Anda di halaman 1dari 40

CASE BASED DISCUSSION

KEJANG DEMAM SIMPLEKS

Pembimbing:
dr. Hj pujiati Abbas, Sp.A

Disusun oleh:
Arif Patriana
012116336
IDENTITAS
PENDERITA Nama Penderita : R.A.

Umur : 2 Tahun

Jenis Kelamin : Laki- laki

Alamat : Genuk sari RT


7/7 Genuk
Semarang
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Bp. B
Umur : 37 tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Genuk sari RT 7/7Genuk
Semarang
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ibu : Ibu. N
Umur : 34 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Genuk sari RT 7/7Genuk
Semarang
DATA DASAR

Alloanamnesis dengan Ibu dan Ayah penderita dilakukan pada


tanggal 8 september 2017 pukul 13.30 WIB di ruang ITH lantai 3
Anak dan didukung dengan catatan medis.
KELUHAN UTAMA : Kejang

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Demam dirasakan sejak 1 hari yang lalu pada hari


senin malam, kemudian ibu memberi obat paracetamol
yang dibeli di apotik kemudian membaik pada selasa
paginya. Selasa siang setelah sholat dhuhur pasien
bangun tidur dengan keadaan mata mendelik, tanpa
tangisan, dan kejang pada tangan sampai akhirnya
dibawa ke IGD RSISA dengan keadaan masih kejang.
Kejang berlangsung selama 10 menitan. Dari IGD
mendapatkan obat yang dimasukkan lewat anus
kemudian tersadar, tidak kejang lagi, dan pasien
menangis.
Keluhan setelah tersadar, pasien BAB cair dengan
ampas 2x, BAK normal berwarna kuning, pilek
disangkal, batuk disangkal. Tetapi setelah dirawat
diabngsal keluhan BAB cair sudah menjadi keras.
Pasien sebelumnya tidak pernah menderita
penyakit seperti ini, hanya saja ketika gigi tumbuh
pasien sering demam tidak sampai kejang dan
dengan pemberian paracetamol langsung turun
demamnya. Pasien tidak ada alergi obat dan
makanan,
Pasien mengeluh ketika menangis dan berbicara,
bibir lebih dominan mencong ke kiri, mengerutkan
dahi simetris, menggelembungkan pipi dominan kiri,
membuka dan menutup mata simetris, lidah sejajar
ditengah.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Anak belum pernah mengalami kejang sebelumnya. Anak pernah menderita
demam tetapi tidak sampai menimbulkan kejang. Penyakit lain yang pernah
diderita anak :
Flek/ TB : disangkal Enteritis : disangkal

Faringitis : (+) Disentri basiler : disangkal

Pneumonia: disangkal Disentri amoeba : disangkal

Morbili : disangkal Thyp. Abdominalis : disangkal

Pertusis : disangkal Cacingan : disangkal

Varicella : disangkal Operasi : disangkal

Bronkitis : disangkal Trauma : disangkal

Malaria : disangkal Reaksi obat/ alergi : disangkal

Polio : disangkal Difteri : disangkal


RIWAYAT RIWAYAT
PENYAKIT SOSIAL
KELUARGA EKONOMI Ayah pasien bekerja di
Tidak ada keluarga terminal dan ibu pasien
yang sakit seperti ini bekerja menjadi tukang
laundry. Berobat dengan
fasilitas umum.

Kesan ekonomi:
Kurang.
DATA KHUSUS
Riwayat Perinatal Pasien merupakan anak
pertama, lahir aterm (38
minggu), spontan, persalinan
ditolong oleh dokter. Ante Natal
Care rutin teratur, berat badan
lahir 3000 gram, panjang
badan 49 cm, langsung
menangis dan kemerahan

Riwayat Makan Minum Minum ASI sampai sekarang.


Diselingi susu formula sejak usia 5
bulan. Makanan pendamping ASI
diberikan mulai usia 6 bulan berupa
sereal bayi. Nafsu makan dan minum
cukup baik. Pasien lebih suka
mengonsumsi susu botol, dalam
sehari 3-4 gelas botol.

Kesan: Kualitas dan kuantitas cukup.


