Anda di halaman 1dari 39

CLINICAL REPORT SESSION

* Kepaniteraan Klinik Senior/ G1A215070/ september 2017

GENERAL ANESTESI PADA TUMOR OTAK


Disusun oleh :
Erlanda Bahana Wijaya

Pembimbing : dr. Sulistyowati, Sp.An


Pendahuluan
Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem
saraf, disamping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor otak
atau tumor intrakranial merupakan neoplasma atau proses desak
ruang (space occupying lession atau space taking lession) yang timbul di
dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen
supratentorial maupun infratentorial
Tumor otak primer (80%) , sekunder (20%) . Tumor primer kira-
kira 50% adalah glioma, 20% meningioma, 15% adenoma dan 7%
neurinoma. Pada orang dewasa 60% terletak di supratentorial,
sedangkan pada anak- anak 70% terletak di infratentorial.
Identitas Pasien

Nama : An. K
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : RT 13 Kec Bajubang
Berat badan : 25 kg
MRS : 8 Agustus 2017
No. RM : 863846
Anamnesis

Keluhan Utama :
Nyeri kepala sejak 5bulan yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien mengeluh nyeri kepala sejak sejak 5 bulan yang lalu.
Keluhan dirasakan sering dan bertambah berat jika beraktivitas.
Awalnya pasien hanya mengira sakit kepala biasa dan hanya minum
obat untuk sakit kepala mengambil di puskesmas dan keluhan
semakin parah sejak 1 bulan terakhir. Pasien juga merasakan
pandangannya mulai kabur dan anggota gerak kiri pasien mulai
melemah selanjutnya 2 minggu terakhir pasien merasa anggota
gerak kiri semakin sulit untuk digerakkan.
Sejak 5 hari SMRS pasien sulit untuk berkomunikasi dan
keluhan seperti sakit kepala dan juga keluhan kelemahan
anggota gerak kiri semakin berat sehingga pasien hanya
berbaring dan tidak bisa beraktivitas.. BAB (+) dan BAK (+)
dalam batas normal. riwayat trauma (-), demam (-), batuk
lama(-).
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat operasi sebelumnya (-)
Riwayat batuk lama (-)
Riwayat asma disangkal,
Riwayat DM disangkal,
Riwaayat Hipertensi disangkal,
Riwayat alergi obat (-)

Riwayat penyakit keluarga :


Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa seperti
yang dialami oleh pasien.
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: Composmentis
Vital Sign: TD: 100/70 mmHg
Nadi: 94 x/i
RR: 22 x/m
T: 36,3C
BB : 25 kg
TB : 126 cm
IMT : 16,44 (Kurang)
Status General:
Kepala : Normocephal
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil Isokhor, RC +/+
THT : sekret (-) hiperemis (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax:
Paru:
- Inspeksi : Simetris kanan kiri, retraksi (-), sikatrik (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-), krepitasi (-)
- Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
- Auskultasi: Vesikuler, ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
- Inspeksi : Datar,
- Palpasi : Nyeri Tekan (-), nyeri lepas (-)
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : BU (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-), Crt < 2 dtk


Kekuatan :
2 5
2 5
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
WBC: 20,76 103/mm3 (3,5-10,0 103/mm3)
RBC : 4,84 106/mm3 (3,80-5,80 106/mm3)
HGB : 12 g/dl (11,0-16,5 g/dl)
HCT: 36,3 % (35,0-50%)
PLT : 370 103/mm3 (150-390 103/mm3)
Masa perdarahan : 3
Masa pembekuan : 5
Pemeriksaan Kimia Darah
Faal Hati
Bilirubin total : 1,0 mg/dl
Bilirubin Direk : 0,7
Bilirubin indirect : 0,3
Protein total : 5,6 g/dl
Albumin : 3,6 g/dl
Globulin : 2,0 g/dl
SGOT : 35 U/L
SGPT : 57 U/L
Faal Ginjal
Ureum : 13 mg/dl
Kreatinin : 0.5 mg/dl
Elektrolit
Natrium (Na) : 138,04 mmol/L
Kalium (K) : 3,50 mmol/L
Chlorida (Cl) : 95,97 mmol/L
Calsium : 1,20 mmol/L

