Anda di halaman 1dari 74

Pemicu 4

Olivia paulus (405160034)


MM. Definisi Geriatri &
Lansia
LO 1.
Definisi
Pengertian Geriatri Menurut Ahli
Miller (1990) menyebutkan bahwa Geriatri adalah Cabang
ilmu kedokteran/medicine yang berkaitan dengan penyakit
dan ketidakmampuan atau kecacatan pada lansia.
Black & Matassari Jacob (1997) mendefinisikan Geriatri
sebagai Cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada masalah
kedokteran yaitu penyakit yag timbul pada lansia.
Kesimpulannya Geriatri merupakan Cabang ilmu kedokteran
yang mempelajari tentang penyakit pada lansia, Aspek-aspek
klinis, preventif dan terapetis pada lansia, dan proses menjadi
tua pada manusia dan akibat-akibatnya terhadap tubuh.
Gerontologi
Proses menua & semua aspek biologi, sosiologi
yang terkait dengan proses penuaan
Pasien Geriatri
Orang tua diatas 60 tahun dengan penyakit
multipatologi akibat gangguan fungsi jasmani dan
dan rohani dan atau kondisi sosial yang
bermasalah atau terganggu
Menurut Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1998
dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi Lanjut usia
adalah seseorang yang
mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas
TEORI BIOLOGI
Teori ini berfokus pada proses fisiologi dalam
kehidupan seseorang dari lahir sampai
meninggal. Perubahan pada tubuh dapat secara
independen atau dapat dipengaruhi oleh faktor luar
yang bersifat patologis. Teori biologi dapat dibagi
menjadi 2 bagian yaitu :
1. Teori Stokastik/ Stochastic Theories
2. Teori Nonstokastik/ NonStochastic
Theories
1. Teori Stokastik/ Stochastic Theories
Bahwa penuaan merupakan suatu kejadian
yang terjadi secara acak/ random dan
akumulasi setiap waktu. Teori ini terdiri dari :
a) Error Theory
kesalahan dapat terjadi di dalam rekaman
sintese DNA. Jika proses transkripsi dari DNA
terganggu maka akan mempengaruhi suatu sel
dan akan terjadi penuaan yang berakibat pada
kematian.
b) Free Radical Theory/ Teori Radikal Bebas
Penuaan disebabkan oleh akumulasi kerusakan
ireversibel akibat senyawa pengoksidan.

c) Cross-Linkage Theory
Teori ini seperti protein yang metabolisme tidak
normal sehingga banyak produksi sampah di dalam sel
dan kinerja jaringan tidak dapat efektif dan efisien.

d) Wear and Tear Theory


Manusia diibaratkan seperti mesin, sehingga perlu
adanya perawatan dan penuaan merupakan hasil dari
penggunaan.
2. Teori Nonstokastik/ NonStochastic
Theories
Proses penuaan disesuaikan menurut waktu tertentu
a) Programmed Theory / Teori jam genetik
Pembelahan sel dibatasi oleh waktu, sehingga suatu
saat tidak dapat regenerasi kembali.
b) Immunity Theory / Teori Mutagenesis Somatik
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca
translasi, dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya
sendiri.
Teori Sosiologi
a) Disengagement Theory,
Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti
hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan
individu lain.
b) Teori kontinuitas
Adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan
adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
d) Activity theory
Penuaan akan menyebabkan penurunan
jumlah kegiatan secara langsung.

c) Teori Stratifikasi usia


Karena orang yang digolongkan dalam usia
tua akan mempercepat proses penuaan.
Teori Psikologis
a) Teori kebutuhan manusia dari Maslow
-orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5%
dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna.
b) Teori Jung
-terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas
dalam perkembangan kehidupan.
c) Course of Human Life Theory
-Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimumnya.
d) Development Task Theory
-Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan
sesuai dengan usianya.
Teori Neuroendokrin

Proses penuaan melalui hormon.


