Anda di halaman 1dari 15

ONTOLOGI

Mitha Azizaturredha
Teguh Saputra
PENGERTIAN ONTOLOGI
Kata ontologi, barasal dari dua kata dasar
yaitu Ontos dan Logos. Ontos yang berarti
Ada dan Logos yang berarti Ilmu. Sehingga
secara global istilah ontologi bisa diartikan
sebagai suatu ilmu yang mengkaji tentang
hakiat dari segala sesuatu Yang-Ada. Hakikat
dalam kajian ontologi adalah keadaan
sebenarnya dari sesuatu, bukan keadaan
sementara yang selalu berubah-ubah.
Aspek-aspek keilmuan yang
terdapat pada ontologi
Metodis
Sistematis
Koheren
Rasional
Konprehensif
Radikal
Universal
Dimensi Ontologi Pendidikan
Islam
1. Hakikat Pendidikan
Al-tarbiyah
Talim
Tadib
2. Dasar Pendidikan Islam
Al-Quran
Al-Hadits
HAL-HAL YANG
MENDASARI ONTOLOGI
Yang-ada dan yang-tiada (non-being)
Istilah-istilah ada dapat dikatakan senantiasa
menunjukan suatu ciri yang melekat pada apa saja .
Bahkan pada segala sesuatu. Merupakan pengertian
yang paling umum dan paling menyebabkan barang yang
satu berbeda dengan barang yang lain. Salah satu cara
untuk mengenal maknanya dengan menghubungkan
dengan ciri khasnya atau dengan mengklasifikasinya atas
berbagai jenis. Tetapi dengan demikian beberarti meliuti
segenap kenyataan yang ada, yaitu yang-sungguh-
ada(aktual), dan yang-mungkin-ada (possible).
Kenyataan dan kenampakan
Apapun yang bersifat nyata pasti ada. Tetapi
sesuatu yang masih dalam kemungkinan
ada,kiranya sulit untuk dikatakan nyata.
Namun kita cenderung mengatakan bahwa
yang-mungkin ada adalah bersifat nyata,
untuk membedakan yang-nampak ada dan
yang bersifat tidak nyata.
Eksistensi dan non eksistensi
Eksistensi mengandung pengertian ruang
dan waktu. Eksistensi merupakan keadaan
yang lebih khusus dari sesuatu dalam arti
bahwa apapun juga yang bereksistensi
tentu nyata ada, tetapi tidak sebaliknya
Naturalisme
William R. Dennes, seorang penganut paham naturalisme
mengatakan, naturalisme modern ketika berpendirian
bahwa apa yang dinamakan kenyataan pasti bersifat
kealaman- beranggapan bahwa kategori pokok untuk
memberikan keterangan mengenai kenyataan ialah kejadian.
Jika naturalisme modern mengatakan bahwa kejadian
merupakan hakekat terdalam dari kenyataan, dengan
menggunakan istilah kita, yang demikian ini sama dengan
mengatakan bahwa apapun yang bersifat nyata pasti
termasuk dalam kategori alam. Artinya, apapun yang bersifat
nyata pasti merupakan sesuatu yang terdapat dalam ruang
dan waktu tertentu yang dapat dijumpai oleh manusia, dan
dapat pula dipelajari dengan cara-cara yang sama seperti
yang dilakukan oleh ilmu.
Matearialisme
Kaum materialis dewasa ini, dengan salah satu
cara (yang kiranya sudah disesuaikan dengan
penemuan-penemuan baru ilmu positif-Red TW)
mengatakan bahwa substansi yang terdalam ialah
materi. Maka ungkapan yang mengatakan bahwa
kenyataan bersifat material dipandang berarti
bahwa segala sesuatu yang hendak dikatakan
nyata (1) dalam babak terakhir berasal dari materi
atau (2) berasal dari gejala-gejala yang
bersangkutan dengan materi.
Idealisme
G. Watts Cunningham, salah seorang di antara
kaum idealisme yang terkemuka di Amerika
Serikat, memberikan definisi yang paling
sederhana kepada idealisme sebagai berikut.
Idealisme merupakan suatu ajaran kefilsafatan
yang berusaha menunjukkan agar kita dapat
memahami materi atau tatanan kejadian-kejadian
yang terdapat dalam ruang dan waktu sampai
pada hakekatnya yang terdalam. Maka ditinjau
dari segi logika, kita harus membayangkan
adanya jiwa atau roh yang menyertainya dan yang
dalam hubungan tertentu bersifat mendasari hal-
hal.
Hylomorfisme
Segala hal yang bersifat ragawi dapat diuraikan ke
dalam kedua segi. Hal-hal tersebut merupakan
materi yang terbentuk. Inilah yang menjadi alasan
mengapa keterangan Maritain mengenai hal-hal
yang bersifat ragawi itu disebut hylomorfisme
(yang berasal dari bahasa Yunani hylo yang
berarti materi atau substansi dan morph yang
berarti bentuk). Tidak satu hal pun yang bersifat
ragawi yang bukan merupakan kesatuan dari
esensi dan eksistensi. Yang demikian ini berarti
bahwa segenap hal yang bersifat ragawi
senantiasa bereksistensi, dan mempunyai hakekat
tertentu.
Positivisme Logis
Mereka yang menganut paham positivisme logis menolak
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat metafisik serta
menganggapnya tidak mengandung makna. Mereka
menampilkan penalaran-penalaran untuk menghapuskan
metafisika. Salah seorang penganut paham tersebut yang
terkemuka yaitu A. J. Ayer, dalam bukunya yang berjudul
Language, Truth dan Logic, yang isinya mengenai
perbincangan di bidang metafisika tersebut mengatakan
sebagai berikut. sebagian besar perbincangan yang
dilakukan oleh para filsuf sejak dahulu sesungguhnya tidak
dapat dipertanggungjawabkan dan juga tidak ada gunanya.
YOUR TOPIC
GOES HERE
Your Subtopics Go Here
YOUR TOPIC
GOES HERE
Your Subtopics Go Here

Anda mungkin juga menyukai