Foto Thoraks Kesan: Bronkopneumoni


EKG Kesan : Sinus rythm
CT Scan Kesan : Brain stem tumor
Diagnosis
Brain Stem meningioma
Pre Anestesi
Penentuan Status Fisik ASA: 1 / 2 / 3 / 4 / 5 /
Mallampati: grade 1
Persiapan Pra Anestesi:
Pasien telah diberikan Informed Consent
Persiapan operasi :
a. IVFD RL 2 0 tpm
b. Puasa 4 jam
c. Surat persetujuan tindakan operasi
d. Lab darah rutin, masa pembekuan, masa perdarahan
Laporan Anestesi

a) Diagnosis pra-bedah : Brain stem meningioma


b) Diagnosis post-bedah : Brain stem Glioma
c) Jenis pembedahan : Craniotomy
d) Jenis anestesi : Anestesi umum (General Anestesi)
Premedikasi anestesi : Ranitidin 50 mg (IV), Ondansentron 4 mg
(IV), asam traneksamat 500 mg (IV),
dexamethasone 5 mg (IV), ceftriaxon 1 gr
Induksi : Recofol 60 mg (IV)
Sevofluran 2%
Relaksasi : Atracurium 15 mg
Pemeliharaan anestesi : Sevofluran + O2 : N2O
Analgetik : Fentanil 50 mcg
Teknik anestesi :
Induksi intravena dengan Recofol 60 mg dan induksi inhalasi
dengan Sevofluran
Analgetik dengan Fentanil 50 mcg
Intubasi dengan ETT no.5,5 dengan laringoskop didahului
oleh pelumpuh otot Atracurium
Maintenance dengan Sevofluran + O2 : N2O
Respirasi : Kendali
Posisi : Terlungkup
Infus : Ringer Laktat
Status fisik : ASA III
Induksi mulai : 09.45WIB
Operasi mulai : 10.00WIB
Operasi selesai : 13.00WIB
Berat badan pasien : 25 kg
Durasi operasi : 3 jam
Pasien puasa : 4 jam
Terapi Cairan
Input : RL 3 kolf 1500 ml, PRC 500 cc
Output :
Urine : Kateter terpasang ( 700 ml )
Perdarahan : 400 cc
Maintenance (M)
M = 2cc/KgBB/jam
= 2cc x 25 kg
= 50 cc
Defisit Cairan karena Puasa (P)
P = Puasa x BB x 2cc
= 4 x 25 x 2 cc
= 200 cc
Stress Operasi (O)
O = BB x 8 cc (Operasi berat)
= 25 x 8 cc
= 200 cc
Estimasi volume darah
EBV = BB x 65 cc
= 25 x 65
= 1625 cc
Estimasi kehilangan darah
EBL = 20% EBV
= 20% x 1625 cc
= 325 cc
Perdarahan
Total = Suction + kassa
= 350 + 50
= 400 cc
Kebutuhan cairan selama operasi
Jam I = PP + M + O
= (200) + 50 + 200
= 350 cc
Instruksi Anestesi :
Monitoring Keadaan Umum dan Tanda Vital tiap 15 menit
Tirah baring 24 jam tanpa bantal
Cek Hb post transfusi
Ikuti instruksi selanjutnya berdasarkan dokter penanggung
jawab pasien

Diagnosa Post-op
Brain Stem Glioma
Tinjauan Pustaka
Tumor otak merupakan suatu lesi ekspansif yang bersifat
jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk
massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma
pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor
primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal
dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer
dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ;
kanker paru, payudara, prostat, ginjal dan lain-lain,
disebut tumor otak sekunder
Etiologi Tumor Otak

Herediter
Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Radiasi
Virus
Substansi-substansi Karsinogenik
Anestesia adalah pemberian obat untuk menghilangkan
kesadaran secara sementara dan biasanya ada kaitannya
dengan pembedahan. Secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada
tubuh.
Klasifikasi ASA
ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia
ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat hingga
aktifitas rutin terbatas.
ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat
melakukan aktifitas rutin penyakitnya merupakan ancaman
kehidupannya setiap saat.
ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
Premedikasi
Tujuan :
Mengurangi kecemasan dan ketakutan
Memperlancar induksi dan anesthesia
Mengurangi sekresi ludah dan broncus
Meminimalkan jumlah obat anesthetic
Mengurangi mual dan muntah pada pasca bedah
Menciptakan amnesia
Mengurangi isi cairan lambung
Mengurangi reflek yang membahayakan
Induksi Anestesi
tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar.

