Anda di halaman 1dari 39

Evaluasi Sistem Pelayanan Transit antar Koridor

(Studi Kasus : Bus Rapid Transit Trans Semarang)

Dosen Pembimbing :
Dr. Bagus Hario
Setiadji, ST, MT
Ir. Epf. Eko
Yulipriyono, MS

Wildan Salasa L2A009217


Heru Wakhidho L2A009226
Jumlah kendaraan
pribadi yang terus
meningkat setiap
tahunnya

Kebutuhan
Kegiatan transportasi masyarakat Semarang
yang besar di kota akan angkutan umum
BRT murah, nyaman dan
Semarang
cepat

Seringnya terjadi
kemacetan pada titik
tertentu di kota
Semarang
Koridor I Koridor II

-Armada Operasional : 20 (Siap Operasi)


4 (Cadangan) -Armada Operasional : 24 (Siap Operasi)
-Kapasitass : 83 pnp 1 (Cadangan)
- Km/Trip : +30 (60km/pp) -Kapasitas : 42 pnp
- Km/Trip : +30 (60km/pp)
Koridor III Koridor IV

-Armada Operasional : 10 (Siap Operasi) -Armada Operasional : 19 (Siap Operasi)


2 (Cadangan) 2 (Cadangan)
-Kapasitas : 42 pnp -Kapasitas : 42 pnp
- Km/Trip : +56 (112km/pp) - Km/Trip : +60 (120km/pp)
1. Bagaimana kinerja pelayanan transit BRT Trans Semarang yang meliputi
kapasitas halte, waktu tempuh, waktu henti, headway, waktu tunggu, dan
sarana pendukung shelter?
2. Solusi apa yang tepat untuk meningkatkan kinerja pelayanan transit BRT
Trans Semarang yang telah beroperasi di kota Semarang?

1. Mengetahui kinerja pelayanan transit yang sudah ada melalui jajak


pendapat dari pengguna BRT.
2. Menganalisa kinerja sistem pelayanan transit BRT Trans Semarang di
Kota Semarang dalam memenuhi standar pelayanan minimum angkutan
umum.
3. Memberi rekomendasi dan masukan kepada pihak-pihak instansi terkait
dalam upaya peningkatan kinerja BRT Trans Semarang di kota
Semarang.
Maksud penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengevaluasi kinerja
sistem pelayanan transit antar koridor BRT Semarang dalam upaya
mengoptimalkan kinerja BRT Semarang

Mengidentifikasi sistem transit BRT Semarang


Menganalisis dan mengetahui efektifitas dan efisiensi kinerja sistem
pelayanan transit BRT Semarang.
Mengidentifikasi karateristik shelter/halte terhadap kinerja atau sistem
pelayanan transit dilihatdari segi pengguna.
Memberikan alternative dan solusi untuk meningkatkan kinerja sistem
pelayanan transit antar koridor.
2. Shelter SMAN 5
Semarang

3. Shelter Balaikota

4. Shelter Simpang lima 5. Shelter Elisabeth


RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Sarana pendukung shelter Identifikasi Shelter dan Pengguna

Waktu tunggu Waktu antara (headway)

Waktu henti
Bus Rapid Transit (BRT) merupakan bus dengan
kualitas tinggi yang berbasis sistem transit yang
cepat, nyaman, dan biaya murah untuk mobilitas
perkotaan.

Keuntungan Bus Rapid Transit


menaikturunkan penumpang dengan
cepat,
penarikan ongkos yang efisien,
Shelter yang nyaman,
teknologi bus bersih,
identitas pemasaran modern serta
layanan pelanggan yang sangat baik.
Menurut Pedoman Teknis Angkutan Bus Kota Dengan Sistem
Jalur Khusus Bus (JKB/Busway), halte pada BRT adalah halte
dengan desain khusus untuk menyampaikan identitas yang
dapat membedakan dari angkutan penumpang umum
lainnya.
Untuk suatu perhentian yang mempunyai prasarana dan fasilitas
yang lengkap, maka pemberhentian yang dimaksud akan
mempunyai prasarana dan fasilitas sebagai berikut :
Prasarana untuk perhentian bus
Shelter/halte.
Furniture (tempat duduk, tempat sampah, telepon, dan papan
informasi)
Rambu dan marka
Survei Dinamis
Survei Statis
Wawancara Kuisioner