Adanya keterlambatan dalam sekresi hormon tertentu
sehingga berakibat pada sistem saraf.
Pada lansia, hipotalamus kehilangan kemampuan dalam
pengaturan dan sebagai reseptor yang mendeteksi
hormon individu menjadi kurang sensitif
Banyak hormon yang tidak dapat disekresi dan mengalami
penurunan keefektivitasan
Bila kita menua, produksi hormon tubuh menjadi
berkurang, sehingga kemampuan tubuh untuk
memperbaiki sendiri (self-repaired) dan mengatur sendiri
(self-regulation) menjadi rendah.
Sindrom Geriatric

1. Immobility
2. Instability
3. Incontinence (Urine & Alvi)
4. Intellectual impairment
5. Infection
6. Impairment of hearing & vision
7. Isolation (depresi)
8. Inanition (malnutrisi)
9. Impecunity
Immobility Penyebab :
1. Gangguan muskulo-skeletal
(osteoporosis,fraktur,arthritis)
2. Gangguan Neurologik (stroke)
3. Gangguan Kardiovaskuler (gagal
jantung kongestif berat)
4. Gangguan sensorik
(penglihatan,penurunan rasa
kinestetik)
5. Lingkungan (imobilitas yang
dipaksakan di rs/panti
rawat,kekurangan alat bantu
gerak)
6. Lainnya seperti apatis,takut
jatuh,efek samping obat,malnutrisi

Ulkus Dekubitus (pressure-ulcer)


Instability Penyebab :
1. Kecelakaan (terpeleset,tersandung)
2. Nyeri kepala atau vertigo
3. Hipotensi
4. Sinkope atau penurunan kesadaran
secara tiba - tiba
Incontinence
Intellectual impairment

Demensia
Alzheimer
Kemampuan
kognitif menurun

Infection
Pneumonia
Infeksi saluran kemih
Infeksi intra abdominal (gangren
apendiks pada vesika felea)
TBC
Impairment of hearing & vision

Isolation (depresi)
Akan berpengaruh pada
hubungan sosial dengan
orang lain atau tetangga nya
Lebih memilih menyendiri
Inanition (Malnutrisi)
Kemiskinan

Akibat dari Insomnia


intervensi
medis

Impotensia coendi
Impotensia erigendi
MM. Faktor yang mempengaruhi
proses penuaan
LO 3.
Faktor yang Mempengaruhi Penuaan

Konsep menua dipengaruhi oleh faktor:


Endogenic factor
Penuaan seluler, melalui penuaan jaringan dan
secara anatomi ke arah proses menuanya organ
tubuh. Proses seperti ini terus berlangsung
dengan berjalannya waktu.

Exogenic factor
Penyebab lingkungan (environment)
Pola hidup yang selama ini dijalani (life style).
Sering disebut dengan faktor resiko.
Faktor-faktor Proses Penuaan
Gaya hidup: Lingkungan:
Faktor fisiologis:
-nutrisi -Kimia
-Genetik
-stress -Obat
-Sirkulasi darah
-Aktivitas fisis -Radiasi
Regulasi hormonal
-Mikroorganisme
dan neuronal

Faktor Penyakit terkait


Proses menua Penuaan usia:
pada sel: -Kardiovaskuler
-Hilangnya sel -Kanker
-Penurunan fungsi -Demensia
Proses menua -Parkinson
pd makromolekul: -Infeksi
-Protein
-DNA-RNA
-Lipid
MM. faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi pada usia
lanjut
LO 4.
KOMPOSISI LAKI-LAKI PEREMPUAN
Energi (kal) 1960 1700
Protein (gram) 50 44
Vitamin A (RE) 600 700
Thiamin (mg) 0,8 0,7
Riboflavin (mg) 1,0 0,9
Niasin (mg) 8,6 7,5
Vitamin B12 (mg) 1 1
Asam folat (mcg) 170 150
Vitamin C (mg) 40 30
Kalsium (mg) 500 500
Fosfor (mg) 500 450
Besi (mg) 13 16
Seng (mg) 15 15
Iodium (mcg) 150 150
KELOMPOK JENIS PANGAN JUMLAH PORSI DALAM SEHARI
MAKANAN PER PORSI
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Bahan pokok Nasi (1
piring=200 gr) 3 2
Lauk pauk Daging (1
ptg=50gr) Tahu 1,5-5 2-4
(1 ptg=25 gr)
Sayuran Bayam (1
mgk=100 gr) 1,5 1,5
Buah-buahan Pepaya (1
ptg=100 gr)
2 2
susu Skim (1 gls=100
gr) 1 1
Asupan untuk usila
(karbohidrat)