STATICS
Scope : Laringoscope dan Stetoscope
Tubes : Pipa trakea sesuai usia
Airway : Orotracheal airway untuk menahan lidah pasien saat pasien tidak sadar
Tape : Plaster untuk memfiksasi orotracheal airway
Introducer: Mandrain atau stilet dari kawat untuk memandu agar pipa trakea mudah
dimasukkan.
Conector: Penyambung antara pipa dan alat anesthesia
Suction: Penyedot lendir.
Induksi Intravena :
Selama induksi anestesia, pernapasan pasien, nadi, dan
tekanan darah harus diawasi dan selalu diberi oksigen.
Rumatan Anestesi :
Intravena, inhalasi dan campuran keduanya. Tujuan
menciptakan keadaan hypnotis, anelgesia cukup dan relaksasi
otot lurik yang baik
Pembahasan
Pasien An.K 9 tahun, dirawat dengan diagnosa Brain stem
tumor, dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang telah didapat. Tatalaksana pada pasien ini
adalah dengan tindakan pembedahan Craniotomy.
Pada saat kunjungan pra anestesi (anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang), didapatkan status fisik
pada pasien ini adalah ASA III, yaitu pasien dengan penyakit
sistemik berat sehingga aktivitas rutin terbatas. Pada pasien
ini terdapat kelainan sistemik berupa:
Leukositosis, Peningkatan leukosit 20,76 103/mm3.
Kelemahan anggota gerak kiri
Tindakan premedikasi pada pasien ini, yaitu pemberian obat
1-2 jam sebelum induksi bertujuan untuk melancarkan
induksi, rumatan dan bangun dari anestesia diantaranya untuk
meredakan kecemasan dan ketakutan, memperlancar induksi
anestesia, mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus,
meminimalkan jumlah obat anestetik, mengurangi mual-
muntah pasca bedah, menciptakan amnesia, mengurangi isi
cairan lambung, mengurangi refleks yang membahayakan.
Sebagai obat premedikasi, yaitu: Ranitidin 50 mg (IV),
Ondansentron 4 mg (IV), asam traneksamat 500 mg (IV),
dexamethasone 5 mg (IV), dan fentanyl 50 mcg IV).
Pengelolaan anestesia pada kasus ini adalah dengan
menggunakan general anestesi menggunakan teknik anestesia
secara induksi intravena dan rumatan inhalasi. Induksi pada
pasien ini dengan injeksi recofol (propofol) 60 mg dan insersi
ET ukuran 5.5 difasilitasi dengan atracurium 15 mg.
Selama proses pemberian medikasi pasien sudah dilakukan pre
oksigenasi, dan kemudian di oksigenasi selama kurang lebih 3 menit.
Setelah pasien tidak sadar, reflek bulu mata (-) dan pergerakan dinding
dada (-), apnoe. Kemudian kita lepaskan oksigenasi dan melakukan
pamasangan endotracheal tube dengan Tube yang digunakan no 5,5.
Pemasangan dimulai dengan memasukan laryngoscope ke mulut dari sisi
lateral, setelah masuk geser laryngoscope kearah medial, angkat tangkai
laryngoscope ke depan sehingga glottis terlihat, ambil pipa ETT sesuai
yang di tentukan sebelumnya, masukan dari sudut mulut kanan arahkan
ujung ETT masuk ke celah pita suara, dorong pelan sehingga seluruh
balon di bawah pita suara
Cabut mandrain, tiup balon ETT sesuai volumenya, cek dengan
stetoskop hantaran aliran udara yang masuk lewat ETT ke paru-paru
apakah sama antara paru kanan dan kiri, fiksasi ETT dengan plaster dan
hubungkan ETT dengan konektor sumber oksigen.
Pada pasien ini diberikan obat pelumpuh otot Atracurium
merupakan obat pembloker neuromuskuler non depolarisasi
steroid dan lama aksi serupa dengan vekuronium. umum
untuk mempermudah intubasi endotrakeal. Mekanisme
keraja antagonis kompetitif dari asetilkolin pada neuro
muscular junction. Dapat menyebabkan takikardi. Dosis
intubasi dan relaksasi otot adalah 0,5-0,6 mg/kgBB (iv).
Pada pasien ini diberikan maintenance O2 + N2O +
sevoflurane. Oksigen diberikan untuk mencukupi oksigen
jaringan. Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2
minimal 25%, gas ini bersifat sebagai anestetik lemah tetapi
analgetiknya kuat. Sevoflurane merupakan halogenasi eter.
Induksi dan pulih anestesi lebih cepat dibandingkan
isoflurane. Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang
menyebabkan aritmia. Setelah pemberian dihentikan,
sevoflurane cepat dikeluarkan oleh tubuh.
Kesimpulan
Pada laporan kasus disajikan kasus penatalaksanaan anestesi
umum pada operasi pro Craniotomy pada penderita
perempuan, usia 9 tahun, status fisik ASA III dengan diagnosa
Braim stem tumor dengan menggunakan teknik general
anestesi dengan endro trakeal tube no 5.5 sehingga respirasi
terkontrol.
Untuk mencapai hasil yang maksimal dari anestesi seharusnya
permasalahan yang ada diantisipasi terlebih dahulu sehingga
kemungkinan timbulnya komplikasi anestesi dapat ditekan
seminimal mungkin.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai