Anda di halaman 1dari 28

PTERYGIUM

NASALIS PRIMER
GRADE III OD

Oleh:
Nurul Lintang Amelia, S.Ked

Pembimbing:

dr. Petty Purwanita, Sp.M

Short Case
STATUS PASIEN
IDENTIFIKASI

Nama : Tn. HP
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pekerja lapangan
Alamat : Palembang
Tanggal Pemeriksaan : 10 Juli 2017
ANAMNESIS

Keluhan Utama :
Rasa perih dan mengganjal di mata kanan sejak 3 hari yang
lalu.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Sejak 1 tahun yang lalu, pasien mengeluh mata kanan terasa gatal (+) terutama saat terkena
debu, sedikit mengganjal, mata merah (+) tidak merata timbul saat pasien mengucek mata, pandangan
kabur (-), keluar sekret pada mata (-), terasa sering berair-air (+) hilang timbul, nyeri pada mata (-), riwayat
kemasukan benda asing pada mata (-), silai (-), kesulitan membuka kelopak mata (-). Pasien belum
berobat.
Sejak 3 hari yang lalu, pasien mengeluh mata kanan dan kiri semakin mengganjal, sering terasa
gatal sehingga pasien sering menggosok-gosok mata, mata merah (+) hilang timbul hanya saat terkena
debu dan pasien menggosok mata, pandangan kabur (-), keluar sekret pada mata (-), mata berair-air (+),
silau (-), kesulitan membuka kelopak mata (-). Pasien berobat ke Rumah Sakit Khusus Mata Masyarakat
Palembang. Saat bekerja, pasien mengaku sering terpapar debu, iritan, dan sinar matahari.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat memakai kacamata (-)
Riwayat alergi makanan dan obat-obatan (-)
Riwayat trauma pada mata (-)
Riwayat pengobatan (-)
Riwayat Hipertensi dan DM (-)

Riwayat Keluarga:
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (+) yaitu ayah.
PENGLIHATAN BINOKULAR
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalikus
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7 C
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGIS
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
us 6/12 ph 6/12 6/7,5 ph 6/6
VOD : 6/12 ph 6/12 VOS : 6/7,5 ph 6/6
anan
TIOD : P=
P =N+0
N+0 TIOS P = N+0
: P = N+0
aocular

Ortoforia
KBM Ortoforia

GBM

Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Palpebra Tenang Tenang

Konjungtiva Tenang

Tampak jaringan fibrovaskular


berbentuk segitiga berjalan dari kantus
Kornea medial dengan puncak mencapai 2/3 Jernih
kornea, pinggiran pupil, sedikit
hiperemis
BMD Sedang Sedang

Iris Gambaran baik Gambaran baik

Pupil Bulat, Central, Refleks Cahaya (+), Bulat, Central, Refleks Cahaya (+),
diameter 3 mm diameter 3 mm

Lensa Jernih Jernih


Segmen
Posterior
Refleks Fundus RFOD (+) RFOS (+)

Bulat, batas tegas, warna merah Bulat, batas tegas, warna merah normal,
Papil normal, c/d 0,3, a/v 2:3 c/d 0,3, a/v 2:3

Makula Refleks Fovea (+) normal Refleks Fovea (+) normal

Kontur pembuluh darah baik Kontur pembuluh darah baik


Retina
PENGLIHATAN BINOKULAR
DIAGNOSIS BANDING

Pterygium Nasalis Primer Grade III OD


Pseudopterygium OD
Pinguekula
PENGLIHATAN BINOKULAR
DIAGNOSIS KERJA

Pterygium Nasalis Primer Grade III OD


PENGLIHATAN BINOKULAR
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Slit Lamp


PENGLIHATAN BINOKULAR
PENATALAKSANAAN

o KIE
Menjelaskan pada pasien mengenai natural history dari pterygium
Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari paparan sinar matahari, asap, debu, atau iritan
berlebihan pada mata
o Farmakologi
Artificial tears
Cendo Lyteers (Kalium Chloride 0.8 g/ml + Natrium Chloride 4.4 mg/mL) 6x1 tetes per hari
NSAID
PENGLIHATAN BINOKULAR
PENATALAKSANAAN

o Non Farmakologi
Rujuk ke dokter spesialis mata, pro eksisi pterygium OD
PENGLIHATAN
PROGNOSIS
BINOKULAR

