Keluhan mati rasa bertambah apabila pasien dalam cuaca panas.
Pasien mengatakan sudah datang ke rumah sakit 4 kali untuk
control pengobatannya.
Kurang lebih 6 bulan smrs, pasien pernah kontrol dengan bercak
berwarna merah.
Pasien mengaku bercak pertama kali muncul pada siku kiri, lutut kiri
dan tapak kaki kiri sejak 1 tahun smrs (Agustus 2016).
Pada status dermatologis ditemukan pada regio regio fasialis dan
regio anti tragus. Eflorosensi tampak makula infiltrasi dengan
ukuran 1x2cm di regio fasialis dan 1x1cm di regio anti tragus.
DIAGNOSIS

Morbus Hansen Tipe


KERJA BL

Selulitis, erisipelas
BANDING ataupun psoriasis.
TATALAKSANA
Medika Mentosa Non Medika Mentosa
Regimen ROM ,(kombinasi Pasien secara rutin perlu menjaga
diri kebersihan diri,terutama pada
dalam satu tablet), sekali regio yang mengalami penurunan
dosis tunggal/bulan selama fungsi neurologis.
Tangan atau kaki yang anestetik
24 bulan berturut-turut. dapat direndam setiap hari
Rifampisin 600 mg selama 10-15 menit
Ofloksasin 400 mg Istirehatkan regio yang terlihat
kemerahan atau melepuh.
Minosiklin 100 mg Hindari tekanan yang berlebihan
Vitamin B kompleks 2x/hari pada regio lesi, misalnya dengan
elevasi tungkai saat istirehat atau
Kontrol per 3 bulan mencegah berjalan kaki dalam
jangka waktu yang lama
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad Bonam
Quo ad functionam : dubia ad Malam
Quo ad sanationam : Malam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Istilah kusta berasal dar bahasa sansekerata,
yakni kusta berarti kumpulan gejala-gejala kulit
secara umum.
Penyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus
Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan
kuman.
Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae.
Kusta menyerang berbagai bagian tubuh
diantaranya saraf dan kulit
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS

Lesi Makula hipopigmentasi dengan tepian yang menonjol


Lesi mungkin atau tidak mungkin menjadi hipoesthetik
kutaneous
anesthesia, tidak nyeri, patch kulit yang tidak gatal
deformitas yang disebabkan kelemahan dan mensia-siakan dari
Neuropathy otot-otot
lepuh yang timbul spontan dan ulcus tropic sebagai konsekuensi dari
hilangnya sensoris

Primer mengakibatkan alopesia pada alis mata dan bulu mata, juga
dapat mendesak jaringan mata lainnya
Mata Sekunder : rusaknya N.fasialis yang dapat membuat paralisis
N.orbitkularis palpebrarum , lagoftalmus yang selanjutnya,
menyebabkan kerusakan mata lainnya
GEJALA PADA REAKSI
Reaksi ENL Reaksi Reversal/upgrading
Umumnya terjadi pada Umumnya pada kusta tipe
kusta tipe BL atau LL. BT, BB dan BL.
Gejala konstitusional Gejala konstitusi lebih
berupa demam, menggigil, ringan dari ENL. Gejala kulit
mual, nyeri sendi, sakit pada
saraf dan otot. lesi-lesi kusta menjadi lebih
banyak dan lebih aktif
Pada kulit timbul eritema,
nodus dan bila nodus pecah secara mendadak. Tidak
menimbulkan ulkus timbul nodus dan kadang
Nyeri neuritik ada jejak neuritis.
Nyeri neuritik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tipe TT : ditemukan
Indeks tuberkel (giant cell,
Bakteri (IB) limfosit)
Tipe LL : ditemukan
Indeks sel busa (Virchow
Morfologi cell/sel lepra)

Pewarnaan Pemeriksaan
ziehl Nelsen Histopatologi

Pemeriksaan
Tes Lepromin
Serologik

digunakan untuk Uji MPLA


mlihat daya Uji ELISA
imunitas penderita Uji ML dsistick
terhadap penyakit
kusta.
Indeks Bakteri (IB) Indeks Morfologi (IM)
menentukan klasifikasi Untuk menentukan
penyait lepra dengan persentase BTA hidup atau
melihat kepadatan BTA mati
tanpa melihat kuman hidup
(solid) atau mati
(fragmented/granular)
DIAGNOSA KERJA
Ada 3 tanda kardinal, yang kalau salah satunya
ada sudah cukup untuk menetapkan diagnosis
dari penyakit kusta yakni:
1. Lesi kulit yang anestesi,
2. Penebalan saraf perifer, dan
3. Ditemukannya M. leprae sebagai bakteriologis
positif.
KLASIFIKASI