Survey Dinamis
- Mencatat penumpang transit naik dan turun tiap bus untuk semua shelter,
dan waktu tiba berangkat tiap bus untuk semua shelter.
- Data yang diperoleh adalah jumlah penumpang transit, waktu tempuh,
waktu henti dan waktu tunggu.
Survey Statis
-Mencatat jumlah kendaraan yang beroperasi, dan waktu tiba berangkat
tiap bus untuk semua shelter.
-Data yang diperoleh adalah, jumlah kendaraan operasi dan headway.

Wawancara kuisioner
- Mewawancara sekaligus melakukan wawancara kepada pengguna
transit BRT Trans Semarang
1. Shelter Stasiun Tawang
2. Shelter SMAN 5 Semarang
3. Shelter Balaikota
4. Shelter Simpang Lima
5. Shelter Elisabeth
SMAN 5
Tawang 38%
44%

28% 22%
16% 14%
16% 10%
8%
4%

<20 21-30 31-40 41-50 >51


<20 21-30 31-40 41-50 >51
Balaikota Umur
Umur 50%

20% 22%

4% 4%

<20 21-30 31-40 41-50 >51


Umur

40% Elisabeth
Simpang 5
76%

20%
16% 16%
8%
16%
8%
0% 0%
<20 21-30 31-40 41-50 >51
<20 21-30 31-40 41-50 >51 Umur
Umur
Pelajar
Pelajar 48%
PNS

80%
PNS
Karyawan
Karyawan 12%16%
Pekerja 2%
Pekerja
Pedagang

Profesi
Pedagang
Wiraswasta

Profesi
10%12%

Wiraswasta
Pensiun

2% 4% 2% 2%10%
Pensiun
TNI/polisi
TNI/polisi
Lainnya
0% 0% 0%

Lainnya

0% 0% 0%
Simpang 5
Tawang

Pelajar
50%

PNS
2%

Karyawan
18%

Pekerja
8%

Pedagang
14%

Profesi

Wiraswasta
8%

Pensiun
TNI/polisi
Lainnya
0% 0% 0%
Balaikota

Pelajar
40%

Pelajar
PNS
30%

8%

PNS
6%

Karyawan
22%

Karyawan
Pekerja
20%

4%

Pekerja
2%

Pedagang
20%

Profesi

Pedagang
Wiraswasta
Profesi

6%

Wiraswasta
Pensiun
18%20%

Pensiun
4%

TNI/polisi
TNI/polisi
Lainnya
0% 0% 0%

Lainnya
0% 0%
SMAN 5

Elisabeth
50% SMAN 5
40% Tawang

24%
18% 18%
22%
16%
12%

1-2 3-4 5-6 > 6 kali


1-2 3-4 5-6 > 6 kali
kali kali kali
kali kali kali
Balaikota Penggunaan BRT seminggu
Penggunaan BRT seminggu
26% 28%
24% 22%

1-2 3-4 5-6 > 6 kali


kali kali kali
Penggunaan BRT seminggu

Elisabeth
Simpang 5 42% 40%
42%
30%
16%
14% 14%
2%

1-2 3-4 5-6 > 6 kali


1-2 3-4 5-6 > 6 kali kali kali kali
kali kali kali Penggunaan BRT seminggu
Pengunaan BRT seminggu
SMAN 5
48% Tawang 64%
42%