RIWAYAT IMUNISASI DASAR
No Imunisasi Berapa Kali Umur

1. BCG 1x 1 bulan
2. DPT 3x 2,4,6 bulan
3. Polio 4x 0,2,4,6 bulan
4. Hepatitis B 3x 0,1,6 bulan
5. Campak 1x 9 bulan

Kesan imunisasi dasar: lengkap


Riwayat Pertumbuhan dan
Perkembangan
Riwayat pertumbuhan : pada KMS garis
selalu terlihat normal/ diatas garis
merah.
Riwayat Perkembangan: Senyum (usia 1
bulan), miring (usia 3 bulan), tengkurap
(usia 4 bulan), duduk (usia 6 bulan),
merangkak (usia 7 bulan), berdiri (8
bulan), belum bisa berjalan.
Kesan : Pertumbuhan dan
Perkembangan Sesuai Umur
Riwayat KB Orang Tua

Ibu memakai KB pil.


PEMERIKSAAN STATUS GIZI (Z SCORE):

Diketahui:
Umur : 2 Tahun
BB : 10,5 kg
TB : 87cm
WAZ = BB-median/SD = (10,5-12,6)/1,30= -1,6 (-2 SD 2
SD, Normal)
HAZ = TB-median/SD = (87-87,6)/3,30 = -0,18 (-2 SD 2 SD
Normal)
WHZ = BB-median/SD = (10,5-12,6)/1,1 = -1,9 (-2 SD
2 SD, Normal)
Kesan : Status Gizi Baik
PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 9 september 2017 jam 13.30 WIB


Umur : 2 Tahun
Berat badan : 10,5 kg
Panjang badan : 87 cm
Suhu badan : 39C (axilla)
Nadi : 144 kali/menit, irama regular,
isi dan tegangan cukup, teraba
kuat
Frekuensi nafas : 36 kali/menit
KESAN UMUM
Keadaan Umum: Composmentis, aktif, tidak kejang

Keadaan Tubuh :
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Kepala : mesocephale
Kulit : tidak sianosis, ptechie (-), turgor < 2 detik
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), secret (+), mucosa hiperemis (+)
Telinga : discharge (-), nyeri tekan tragus (-)
Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-),
Leher : simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku kuduk
(-)
Tenggorokan : hiperemis (+), T2-T2
THORAX

Paru-paru :
Inspeksi : Hemithorax dextra sama
dengan sinistra
Palpasi : Strem femitus dextra dan
sinistra simetris
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : SD Vesikuler, suara
tambahan : wheezing (-/-), ronki
(-)
JANTUNG:

Inspeksi : ictus cordis tidak


tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat
angkat, tidak melebar
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II regular, bising
(-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, tidak tampak gerak
peristaltik
Auskultasi : bising usus (+), Normal
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Genitalia : laki-laki, tidak ada kelainan
Extremitas : Atas (ka/ki) Bawah (ka/ki)
Capilary refill : < 2 < 2
Akral dingin : -/- -/-
R. Fisiologis : +/+ +/+
R. Patologis : -/- -/-
Kekuatan : 5 5
Gerakan : Bebas AktifBebas Aktif
Tonus : Normotonus Normotonus
Klonus : (-)
Polidaktil pada ibu jari kanan (+)
PEMERIKSAAN RANGSAL MENINGEAL

Pemeriksaan Rangsang Meningeal


Kaku Kuduk : (-)
Neck Sign : (-)
Cheek Sign : (-)
Symphysis Sign: (-)
Kernig Sign : (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM SAAT DI RSISA TANGGAL 8 SEPTEMBER 2017 :
Hemoglobin 9,7 gr/dl
Hematocrit 30,9 %
Leukosit 21,14 ribu/uL
Trombosit 242 ribu/uL
Eritrosit 3,73 juta/uL
Golongan darah B/rhesus +
Diff count
Eosinofil% 0%
Basofil% 0,2%
Neutrofil% 61,2 %
Limfosit% 28,5%
Monosit% 9,6%
IG% 0,5%
Index eritrosit
MCV 82,3 fl
MCH 26 pg
MCHC 31,6 g/dl
LED
LED 1 --
KIMIA