Zona Spektrum Kusta Menurut Macam Klasifikasi


Bagian Diagnosis Klinis Menurut WHO (1995)
Gambaran Klinis, Bakteriologik, dan Imunologik Kusta Pausibasilar (PB)
Gambaran Klinis, Bakteriologik, dan Imunologik Kusta Multibasilar (MB)
DIAGNOSA BANDING
Beberapa hal penting dalam Tipe I (makula hipopigmentasi).
menentukan diagnosis Diagnosis banding: Tinea
banding kusta: versikolor, vitiligo, pitiriasis rosea,
dermatitis seboroika, liken
Ada makula simpleks kronis.
hipopigmentasi Tipe TT (makula erimatosa
Ada daerah anestesi dengan pinggir meninggi).
Pemeriksaan bakteriologi Diagnosis banding: Tinea
memperlihatkan basil korporis, psoriasis, lupus
tahan asam erimatosus tipe diskoid atau
pitiriasis rosea.
Ada Tipe BT, BB, BL (infiltrat merah tak
pembengkakan/pengerasa berbatas tegas). Diagnosis
n saraf tepi atau cabangnya banding: Selulitis, erisipelas
ataupun psoriasis.
Tipe LL (bentuk nodula). DD: SLE,
dermatomiositis atau erupsi obat
PENATALAKSANAAN- REGIMEN WHO

Tipe Pausibasiler (PB) Tipe Multibasiler (MB)


Rifampisin 600 mg/bulan, Rifampisin 600 mg/bulan,
diminum di depan petugas diminum di depan petugas
rumah sakit / puskesmas rumah sakit/puskesmas.
DDS (diamino difenil sulfat) DDS 100 mg/hari.
100 mg/hari. Lamprene 300 mg/bulan,
diminum di depan petugas
Diberikan secara teratur 6 dan dilanjutkan dengan
dosis dalam 6-9 bulan. dosis 50 mg/hari.
Diberikan teratur 12 dosis
dalam 12-18 bulan
PENATALAKSANAAN- REGIMEN ROM
(Alternatif WHO)
Obat alternatif yang lain adalah regimen ROM (kombinasi dari Rifampisin 600
mg, Ofloksasin 400 mg dan Minosiklin 100 mg dalam satu tablet). Dosis
pemberian ROM sesuai tipe kusta :

PB lesi tunggal PB lesi 2-5 MB

ROM satu kali ROM sekali dosis ROM sekali dosis


dosis tunggal tunggal/bulan tunggal/bulan
selama 6 bulan selama 24 bulan
berturut-turut berturut-turut.

Pasien perlu juga diberikan vitamin yang bersifat neurotropik


Setelah mengkonsumsi obat dengan teratur, pasien bisa dinyatakan bebas
pengobatan (RFT) tetapi tetap kontrol teratur selama 2 tahun untuk tipe
Pausibasiler dan 5 tahun untuk multibasiler.
PENATALAKSANAAN REAKSI KUSTA
Eritema Nodosum Leprosum Reaksi Pembalikan (Reaksi
(ENL) Reversal, Reaksi Upgrading)
Antipiretik-analgetik: Bila timbul neuritis, berikan
Parasetamol atau kortikosteroid (Prednison
Metampiron 4 x 500 mg 30-60 mg/hari)
Kortikosteroid: Prednison, Analgetik dan antipiretik jika
dosis awal 20-40 mg/hari perlu
dalam 4 dosis Obat kusta yang lain
Klofazimin 300 mg/hari diteruskan
Obat antikusta lain
diteruskan
KOMPLIKASI
Neuropati mencakup fungsi penurunan sensorik, motoric,
atau otonom saraf perifer
Ulkus atau fisura yang dapat mengakibatkan osteomyelitis
hingga amputasi digiti
Pembentukan kalus, akibat penurunan aktivitas kelenjar
keringat
Kontraktur sendi, akibat paralisis otot. Latihan fisis secara
aktif maupun pasif diperlukan untuk mencegah komplikasi
ini
Kelainan oftalmologis, penurunan sensoris kornea
(trigeminal neuropati), lagoftalmos (neuropati fasialis)
Pada reaksi ENL dapat ditemukan uveitis, daktilis,
limfadenitis, neuritis, miositosis, maupun orchitis
TERIMA KASIH :)

Anda mungkin juga menyukai