Kebanyakan lansia hanya mengonsumsi zat


karbohidrat 45-50% dari seharusnya 55-60%
Sebagian lansia menderita kekurangan laktase
yang berfungsi menghidrolisis laktosa
keadaan minim laktase ini menyebabkan
laktosa sulit diserap laktosa yang tidak
terserap ini dimetabolisasi oleh bakteri dan
menghasilkan gas gas ini yang kemudian
menimbulkan diare, kram, dan flatulens
Asupan untuk usila
(lemak)

Asupan lemak dibatasi sampai sebesar 30%


dari total energi
Kelebihan dan kekurangan lemak akan
ditunjukkan saat pemeriksaan kadar kolesterol
darah, bila berlebihan akan berpotensi
menyebabkan PJK
Asupan untuk usila
(serat)

Penuaan sistem pencernaan reduksi


asupan cairan dan serat kelemahan otot
tonus dinding usus frekuensi pergerakan
usus berkurang memperpanjang masa
transit tinja semakin lama tinja tertahan
maka akan semakin mengeras dan kemudian
membatu sembelit
Asupan untuk usila
(vitamin)

Usila kebanyakan mengalami defisiensi


vitamin B6, B12, vitamin D, dan asam folat
Defisit vitamin B6 dikarenakan rendahnya asupan
sementara kebutuhannya tinggi
Defisit vitamin B12 dan asam folat dikarenakan
oleh malabsorpsi
Defisit vitamin D disebabkan oleh kurang terpapar
sinar matahari, asupan yang rendah, dan
kemampuan sintesis yang menurun
Pedoman Umum Gizi Seimbang Lansia
Indonesia (DEPKES, 1995)
1. Makan aneka ragam makanan
2. Batasi sumber konsumsi lemak dan minyak
3. Makan cukup sumber zat besi
4. Minum air
5. Kurangi jajanan
6. Gunakan garam beryodium
7. Perbanyak konsumsi sayur dan buah berwarna kuning, hijau,
oranye
8. Hindari minuman beralkohol
9. Dianjurkan untuk minum susu skim/rendah lemak
10. Sarapan
11. Berhati-hati menggunakan makanan dalam kemasan
Asupan Gizi Lansia
Energi
Harris Benedict
= 66 + 13,7BB + 5TB - 6,8U
= 655 + 9,6BB + 1,7TB - 4,7U
WHO
= 13,5BB + 487
= 10,5BB + 596
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kurangnya asupan gizi
SOSIAL / Isolasi sosial
PSIKOLO Depresi
GIKAL Rewel
Penyiksaan
Tidak ada yang mengawasi makan
Kemiskinan
Sedang mengonsumsi obat
FISIK Berkurangnya sensor indra pengecap
Penyakit kronis
Gangguan neurologis cth: stroke, parkinson
Gangguan metabolik
Gangguan motilitas usus halus (konstipasi)
Inflammatory Bowel Disease
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Lansia
1. Keadaan kesehatan lansia
Status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan
karena dalam penilaian kebutuhan akan zat gizi.
Kebutuhan gizi mereka yang tergolong aktif biasanya
tidak berbeda dengan orang dewasa yang sehat
2. Perubahan pada saluran pencernaan
Terdapat perubahan fungsional tubuh yang dapat
menyebabkan perubahan nafsu makan, perubahan
asimtomatik sekresi, motilitas, dan absorbsi.
3. Gangguan fungsi indera pengecapan,
penciuman
Penurunan fungsi kecap dan penciuman, dapat
menurunkan nafsu makan pada lansia karena
menjadi tidak berselera.
4. Perubahan pada system endokrin
Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah
sekresi, respons terhadap stimulasi dan struktur
kelenjar endokrin.
5. Masalah lansia yang terkait dengan gizi
a. Masalah fisik dan mobilitas
Yaitu tidak bisa berjalan atau melakukan sesuatu
sendiri. Ketidakmandirian ini membuat lansia
sulit mengurusi diri sendiri. Pada lansia yang
mengalami masalah ini seringkali ditemukan
masalah anemia defisiensi, dan osteoporosis.
b. Kemiskinan
Masalah ekonomi seperi kemiskinan juga dapat
mempengaruhi asupan gizi pada lansia,
mengenai kecukupan asupan gizi sehari-harinya
6. Ketidaktahuan tentang asupan gizi yang baik
Kurangnya pengetahuan mengenai asupan
makanan yang baik bagi lansia dapat
menyebabkan malnutrisi ataupun obesitas