Natrium 130.8 mmol/L

Kalium 4,27 mmol/L

Chlorida 101.3 mmol/L


CONT..
IMUNOSEROLOGI WIDAL

Salmonella Typhi O Positif 1/160

Sal. Parathyphi A O Negatif

Sal. Parathyphi B O Positif 1/160

Sal. Parathyphi C O Negatif

Salmonella Thypi H Negatif

Sal. Parathyphi A H Negatif

Sal. Parathyphi B H Negatif

Sal. Parathyphi C H Negatif


CT-SCAN
CRANIOCEREBRAL
NONKONTRAS
Sulci, fissura dan cysterna tak
sempit.
Tak tampak lesi hipodens ataupun
hiperdens.
Sistem ventrikel tak sempit
Tak tampak deviasi garis tengah.
Batang otak dan serebelum tak
jelas kelainan.
KESAN :
Saat ini tak tampak infark
ataupun perdarahan.
Tak tampak tanda peningktan
tekanan intrakranial.
Dekstra Nervus Sinistra
(+) normosmia I. Olfaktorius (+) normosmia
Penciuman
Pupil bulat, isokor II Optikus Pupil bulat,
(+) Daya penglihatan isokor (+)
Refleks pupil
III. Okulomotorius
Membuka kelopak mata
Gerakan bola mata ke superior
(+) Gerakan bola mata ke inferior (+)
Gerakan bola mata ke medial
Gerakan bola mata ke
laterosuperior
(+) IV. Troklearis (+)
Gerakan bola mata ke lateroinferior
V. Trigeminal
Tes sensoris
(+) Cabang oftalmikus (V1)
(+)
Cabang maksila (V2)
Cabang mandibula (V3)
VI. Abdusen
(+) (+)
Gerakan bola mata ke lateral
VII. Fasial
Mengangkat alis
(+) Kerutan dahi (+)
Menunjukkan gigi
Daya kecap lidah 2/3 anterior
VIII. Akustikus
(+) (+)
Tes garpu tala
IX. Glossofaringeal
Refleks muntah (+)
Daya kecap lidah 1/3 posterior

X. Vagus
Refleks muntah dan menelan (+)

Deviasi uvula (-)

Pergerakan palatum (+)

XI. Assesorius
Memalingkan kepala (+)
Kekuatan bahu

XII. Hipoglossus
Tremor lidah (-)

Deviasi lidah
Pemeriksaan nervus VII Ya / Tidak
1. Kerutan kulit dahi

- perhatikan kulit dahi pasien apakah tampak kerutan kulit dahi Ya


atau tidak

- pada kelumpuhan n. VII perifer (hemifasialis), kerutan kulit Tidak


dahi pada sisi sakit akan hilang

- pada kelumpuhan n. VII sentral (hemifasialis), kerutan kulit Ya


dahi masih akan tampak.

2. Kedipan mata

- perhatikan apakah masih tampak kedipan mata Ya

- pada sisi yang lumpuh kedipan mata lambat, tidak gesit dan Tidak
tidak kuat. Disebut Lagoftalmos

- pada kelumpuhan sentral mata masih baik Ya


3. Lipatan nasolabial

- Lipatan nasolabial pada sisi yang lumpuh tampak mendatar. Ya

4. Sudut mulut

- Sudut mulut pada sisi yang lumpuh tampak lebih rendah Y. Pada sisi kiri
yang rendah

5. Mengerutkan dahi

- pasien disuruh mengerutkan dahi unilateral dan bilateral. Pada Tidak


kelumpuhan n. VII perifer pasien tidak mampu mengerutkan dahinya
unilateral dan bilateral

- pada kelumpuhan n. VII sentral pasien masih mampu mengerutkan Ya


dahinya. Dalam hal ini pemeriksa hendaknya melakukan palpasi antara
kanan dan kiri dan bandingkan sisi mana yang terkuat, akan didapatkan
perbedaan tonus.

6. Mengerutkan alis

- Cara kerjanya sama dengan mengerutkan dahi. Ya


7. Menutup mata

- pasien disuruh menutup mata

- pada kelumpuhan perifer mata tidak dapat menutup Tidak


- pada kelumpuhan sentral unilateral mata masih bisa menutup. Dalam Ya
hal ini pasien disuruh menutup mata kuat-kuat, kemudian pemeriksa
mencoba membuka mata pasien yang sedang dipejamkan tersebut,
akan didapatkan perbedaan tonus kanan - kiri.
8. Meringis

- pasien disuruh meringis Ya. Pada sisi


kiri tidak
- baik kelumpuhan sentral maupun perifer pada sisi yang lumpuh tidak dapat
dapat diangkat. diangkat
9. Bersiul

- pasien disuruh bersiul Ya. Paasien


kesulitan untuk
bersiul,
karena sisi kiri
memerot
ASSESMENT

Kejang
Demam
Simpleks

bells
palsy

Gizi Baik
Assesment : Kejang demam Simpleks
DD :Kejang demam Kompleks

Initial plans :
Kejang demam Simpleks
Ip Dx : S : -
O : Pemeriksaan Elektrolit, pungsi lumbal
Ip Tx : diazepam 0,3-0,5 mg/kgbb IV
Paracetamol 10-15 mg/kgBB tiap 4-6 jam
Ip Mx : KU, TTV, kejang ulangan, kesadaran
Ip Ex :
Meyakinkan kepada orang tua bahwa kejang demam umumnya mempunyai
prognosis yang baik
Memberitahukan cara penanganan kejang
Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
Pemberian obat untuk mencegah rekurensi mamang efektif tapi harus diingat
adanya efek samping obat
Jika kejang beri diazepam per rektal dosis 0,5-0,75 mg/kg. bila tetep
kejang segera bawa rumah sakit.
Saat pasien kejang :

Tetap tenang dan tidak panic


Semua pakaian ketat dilonggarkan terutama sekitar leher
Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala
penderita miring, mencegah aspirasi isi lambung
Bersihkan muntahan atau lender di mulut dan hidung jika ada
Mengusahakan jalan nafas agar bebas. Walaupun ada resiko
lidah tergigit, jangan masukkan apapun ke dalam mulut
Ukur suhu tubuh, catat lama dan bentuk atau sifat kejangnya
Tetap bersama anak selama kejang
Berikan diazepamper rektal. Jangan diberikan jika kejang telah
berhenti
Bawa ke dokter atau rumah sakit jika kejang berlangsung lebih
dari 5 menit
Assessment : bells palsy
DD:
Initial plans :
Paralisis nervus VII
Ip Dx : S : -
O : kelumpuhan pada bibir kiri

Ip Tx : - infus 2A N 10 tpm
Inj CPZ 15 mg 1x1
Fortison 2x25 mg 1x1
Kebutuhan cairan menurut darrow BB : 10,5 kg
10x 100 = 1000 kgbb/hr
0,5x 50 = 25 kgbb/hr
Total kebutuhan cairan : 1025/hari
Banyaknya tetes permenit
=(1025 x 15)/(24 x60) = 11 tpm
Ip Mx : Tanda vital (HR, RR, Suhu)
Ip Ex :
Tirah baring
Minum obat teratur
Makan makanan bergizi
Penyinaran dengan infra merah diusahakan tegak lurus dengan
daerah yang diterapi yaitu pada daerah wajah sisi kiri sampai
belakang telinga, dengan jarak lampu antara 35cm. Lamanya
waktu penyinaran 15 menit disesuaikan dengan kondisi pasien
Rehabilitasi fasial secara komprehensif dilakukan dalam 4 bulan
setelah onset terbukti memperbaiki fungsi pasien dengan
paralisis fasialis.
Konsultasi ke bagian lain, seperti Telinga Hidung Tenggorok dan
kardiologi perlu dipertimbangkan apabila terdapat kelainan
pemeriksaan aufoskop atau pembengkakan glandula parotis
dan hipertensi secara berurutan pada pasien.
Assessment : Gizi baik
DD : Gizi kurang
Gizi buruk

Initial plans
Gizi baik
Ip Dx : S : kualitas dan kuantitas makan
sehari-hari
O : berat badan pasien, Z score
Ip Tx : Kebutuhan kalori anak usia 2 Tahun, berat badan 10,5 kg
Kebutuhan kalorinya
( 60,9 x 10,5 kg ) 54 = 585.45
Yang terdiri dari :
Karbohidrat : 60 % x 585,45 = 351,29kkal
Lemak : 35 % x 585,45= 204,9 kkal
Protein : 5 % x 585,45= 29,28 kkal
Ip Mx :
Penimbangan BB secara rutin dan teratur
Pengukuran TB setiap bulan
Ip Ex :
Makan teratur
Asupan makanan yang bergizi seimbang

Anda mungkin juga menyukai