Nama : An. K
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : RT 13 Kec Bajubang
Berat badan : 25 kg
MRS : 8 Agustus 2017
No. RM : 863846
Anamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri kepala sejak 5bulan yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien mengeluh nyeri kepala sejak sejak 5 bulan yang lalu.
Keluhan dirasakan sering dan bertambah berat jika beraktivitas.
Awalnya pasien hanya mengira sakit kepala biasa dan hanya minum
obat untuk sakit kepala mengambil di puskesmas dan keluhan
semakin parah sejak 1 bulan terakhir. Pasien juga merasakan
pandangannya mulai kabur dan anggota gerak kiri pasien mulai
melemah selanjutnya 2 minggu terakhir pasien merasa anggota
gerak kiri semakin sulit untuk digerakkan.
Sejak 5 hari SMRS pasien sulit untuk berkomunikasi dan
keluhan seperti sakit kepala dan juga keluhan kelemahan
anggota gerak kiri semakin berat sehingga pasien hanya
berbaring dan tidak bisa beraktivitas.. BAB (+) dan BAK (+)
dalam batas normal. riwayat trauma (-), demam (-), batuk
lama(-).
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat operasi sebelumnya (-)
Riwayat batuk lama (-)
Riwayat asma disangkal,
Riwayat DM disangkal,
Riwaayat Hipertensi disangkal,
Riwayat alergi obat (-)
Diagnosa Post-op
Brain Stem Glioma
Tinjauan Pustaka
Tumor otak merupakan suatu lesi ekspansif yang bersifat
jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk
massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma
pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor
primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal
dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer
dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ;
kanker paru, payudara, prostat, ginjal dan lain-lain,
disebut tumor otak sekunder
Etiologi Tumor Otak
Herediter
Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Radiasi
Virus
Substansi-substansi Karsinogenik
Anestesia adalah pemberian obat untuk menghilangkan
kesadaran secara sementara dan biasanya ada kaitannya
dengan pembedahan. Secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada
tubuh.
Klasifikasi ASA
ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia
ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat hingga
aktifitas rutin terbatas.
ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat
melakukan aktifitas rutin penyakitnya merupakan ancaman
kehidupannya setiap saat.
ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.
Premedikasi
Tujuan :
Mengurangi kecemasan dan ketakutan
Memperlancar induksi dan anesthesia
Mengurangi sekresi ludah dan broncus
Meminimalkan jumlah obat anesthetic
Mengurangi mual dan muntah pada pasca bedah
Menciptakan amnesia
Mengurangi isi cairan lambung
Mengurangi reflek yang membahayakan
Induksi Anestesi
tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar.
STATICS
Scope : Laringoscope dan Stetoscope
Tubes : Pipa trakea sesuai usia
Airway : Orotracheal airway untuk menahan lidah pasien saat pasien tidak sadar
Tape : Plaster untuk memfiksasi orotracheal airway
Introducer: Mandrain atau stilet dari kawat untuk memandu agar pipa trakea mudah
dimasukkan.
Conector: Penyambung antara pipa dan alat anesthesia
Suction: Penyedot lendir.
Induksi Intravena :
Selama induksi anestesia, pernapasan pasien, nadi, dan
tekanan darah harus diawasi dan selalu diberi oksigen.
Rumatan Anestesi :
Intravena, inhalasi dan campuran keduanya. Tujuan
menciptakan keadaan hypnotis, anelgesia cukup dan relaksasi
otot lurik yang baik
Pembahasan
Pasien An.K 9 tahun, dirawat dengan diagnosa Brain stem
tumor, dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang telah didapat. Tatalaksana pada pasien ini
adalah dengan tindakan pembedahan Craniotomy.
Pada saat kunjungan pra anestesi (anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang), didapatkan status fisik
pada pasien ini adalah ASA III, yaitu pasien dengan penyakit
sistemik berat sehingga aktivitas rutin terbatas. Pada pasien
ini terdapat kelainan sistemik berupa:
Leukositosis, Peningkatan leukosit 20,76 103/mm3.
Kelemahan anggota gerak kiri
Tindakan premedikasi pada pasien ini, yaitu pemberian obat
1-2 jam sebelum induksi bertujuan untuk melancarkan
induksi, rumatan dan bangun dari anestesia diantaranya untuk
meredakan kecemasan dan ketakutan, memperlancar induksi
anestesia, mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus,
meminimalkan jumlah obat anestetik, mengurangi mual-
muntah pasca bedah, menciptakan amnesia, mengurangi isi
cairan lambung, mengurangi refleks yang membahayakan.
Sebagai obat premedikasi, yaitu: Ranitidin 50 mg (IV),
Ondansentron 4 mg (IV), asam traneksamat 500 mg (IV),
dexamethasone 5 mg (IV), dan fentanyl 50 mcg IV).
Pengelolaan anestesia pada kasus ini adalah dengan
menggunakan general anestesi menggunakan teknik anestesia
secara induksi intravena dan rumatan inhalasi. Induksi pada
pasien ini dengan injeksi recofol (propofol) 60 mg dan insersi
ET ukuran 5.5 difasilitasi dengan atracurium 15 mg.
Selama proses pemberian medikasi pasien sudah dilakukan pre
oksigenasi, dan kemudian di oksigenasi selama kurang lebih 3 menit.
Setelah pasien tidak sadar, reflek bulu mata (-) dan pergerakan dinding
dada (-), apnoe. Kemudian kita lepaskan oksigenasi dan melakukan
pamasangan endotracheal tube dengan Tube yang digunakan no 5,5.
Pemasangan dimulai dengan memasukan laryngoscope ke mulut dari sisi
lateral, setelah masuk geser laryngoscope kearah medial, angkat tangkai
laryngoscope ke depan sehingga glottis terlihat, ambil pipa ETT sesuai
yang di tentukan sebelumnya, masukan dari sudut mulut kanan arahkan
ujung ETT masuk ke celah pita suara, dorong pelan sehingga seluruh
balon di bawah pita suara
Cabut mandrain, tiup balon ETT sesuai volumenya, cek dengan
stetoskop hantaran aliran udara yang masuk lewat ETT ke paru-paru
apakah sama antara paru kanan dan kiri, fiksasi ETT dengan plaster dan
hubungkan ETT dengan konektor sumber oksigen.
Pada pasien ini diberikan obat pelumpuh otot Atracurium
merupakan obat pembloker neuromuskuler non depolarisasi
steroid dan lama aksi serupa dengan vekuronium. umum
untuk mempermudah intubasi endotrakeal. Mekanisme
keraja antagonis kompetitif dari asetilkolin pada neuro
muscular junction. Dapat menyebabkan takikardi. Dosis
intubasi dan relaksasi otot adalah 0,5-0,6 mg/kgBB (iv).
Pada pasien ini diberikan maintenance O2 + N2O +
sevoflurane. Oksigen diberikan untuk mencukupi oksigen
jaringan. Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2
minimal 25%, gas ini bersifat sebagai anestetik lemah tetapi
analgetiknya kuat. Sevoflurane merupakan halogenasi eter.
Induksi dan pulih anestesi lebih cepat dibandingkan
isoflurane. Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang
menyebabkan aritmia. Setelah pemberian dihentikan,
sevoflurane cepat dikeluarkan oleh tubuh.
Kesimpulan
Pada laporan kasus disajikan kasus penatalaksanaan anestesi
umum pada operasi pro Craniotomy pada penderita
perempuan, usia 9 tahun, status fisik ASA III dengan diagnosa
Braim stem tumor dengan menggunakan teknik general
anestesi dengan endro trakeal tube no 5.5 sehingga respirasi
terkontrol.
Untuk mencapai hasil yang maksimal dari anestesi seharusnya
permasalahan yang ada diantisipasi terlebih dahulu sehingga
kemungkinan timbulnya komplikasi anestesi dapat ditekan
seminimal mungkin.
TERIMA KASIH