Anda di halaman 1dari 22

Topik 2

Pengelolaan Lingkungan Pertanian


(Pertanian Jagung Organik di Desa Nogosari,
Trirenggo, Bantul dan Pertanian Jagung Konvesional
di Desa Jogonalan, Klaten)
Disusun Oleh :
Novia Locita Saputri (13308141013)
Havid Apriliano P.P. (15308141036)
Cicilia Retno Kristianti (15308141038)
Ratna Hardiyanti M (15308141047)
Emma Maulida (15308141054)
Aulia Devi Purnama (15308144012)
Tujuan Mengetahui permasalahan lingkungan yang
ada di lingkungan pertanian dan pihak-
pihak yang terlibat dalam
permasalahan/konflik tersebut

Membandingkan antara pengelolaan


lingkungan pertanian secara konvensional dan
pengelolaan lingkungan pertanian yang ramah
lingkungan

Mencoba menentukan pendekatan/ instrumen


yang sesuai untuk mengelola lingkungan
pertanian
Tinjauan Pustaka

Jagung (Zea mays) adalah tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting
di dunia. Jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan
jagung sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai
produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai
produk industri farmasi, kosmetika, dan kimia.

Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang


menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa
genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air.

Handayanto (1996) menyatakan bahwa dekomposisi bahan organik mempunyai


pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kesuburan tanah. Pengaruh secara
langsung karena adanya pelepasan unsur hara melalui mineralisasi, sedangkan
pengaruh secara tidak langsung adalah menyebabkan akumulasi bahan organik
tanah, yang pada gilirannya juga akan meningkatkan penyediaan unsur hara
tanaman.
Pertanian organik banyak memberikan kontribusi pada
perlindungan lingkungan dan masa depan kehidupan,
juga menjamin kerberlanjutan bagi agroekosistem dan
kehidupan petani. Sumber daya alam lokal dipergunakan
sedemikian rupa sehingga unsur hara, biomassa, energi,
dimanfaatkan seoptimal mungkin serta mampu
mencegah pencemaran lingkungan. Pertanian organik
diyakini merupakan cara untuk mengurangi gas rumah
kaca yang menyebabkan pemanasan global (Kunia,
2011).

Pertanian non-organik (konvensional) berbasis kimia


sangat tergantung pada pupuk dan pestisida kimia
berpengaruh kurang baik terhadap kualitas dan
keamanan produk, kesehatan dan kehidupan lainnya
(Sutanto, 2002). Penggunaan pupuk dan pestisida kimia
yang terus menerus telah menimbulkan dampak negatif,
seperti resistensi serangga target, ledakan hama, dan
pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia.
Penggunaan pupuk anorganik mempunyai beberapa
kelemahan yaitu antara lain harga relatif mahal, dan
penggunaan dosis yang berlebihan dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan apalagi kalau penggunaannya secara
terus-menerus dalam waktu lama akan dapat menyebabkan
produktivitas lahan menurun. Alternatif usaha untuk
memperbaiki sifat fisika tanah atau meningkatkan kesuburan
tanah pertanian secara berkelanjutan adalah dengan
pemberian bahan organik (Ekwue, 1990; Bauer dan Black,
1994; Leroy, 2008).
Pertanian Kovensional Pertanian Organik

Menggunakan bahan kimia Tidak menggunakan bahan kimia atau


percampuran sedikit kimia

Lebih mengutamakan kuantitas produksi Lebih memerhatikan kestabilan ekosistem dan


tanaman keseimbangan unsur dalam tanah

Menyebabkan tanah mudah rusak dan Tidak merusak tanah dan tanah tetap liat.
mengering.

Dapat memberi dampak negatif pada Tidak memberi dampak negatif di sekitar
lingkungan sekitar pertanian. pertanian dan cenderung menyeimbangkan
lingkungan.

Memunculkan adanya hama yang resisten Hama dapat dibasmi dengan pembasmi alami
terhadap kimia pembasmi. dan menghindari adanya serangga resisten.

Hasil produk tanaman memiliki bentuk yang Hasil produk tanaman memiliki bentuk yang
lebih besar. lebih kecil.

Hasil penjualan produk memiliki harga Hasil penjualan produk memiliki harga yang
standar jika dijual dalam jumlah besar. tinggi jika dijual dalam jumlah besar.
Alat dan Obyek

Alat Obyek
Alat Pertanian
dokumentasi jagung
dan perekam organik

Pertanian
Pedoman
jagung
wawancara
konvensional

Alat tulis
Cara Kerja

Menentukan dua lokasi agroekosistem yaitu pertanian jagung yang


mempunyai perbedaan sistem pengelolaanya (sistem konvensional
dan sistem organik)

Mewawancarai pihak-pihak yang terlibat dalam konflik lingkungan


pertanian tersebut (petani, warga nonpetani, pembeli, buruh tani)

Mengobservasi wilayah kajian, mengamati kondisi fisik, biotik


maupun sosial yang terjadi di kedua lingkungan tersebut dan
membandingan kedua sistem pertanian tersebut

Mentabulasikan data tentang masalah lingkungan fisik dan biotik


yang didapat dari hasil observasi lapangan dan wawancara, serta
masalah sosial yang didapat dari hasil wawancara

Menganalisis hasil yang didapat dari kedua sistem pertanian dan


mencoba untuk mengambil keputusan mengenai pendekatan yang
paling sesuai diterapkan untuk mengatasi permasalahan kedua
lingkungan pertanian yang berbeda tersebut
Hasil
Tabel 1. Masalah/ sumber konflik yang ditemukan berdasarkan observasi lingkungan
Permasalahan Sistem Pertanian Sistem Pertanian Organik
Konvensional
Lingkungan fisik Kondisi tanah kering dan Pengairan kurang
retak-retak, pengairan
kurang, pencemaran tanah
oleh bahan kimia, resisten
terhadap hama dan
pencemaran udara akibat
pemakaian pestisida sistem
semprot

Lingkungan biotik Keanekaragaman tanaman Keanekaragaman tanaman


sedikit, jumlah banyak, pertumbuhan
keanekaragaman hewan tanaman jagung tidak sama,
sedikit tidak resisten terhadap
hama.
Tabel 2. Masalah/ sumber konflik yang ditemukan berdasarkan wawancara dengan
responden pertanian jagung konvensional
No. Status responden Masalah yang dirasakan Masalah yang dirasakan
harus harus segera
diatasi
1 Petani Hasil produksi tidak Penanganan agar hasil
menentu, gagal panen produksi dapat
sehingga produksi menurun maksimal.
3. Masyarakat sekitar Pencemaran udara dari Alternatif lain untuk
hasil penyemprotan menggantikan pestisida
menggunakan pestisida kimia.
4. Konsumen Kualitas kurang bagus Solusi untuk
meningkatkan kualitas
produk.
Tabel 3. Masalah/ sumber konflik yang ditemukan berdasarkan wawancara dengan
responden pertanian jagung organik
No. Status responden Masalah yang dirasakan Masalah yang dirasakan
harus harus segera
diatasi
1 Petani Tanaman mudah Pengendalian hama
terserang hama tanaman
Hasil panen tidak
banyak tetapi kualitas
bagus
Terbatasnya pupuk
organik
Pengairan kurang
2 Warga sekitar
3 Konsumen Harga mahal Jumlah terbatas
Jumlah terbatas, hanya sehingga pertanian
didapatkan di daerah organik harus
tertentu ditingkatkan
4 Buruh Upah hanya sedikit Meningkatkan upah
padahal pekerjaannya
lebih berat
Pembahasan

Permasalahan lingkungan yang Permasalahan lingkungan yang


ada dilingkungan pertanian ada dilingkungan pertanian
jagung organik jagung konvensional

Adanya tanaman yang


terkena penyakit bulai
dan serangan hama.

Belum dapat
menggunakan pupuk
organik secara
keseluruhan karena
struktur tanah yang
sudah terlanjur rusak.

Secara kuantitas, hasil


panen lebih sedikit
dibandingkan
pertanian
konvensional.
Serangga hama dan musuh alami merupakan bagian dari keragaman hayati
yang saling berinteraksi membentuk keseimbangan. Keseimbangan alami
antara serangga hama dan musuh alami di ekosistem sawah sering dikacaukan
oleh penggunaan insektisida kimia (Sutanto, 2002; Sriyanto, 2010).
Pada pertanian jagung semi organik, salah satu masalah yang dihadapi adalah
adanya serangan hama, berupa ulat tongkol dan juga penyakit bulai. Bulai
merupakan penyakit pada tanaman yang disebabkan oleh tumbuhnya jamur.
Karakteristik umum pupuk Organik:
Kandungan hara rendah. Kandungan hara pupuk organik pada umumnya
rendah tetapi bervariasi tergantung pada jenis bahan dasarnya. Kandungan
hara yang rendah berarti biaya untuk setiap unit unsur hara yang digunakan
nisbi lebih mahal.
Ketersediaan unsur hara lambat.
Menyediakan hara dalam jumlah terbatas. Penyediaan hara yang berasal dari
pupuk organik biasanya terbatas dan tidak cukup dalam menyediakan hara
yang diperlukan oleh tanaman.

(Penerapan Pertanian Organik, 2002, pp6-pp7)


Menurut responden yang merupakan seorang petani, mereka tidak atau belum
berani untuk melakukan penanaman jagung menggunakan sistem organik
secara keseluruhan. Hal tersebut dikarenakan struktur tanah yang sudah
rusak, sedangkan proses pupuk organik mengolah tanah lambat. Oleh karena
itu mereka melakukan sistem semi organik, yakni dengan cara memberikan
pupuk organik pada awal penanaman bibit (saat menanam bibit berupa biji).
Sedangkan saat biji sudah mulai tumbuh (berumur 30-40 hari) para petani
menggunakan pupuk kimia untuk membantu pertumbuhan tanaman jagung.
Kondisi tanah pada pertanian jagung organik :
Tanah berwarna hitam (tercampur dengan kompos).
Tanah tidak pecah (tandus).
Tanah dapat dipilin dan tidak langsung buyar saat dipegang.

Menurut pendapat Karama et al., (1994), bahwa tanah yang kandungan bahan
organiknya tinggi lebih mudah diolah dari pada tanah yang kandungan bahan
organiknya rendah. Pemberian bahan organik pada lahan kering dapat
memperbaiki sifat tanah, yaitu menurunkan kepadatan tanah, peningkatan
porositas total dan meningkatkan kapasitas memegang air.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran

Tanaman jagung sistem organik Tanaman jagung sistem konvensional

Kondisi tanah pada pertanian organik Pupuk organi kering


Penyakit pada tanaman jagung Tempat penyuluhan tanaman
dengan sistem organik jagung konvensional
Diskusi

Anda mungkin juga menyukai