Okuli dextra
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia et malam
Gambar 1.
Pemeriksaan Slit lamp Okuli Dekstra
Gambar 2.
Okuli Dextra dan Sinistra (Tampak gambaran segitiga dari cantus medialis hingga kornea)
Gambar 3. Okuli Dekstra Gambar 4. Okuli Sinistra
ANALISIS KASUS
Pterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular pada konjungtiva
bulbi yang bersifat degenerative, infasif, dan progresif. Sampai saat ini, diketahui
penyebab pterygium adalah multifaktorial. Paparan debu dan sinar UVB diketahui
sebagai etiologi utama penyebab pterygium. Secara epidemiologi, pterygium lebih
sering terjadi pada laki-laki, berusia diatas 40 tahun, pada kasus ini seorang laki-
laki berusia 42 tahun.
Pasien datang dengan keluhan utama adanya rasa mengganjal, mata merah
serta berair-air. Pada pasien tidak dijumpai penglihatan kabur, sehingga mengarah pada
kelainan mata luar. Pada pemeriksaan fisik, mata menggunakan slitlamp, didapatkan
gambaran jaringan fibrovaskular pada konjungtiva bulbi nasalis berbentuk segitiga
dengan apeks yang mengarah ke kornea. Beberapa teori yang menjelaskan
kecenderungan topografi pterygium didaerah nasal, sebab kornea mempunyai slide-on,
memfokuskan cahaya serta sinar UV jatuh pada daerah nasal. Serta pada pasien
didapatkan resiko kebiasaan kontak dengan debu, sinar matahari tanpa menggunakan
kacamata pelindung, yang merupakan zat iritan yang menyebabkan pterygium menjadi
lebih besar. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang pada
pasien dapat ditegakkan diagnosis pteryigum.
Diagnosis banding pingekuela dapat disingkirkan, sebab pingekuela berbentuk
nodul lemak yang menebal, menonjol dan tidak berbentuk segitiga, hanya terdapat
pada sclera dan tidak mengenai kornea. Pseudopterygium juga dapat disingkirkan
sebab pada pasien tidak ditemukan riwayat trauma pada kornea. Pseudopterygium
merupakan respon tubuh sebagai akibat adanya tukak pada kornea, sehingga
konjungtiva menutupi tukak tersebut.
Keluhan pasien berupa mata merah, terjadi akibat vasodilatasi pembuluh
darah konjungtiva, yaitu arteri ciliaris anterior dan arteri konjungtiva superior. Kedua
arteri ini merupakan cabang ocular dari arteri oftalmika yang merupakan salah satu
cabang dari arteri karotis interna. Adanya iritasi pada epitel konjungtiva terdiri dari 4-5
lapis epitel tidak berkeratin, sehingga lebih mudah teriritasi baik oleh faktor internal
maupun eksternal.
Paparan sinar UVB memiliki peran pada mutasi gen supresor P53 dan
merangsang pengeluaran VEGF (vascular endothelial growth factor) dan TGF-b sehingga
akan terjadi pembentukan pembuluh darah baru, dilatasi pembuluh darah yang
bermanifestasi sebagai mata merah. Konjungtiva terdiri dari 2 lapisan, lapisan atas
berupa epitel yang mengandung sel goblet, lapisan kedua yaitu stroma yang terdiri dari
2 lapis yaitu lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan limfoid serta lapisan fibrosa yaitu
jaringan ikat longar yang memiliki pembuluh darah dan saraf.
Pada pterygium terjadi pembentukan hialin dan elastin yang berlebihan pada
stroma konjungtiva dan dapat menjadi progresif, sehingga pada keadaan lanjut dapat
menyebabkan kerusakan pada membrane bowman kornea dan perubahan
kelengkungan kornea sehingga dapat menyebabkan gangguan fisual berupa
astigmafisme yaitu pada pterygium grade III & IV.
Pterygium sendiri dibagi menjadi 4 grade, pterygium grade I yaitu pterygium
yang terbatas pada konjungtiva, tidak melebih tepi limbus. Pterygium grade II yaitu
pterygium yang melewati tepi limbus hingga 1-2mm. pterygium grade III yang telah
mencapai tepi pupil serta pterygium grade IV melebihi setengah diameter pupil dan
menutupi aksis visual.
Sensasi mata mengganjal ditimbulkan akibat lapisan fibrovaskular yang
menebal dan muncul sensasi benda asing mata akibat regulasi kolagenase. Sebagai
respon tubuh terhadap benda asing dan proteksi terhadap kornea, maka akan
mengeluarkan air mata sehingga mata pasien akan tampak berair-air. Dari anamnesis
pada riwayat keluarga didapatkan bahwa ayah pasien juga mengalami keluhan yang
sama. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pterygium diturunkan secara autosomal
dominan, hal ini berkaitan dengan mutasi gen P53 yang diwariskan.
Pada kasus pterygium, tatalaksana dilakukan untuk mencegah progresifitas
dengan menjauhi paparan langsung sinar matahari dengan menggunakan kacamata
pelindung, menghindari paparan debu dan mengurai kebiasaan mengucek mata. Untuk
kenyamanan pasien, disarankan untuk mengkompres mata dengan air dingin yang
dimasukan kedalam botol.
Tatalaksana pterygium grade I dan II bersifat konservatif. Pada pasien dapat
diberikan kortikosteroid eye drop untuk mengurangi inflamasi dan mencegah
pembentukan pembuluh darah baru. Pemberian KS dibatasi 3-5 hari. Pada pasien juga
diberikan artificial tears, untuk menjaga kelembapan mata, membersihkan mata dan
mencegah iritasi kornea. Sedangkan tatalaksana utama pterygium grade III & IV adalah
operasi berupa ekstraksi. Adapun indikasi operasi pterygium adalah apabila ditemukan
gangguan visual, gangguan gerakan bola mata, pterygium yang berulang, pterygium
progresif serta pterygium yang menimbulkan komplikasi. Secara umum prognosis,
pterygium adalah baik untuk vitam dan fungsionalnya, meskipun pada beberapa kasus
angka kekambuhan mencapai 50-80%.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai