Epistaksis
Epistaksis
JULISMAN DAELI
11 2012 346
Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala
dari suatu kelainan yang hampir 90% dapat berhenti
sendiri
Merupakan perdarahan spontan yang berasal dari
dalam hidung
Dapat terjadi pada segala umur, dengan puncaknya
terjadi pada anak-anak dan orang tua
Anatomi
Innervasi Hidung
Fungsi Respirasi
Fungsi Penghidu
Fungsi Fonetik
Refleks Nasal
Fungsi Fonetik
Trauma
Infeksi Lokal
Neoplasma
Kelainan Kongenital
Lingkungan
Deviasi Septum
A. Trauma
Perdarahan dapat terjadi karena trauma ringan dan trauma yang lebih
hebat
Epistaksis sering juga terjadi karena adanya spina septum yang tajam
Pembentukan krusta yang keras dan usaha melepaskan dengan jari
menimbulkan trauma digital
Benda asing yang berada di hidung dapat menyebabkan trauma local
B. Infeksi Lokal
VWD dapat terjadi pada dua tahap terakhir pada proses pembekuan darah
Pada tahap ke 3, seseorang dapat berkemungkinan tidak memiliki cukup
Faktor Von Willebrand (VWF) di dalam darahnya atau faktor tersebut tidak
berfungsi secara normal. Akibatnya Trombosit tidak dapat melapisi
dinding pembuluh darah
Pada tahap ke 4, VWF membawa Faktor VIII. Akibatnya tidak dapat
bertindak sebagai perekat untuk menyangga trombosit di sekitar daerah
pembuluh darah yang mengalami kerusakan
E. Pengaruh Lingkungan
A. Kelainan Darah
B. Penyakit Kardiovaskular
i. Hipertensi
ii. Arterosklerosis
iii. Sirosis Hepatis
iv. Diabetes Mellitus
C. Infeksi akut
D. Gangguan hormonal
E. Alkoholisme
Patofisiologi
A. Epistaksis Anterior
Asal dari Pleksus Kiesselbach
Dapat juga berasal dari arteri ethmoid anterior
B. Epistaksis Posterior
Asal dari arteri sphenopalatina dan arteri ethmoid posterior
Sering ditemukan pada pasien dengan penyakit
kardiovaskular
Pemeriksaan
Rinoskopi anterior
Rinoskopi posterior
Pengukuran tekanan darah
Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI
Endoskopi hidung
Skrining terhadap koagulopati
Riwayat penyakit
Penatalaksaan
Sinusitis
Air mata yang berdarah
Otitis media
Haemotympanum
Laserasi palatum mole
Pencegahan