Anda di halaman 1dari 25

Epistaksis

JULISMAN DAELI
11 2012 346
Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala
dari suatu kelainan yang hampir 90% dapat berhenti
sendiri
Merupakan perdarahan spontan yang berasal dari
dalam hidung
Dapat terjadi pada segala umur, dengan puncaknya
terjadi pada anak-anak dan orang tua
Anatomi
Innervasi Hidung

Suplai darah cavum nasi berasal dari sistem karotis


antara lain arteri karotis eksterna dan karotis
interna
Arteri karotis eksterna memberikan suplai darah
terbanyak pada cavum nasi, melalui :
1. Arteri sphenopalatina
2. Arteri palatina descenden
Arteri karotis interna melalui arteri oftalmika
mempercabangkan arteri ethmoid anterior dan
posterior yang mendarahi septum dan dinding
lateral superior
Fisiologi

Fungsi Respirasi
Fungsi Penghidu
Fungsi Fonetik
Refleks Nasal
Fungsi Fonetik

Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi


berkurang atau hilang,sehingga terdengar suara
sengau (rhinolalia)
2 jenis rhinolalia rhinolalia aperta dan rhinolalia
oklusa
Etiologi

Perdarahan hidung diawali oleh pecahnya pembuluh


darah di dalam selaput mukosa hidung
80% perdarahan berasal dari pembuluh darah
Pleksus Kiesselbach
Ditimbulkan oleh sebab lokal dan umum atau
kelainan sistemik
1. Lokal

Trauma
Infeksi Lokal
Neoplasma
Kelainan Kongenital
Lingkungan
Deviasi Septum
A. Trauma

Perdarahan dapat terjadi karena trauma ringan dan trauma yang lebih
hebat
Epistaksis sering juga terjadi karena adanya spina septum yang tajam
Pembentukan krusta yang keras dan usaha melepaskan dengan jari
menimbulkan trauma digital
Benda asing yang berada di hidung dapat menyebabkan trauma local
B. Infeksi Lokal

Bisa terjadi pada infeksi hidung dan sinus paranasal


seperti rhinitis atau sinusitis
Infeksi akan menyebabkan inflamasi yang akan
merusak mukosa
Inflamasi akan menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah setempat sehingga
memudahkan terjadinya perdarahan di hidung
C. Neoplasma

Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya


sedikit dan intermiten
Karena pada tumor terjadi pertumbuhan sel yang abnormal
dan pembentukan pembuluh darah yang baru yang bersifat
rapuh
D. Kelainan Kongenital

Paling sering terjadi karena perdarahan


telangiektasis heriditer dan pada Von Willendbrand
disease
Tahap 1 Pembuluh darah terluka dan mulai mengalami perdarahan.
Tahap 2 Pembuluh darah menyempit untuk memperlambat aliran darah ke daerah yang luka.
Tahap 3 Trombosit melekat dan menyebar pada dinding pembuluh darah yang rusak.
Trombosit yang menyebar melepaskan zat yang mengaktifkan trombosit lain didekatnya
sehingga akan menggumpal membentuk sumbat trombosit pada tempat yang terluka.
Tahap 4 Permukaan trombosit yang teraktivasi menjadi permukaan tempat terjadinya bekuan darah.
Protein pembekuan darah yang beredar dalam darah diaktifkan pada permukaan trombosit
membentuk jaringan bekuan fibrin.
Protein ini (Faktor I, II, V, VII, VIII, IX, X, XI, XII dan XIII dan Faktor Von
Willebrand) bekerja seperti kartu domino, dalam reaksi berantai. Ini disebut
cascade

VWD dapat terjadi pada dua tahap terakhir pada proses pembekuan darah
Pada tahap ke 3, seseorang dapat berkemungkinan tidak memiliki cukup
Faktor Von Willebrand (VWF) di dalam darahnya atau faktor tersebut tidak
berfungsi secara normal. Akibatnya Trombosit tidak dapat melapisi
dinding pembuluh darah
Pada tahap ke 4, VWF membawa Faktor VIII. Akibatnya tidak dapat
bertindak sebagai perekat untuk menyangga trombosit di sekitar daerah
pembuluh darah yang mengalami kerusakan
E. Pengaruh Lingkungan

Kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan


iritasi mukosa
Epistaksis sering terjadi pada udara yang kering dan
saat musim dingin
2. Sistemik

A. Kelainan Darah
B. Penyakit Kardiovaskular
i. Hipertensi
ii. Arterosklerosis
iii. Sirosis Hepatis
iv. Diabetes Mellitus
C. Infeksi akut
D. Gangguan hormonal
E. Alkoholisme
Patofisiologi

A. Epistaksis Anterior
Asal dari Pleksus Kiesselbach
Dapat juga berasal dari arteri ethmoid anterior
B. Epistaksis Posterior
Asal dari arteri sphenopalatina dan arteri ethmoid posterior
Sering ditemukan pada pasien dengan penyakit
kardiovaskular
Pemeriksaan

Rinoskopi anterior
Rinoskopi posterior
Pengukuran tekanan darah
Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI
Endoskopi hidung
Skrining terhadap koagulopati
Riwayat penyakit
Penatalaksaan

Pada anak-anak lakukan metode Trotter


Komplikasi

Sinusitis
Air mata yang berdarah
Otitis media
Haemotympanum
Laserasi palatum mole
Pencegahan

Gunakan semprotan hidung atau tetes larutan garam


Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah
Gunakan gel hidung larut air di hidung
Hindari meniup melalui hidung terlalu keras
Bersin melalui mulut
Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung
Batasi penggunaan obat obatan yang dapat meningkatkan perdarahan
Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani dengan obat alergi
biasa
Berhentilah merokok

Anda mungkin juga menyukai