7. Adanya faktor psikologis


Faktor psikologis seperti depresi, kecemasan
dan demensia mempunyai kontribusi yang
besar dalam menentukan asupan makanan
dan zat gizi seorang lansia
MM. Penurunan fungsi organ &
syaraf autonom yang terjadi pada
usia lanjut
LO 5.
Sistem Perubahan Dampak
Pengelihatan Penurunan fungsi Penurunan
sel batang dan ketajaman , lapang
kerucut pandang dan
adaptasi gelap-
terang
Penurunan Penurunan
kecepatan sensitivitas
pergerakan mata
Peningkatan Glaucoma
tekanan
intraokular
Sistem Perubahan Dampak
Penciuman , Penurunan saraf olfaktorius Penurunan kemampuan
Peraba dan mencium dan nafsu
Pengecap makan
Penuruan jumlah taste bud Kurang bisa membedakan
rasa dan kurang nafsu
makan
Penurunan sensasi lidah Kurang bisa membedakan
suhu dan rasa

Endokrin Penurunan GH , Testosteron , Penurunan metabolisme ,


Insulin , Adrenal , kemampuan seksual dan
Aldosteron ,dan Tiroid respon terhadap stress,
penurunan regulasi
suhu, penurunan BMR
Sistem Perubahan

Intergumen Stratum Pelembab pada stratum korneum berkurang


korneum
Epidermis Perlambatan proses perbaikan pada sel
Dermis Rentan terhadap proses termoregulasi, respon
inflamasi, penyembuhan luka lambat
Subkutis Penampilan kulit yang kendur
Muskuloskeletal Skeletal tinggi badan karena penyempital diskus
intervertebral
muskular Waktu bereaksi lambat, gerakan kurang aktif
Sendi Nyeri , inflamasi, penurunan mobilitas sendi
Estrogen Kehilangan unsur-unsur tulang tulang keropos
Neurologi Vasokonstriksi dan vasodilatasi tidak sempurna
Kehilangan panas tubuh
Kardiovaskular Ketidakmampuan jantung untuk distensi
Penurunan kekuatan kontraktil
Sistem Perubahan
Pulmoral daerah permukaan untuk difusi gas
Pengerasan bronkus dengan peningkatan
resistens
Endokrin Kadar glukosa darah
Kelenjar tiroid mengecil, produksi T3 & T4
Renal Filtrasi kurang efisien, resiko osteoporosis
Urinaria Kapasitas kandung kemih , kontraksi kandung
kemih yang tidak disadari , atrofi pada otot
kandung kemih
Gastrointesti Rongga mulut Tanggalnya gigi
na
Esofagus, lambung, Resiko aspirasi , perlambatan mencerna
usus makanan, penurunan absorbsi obat-obatan
Empedu, hati, Gula darah tinggi, peningkatan sekresi kolestrol
pankreas
Reproduksi Pria Atrofi asini prostat
Wanita (estrogen ) Atrofi jaringan payudara& genital, massa tulang

Sistem Perubahan
Pernapasan Cavum thorak Menjadi kaku
Vertebrae thorakalis mengalami pemendekan

Postur bungkuk ekspansi paru dan


membatasi pergerakan thorak

Otot bantu Otot abdomen melemah sehingga menurunkan


pernafasan usaha nafas ( inspirasi & ekspirasi)

Intrapulmonal Daya recoil paru menurun


Alveoli mengalami penurunan elastisitas dan
lebih tipis jumlah alveoli yang berfungsi
menurun

Ketebalan membran alveoli-kapiler


menurunkan area terjadinya pertukaran gas
MM. Perubahan pola sosialisasi,
emosional, fisik, aktivitas pada usia
lanjut
LO 6.
Gangguan Psikologis dan Perilaku

Gangguan psikologis dan perilaku pada penderita demensia adalah


sebagai berikut:
A. Gangguan Psikologis
Jenis dan Bentuk
1. Waham (Delusi)
Isi pikiran yang salah diyakini kebenarannya
Tidak dpt dikoreksi melalui bukti-bukti yang ada
2. Halusinasi
Halusinasi dengar
Halusinasi penglihatan
Halusinasi Haptic
3. Misidentifikasi / Mispersepsi
Merasa bukan dirinya
Merasa bahwa istri/suami bukan lagi pasangan
hidupnya
Tidak dapat mengidentifikasi kejadian
4. Depresi
Murung, sedih, menangis
Ingin mengakhiri hidupnya
Uring-uringan dan mudah tersinggung
5. Apatis
Tak ada minat terhadap hal-hal yang biasanya
disukai, termasuk kegiatan sehari-hari.
Perawatan diri terganggu.
Interaksi sosial menjadi sangat berkurang.
6. Cemas
Menanyakan hal yang sama berulang-ulang
Meremas-remas tangan
Tidak dapat duduk diam
B. Gangguan Perilaku
1. Wandering
Mondar-mandir
Mencari-cari/ membututi pengasuh/keluarga/ orang
lain kemana pun mereka pergi
Keluar rumah /kabur /keluyuran
2. Restlessness
Sangat gelisah sehingga tidak bisa diam barang sejenak
3. Agitasi
Aktivitas verbal (bicara) maupun motorik (fisik) yang
berlebihan dan tidak selaras. Misalnya marah-marah,
ngamuk-ngamuk, ngomel terus, dsb.
4. Agresivitas
Agresivitas Fisik seperti : memukul, menendang,
mendorong, mencakar, menggigit orang atau
menggerayangi barang orang lain
Agresivitas Verbal seperti : menjerit, berteriak, membuat
suara gaduh, marah meledak-ledak
5. Disinhibisi
Kelakuan yang tidak sesuai budaya dan norma-norma
sosial yang berlaku karena terganggunya/hilangnya fungsi
pengendalian diri. Perilakunya menjadi kurang sopan,
kurang terpuji, memalukan dan sebagainya.
Depresi pada Lanjut Usia
Gejala tambahan
Gejala utama
Konsentrasi dan perhatian berkurang
1. Afek depresif Harga diri dan kepercayaan diri
2. Kehilangan minat berkurang
dan kegembiraan Gagasan tentang rasa bersalah dan
3. Berkurangnya tidak berguna
energi, mudah lelah Pandangan masa depan yang suram
dan menurunnya dan pesimistis
aktivitas Gagasan/perbuatan yang
membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Berlangsung minimal 2 Nafsu makan terganggu
minggu
Aktivitas fisik pada lansia
Aktivitas fisik: semakin bertambahnya usia,
aktivitas fisik semakin menurun. Aktivitas fisik
pada lansia semakin menurun, asupan energi
juga harus dikurangi untuk mencapai
keseimbangan energi dan mencegah
terjadinya obesitas. Aktivitas yg memadai
diperlukan untuk mengontroberat badan,
selain itu juga untuk memberikan latihan pada
jantung, dan menurunkan resiko DM
Perubahan fisik pada lansia
Kemunduran Biologis
Memasuki usia senja, sesorang akan mengalami beberapa
perubahan, baik secara fisik maupun biologis, misalnya
tanggalnya gigi, kulit keriput, penglihatan berkurang,
keropos tulang, rambut beruban, pikun, depresi,
sensitivitas indera berkurang, metabolisme basal tubuh
berkurang, dan kurang lancarnya proses pencernaan. Oleh
karena itu asupan gizi untuk lansia harus disesuaikan
dengan perubahan kemampuan organ-organ tubuh lansia
sehingga dapat mencapai kecukupan gizi lansia yang
optimal.
MM. Penampisan & penilaian status
gizi pada lansia (MNA)
LO 7.
Mini Nutritional Assessment (MNA) dikatakan sbg bentuk
penilaian penapisan baku emas.
Bentuk ringkas (short form) dpt dilakukan dlm 5 menit. Bila
menunjukkan resiko malnutrisi dilanjutkan dgn MNA lengkap
(full MNA).
Skrining skor
Sub total maksimal = 14
Jika nilai >12 tdk mempunyai resiko, tdk perlu melengkapi form
penilaian.
Jika <11 mungkin mengalami malnutrisi, lanjutkan mengisi form
penilaian mortalitas.
MNA lgkap maks. = 16
Jika digabung dgn skor skrining, nilai maksimalnya = 30
Skor indikator malnutrisi :
17-23,5 = risiko malnutrisi
<17 = malnutrisi
Antropometri
Informasi minimal yang harus diperoleh:
1. Berat badan
2. Tinggi badan
3. Lingkar lengan atas
4. Tebal lemak subkutan
Penilaian antropometri :
Tinggi lutut
Direkomendasikan WHO (1999) sebagai prediktor tinggi badan untuk
usia 60 ++ tulang panjang tidak memendek.
Bagian yang diukur: antara tumit sampai proksimal tulang patella.
Rumus konversi (Fatmah,2009) :
Pria : 56,343 + 2,102 X tinggi lutut
Wanita : 62,682 + 1,889 X tinggi lutut
Panjang depa
Salah satu prediktor tinggi badan lansia dan dianggap sebagai
pengganti ukuran tinggi badan berkaitan dengan penurunan tinggi
badan.
Cenderung lebih rendah pada kelompok lansia.
Pengukuran dilakukan dengan merentangkan kedua tangan sepanjang
mungkin dalam posisi lurus lateral dan tidak dikepal.
Rumus konversi (Fatmah, 2009) :
Pria : 23,247 + 0,826 X panjang depa
Wanita : 28,312 + 0,784 X panjang depa
Tinggi duduk
Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan bangku duduk (lansia
pria 44X44X44cm, lansia wanita
40X40X40 cm) dan mikrotoa untuk
membaca hasil pengukuran.
TB dengan kecepatan 0,03 cm/th sampai usia 45 tahun, dan 0,28
cm/th setelah itu.
BB 10% atau lebih, terutama jika berlangsung kurang dari 3 bulan
malnutrisi
TB perkiraan :
Lebih dari 50% pasien geriatri yang dirawat di RS tidak dapat berdiri
untuk diukur BB dan TB.
Dapat dihitung dengan rumus Tinggi Lutut (Tilu)
Wanita = 59,01 + (2,08 x TL)
Pria = 75,00 + (1,91 x TL ) (0,17 x Umur)
BB perkiraan :
Dapat dihitung dengan Rumus LILA
BB pria = 2,592 LILA (cm) 12,902
BB wanita = 2,001 LILA (cm) 1,223
Pengukuran triceps skinfold ( TSF ) berkurang
sebanyak 14% () hingga 8% () pada usia 65-75
tahun.
Biokimia
Penilaian biokomia lebih sensitif dan dapat menggambarkan
status gizi lebih dini
Kadar plasma dan serum gambaran status gizi jangka
pendek
Cadangan dalam jaringan gambaran status gizi jangka
panjang
Masalah : hiperlipidemia, KEP, anemia def. besi (biasanya
karena polifarmasi, mis : obat antiinflamasi) dan folat
(biasanya karena sindroma malabsorpsi, penggunaan aspirin
dalam waktu lama)
Klinis
Meliputi : riwayat medik, pemeriksaan fisik, status fungsional,
status oral, status mental dan kognitif
Harus di antisipasi kemungkinaan jawaban tak relevan karena
salah persepsi atau perubahan mental
MM. Tatalaksana non-farmako
(edukasi) yang sesuai (gizi &
rehabilitasi)
LO 8.
TATALAKSANA
Tatalaksana untuk sering mengompol
Intervensi non farmakologik
Penyuluhan mengenai asupan cairan yg cukup karna biasa
pasien akan mengurangi cairan yg masuk yg menyebabkan
konsentrasi urin meningkat sehingga keinginan untuk
mengosongkan kandung kemih meningkat pula
Penggunaan bantalan dan pakaian dalam yang dapat
menyerap urin
Senam kegel latihan menahan buang air kecil
Program berkemih : setiap 4 jam ke WC
TATALAKSANA
1. Program Fisioterapi
a. Aktivitas di tempat tidur
- Positioning, alih baring, latihan pasif dan aktif lingkup
gerak sendi.
b. Mobilisasi
- Latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur
ke kursi, berdiri, jalan
- - Melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi,
makan, berpakaian.

Melakukan pemeriksaan radiologi tuk mengetahui adanya


fraktur/tidak
3. Program ortetik prostetik
Pada ortotis prostetis akan membuat
alat penopang sesuai dengan kondisi
penderita, misal pembuatan alat diusahakan
dari bahan yang ringan dan sederhana
-UniPodal = gangguan keseimbangan ringan
-MultiPodal = gangguan keseimbangan

4. Program terapi bicara


Program ini kadang kadang tidak selalu di tujukan untuk
latihan bicara saja, tetapi di perlukan untuk memberi latihan
pada penderita dengan gangguan fungsi menelan apabila di
temukan adanya kelemahan pada otot otot sekitar
tenggorok. Hal ini sering terjadi pada penderita stroke, dimana
terjadi kelumpuhan saraf fagus, saraf lidah, dll.
5. Program social medic
Petugas social medic memerlukan data pribadi maupun keluarga
yang tinggal bersama lansia, melihat bagaimana struktur atau
kondisi di rumahnya yang berkaitan dengan aktifitas yang di
butuhkan penderita, tingkat social ekonomi. Misal seorang lansia
yang tinggal dirumahnya banyak tramp/anak tangga, bagaimana
bisa di buat landai/pindah kamar yang datar dan bisa deket
dengan kamar mandi.

6. Program psikologi
Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan
keadaan emosionalnya yang mempunyai ciri-ciri yang khas pada
lansia, misal apakah seorang yang tipe agresif atau konstruktif.
Untuk memberikan motivasi lansia agar lansia mau melakukan
latihan, mau berkomunikasi, sosialisaai dan sebagainya.
MM. promotif,preventif, supportif,
rehabilitatif , & paliatif
LO 9.
Pendekatan Paliatif

Pendekatan untuk meningkatkan kualitas


hidup pasien dan keluarganya dalam
menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang mengancam kehidupan,
melalui pencegahan dan mengurangi
penderitaan dengan indentifikasi awal,
penanganan yang benar, pengobatan rasa
sakit dan masalah yang lain, yaitu fisik,
psikososial dan spiritual.
10 Needs of Elderly
Makanan cukup dan sehat
Pakaian dan kelengkapannya
Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh
Perawatan dan pengawasan kesehatan
Bantuan teknis praktis sehari hari
Transportasi umum bagi lansia
Kunjungan, teman bicara, informasi
Rekreasi dan hiburan sehat yang lain
Rasa aman dan tentram
Bantuan alat pancaindera
Imunisasi
1. Vaksin flu musiman
Vaksin ini biasanya direkomendasikan untuk
semua orang berusia 65 tahun ke atas, yang
kurang mampu memerangi flu, dan lebih
mungkin untuk mengalami komplikasi atau
kematian oleh karena flu.
2. Pneumococcus polysaccharide (PPV)
Vaksin ini melindungi diri dari sepertiga strain
bakteri Streptococcus pneumoniae, yang juga
dikenal sebagai pneumokokus.

Sekitar 50-70% vaksin ini efektif dalam


mencegah jenis penyakit yang lebih serius
seperti pneumonia pneumokokus, sepsis
(keracunan darah) dan infeksi lainnya. Vaksin
ini direkomendasikan untuk semua orang yang
berusia lebih dari 65 tahun.
3. Herpes zoster
Herpes zoster adalah ruam kulit yang
menyakitkan yang disebabkan oleh reaktivasi
dari virus Varicella zoster (VZV) yang
menyebabkan cacar air. Penyakit ini paling
umum terjadi pada orang tua dan dapat
menyebabkan gejala yang cukup parah dan
rasa sakit kronis yang dapat berlangsung
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahu
Daftar pustaka
Arisman MB. Buku Ajar Ilmu Gizi. Gizi dalam daur
kehidupan. 2008. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
Setiabudi, Toni.dkk.1999. Panduan Gerontologi
Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga Keseimbangan
Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : Gramedia.
Setiati, Siti. Dkk. 2000. Pedoman Pengelolaan
Kesehatan Pasien Geriatric Untuk Dokter Dan Perawat.
Pusat informasi dan penerbitan bagian ilmu penyakit
dalam. Jakarta : FK UI.

Anda mungkin juga menyukai