14% 18%
8% 4%
2%

Balaikota Pelayanan BRT


Pelayanan BRT
54%
30%
12%
4%

Pelayanan BRT

Elisabeth
Simpang 5 72%
46%
40%
20%
0% 8%
10%
4%

Pelayanan BRT
Pelayanan BRT
SMAN 5
60% Tawang 74%
38%
26%
2% 0% 0%
0%

Balaikota Tarif BRT


Tarif BRT
84%

14% 2% 0%

Tarif BRT

Elisabeth
Simpang 5 62%
92% 38%

0% 0%
8% 0% 0%

Tarif BRT
Tarif BRT
SMAN 5
Tawang
70% 86%

24%
12%
6% 2% 0%
0%
1 kali 2 kali 3 kali 4 kali
1 kali 2 kali 3 kali 4 kali
Balaikota Frekuensi transit
Frekuensi transit
62%

20%
8% 10%

1 kali 2 kali 3 kali 4 kali


Frekuensi transit

Elisabeth
Simpang 5 74%
92%

26%

8% 0% 0%
0% 0%
1 kali 2 kali 3 kali 4 kali
1 kali 2 kali 3 kali 4 kali Frekuensi transit
Frekuensi transit
58% SMAN 5
Tawang
46%
30% 28%
22%
12%
2%
2%

Balaikota Sistem layanan transit


Sistem layanan transit 46%
32%

10% 12%

Sistem layanan transit

48% Elisabeth
50% Simpang 5 36%
40%
10% 6%
6% 4%

Sistem layanan transit


Sistem layanan transit
68% SMAN 5
40% Tawang
36%
24%
14% 16%
2%
0%

Fasilitas halte
Fasilitas halte Balaikota
36%
28% 24%
12%

Fasilitas halte

40% Elisabeth
34%
64% Simpang 5
22%
30% 4%
6% 0%

Fasilitas halte
Fasilitas halte
JUMLAH
NO HALTE KORIDOR PENUMPANG TRANSIT / 1 SIRKULASI
NAIK TURUN
II 136 52
1 Elisabeth IIIA 42 28
IIIB 52 27
II 78 65
IIIA 31 30
2 St. Tawang
IIIB 14 25
IV 73 78
I 59 127
3 Simpang Lima IIIA 38 41
IIIB 31 39
I 34 34
4 SMAN 5 II 80 55
IIIA 11 20
I 88 53
II 53 108
5 Balaikota
IIIB 17 49
IV 79 56
HEADWAY (Menit)
NO HALTE KORIDOR
TERENDAH TERTINGGI RATA-RATA
II 00:00:52 00:23:43 00:12:17
1 Elisabeth IIIA 00:11:46 00:24:27 00:18:05
IIIB 00:11:59 00:24:51 00:18:25
II 00:01:19 00:15:33 00:08:26
IIIA 00:12:59 00:40:00 00:26:29
2 St. Tawang
IIIB 00:08:54 0:38:48 00:23:21
IV 00:03:36 00:20:18 00:11:27
I 00:00:52 00:23:43 00:06:31
3 Simpang Lima IIIA 00:11:46 00:24:27 00:14:15
IIIB 00:11:59 0:24:51 00:15:24
I 00:01:00 00:19:00 00:06:45
II 00:05:00 00:18:00 00:09:40
4 SMAN 5
IIIA 00:11:00 00:25:00 00:14:12
IV 00:07:00 00:13:00 00:09:28
I 00:01:02 00:19:11 00:06:42
II 00:02:20 00:15:21 00:09:52
5 Balaikota
IIIA 00:02:37 00:23:42 00:12:08
IV 00:06:57 00:12:47 00:08:34
HEADWAY (Menit)

NO HALTE
TERENDAH TERTINGGI RATA-RATA

1 Elisabeth 00:00:52 00:14:43 00:04:41

2 St. Tawang 00:00:06 00:15:21 00:05:27

3 Simpang Lima 00:00:21 00:13:23 00:07:14

4 SMAN 5 00:00:10 00:06:50 00:02:11

5 Balaikota 00:00:09 00:06:26 00:02:12


WAKTU TUNGGU (Menit)
NO HALTE KORIDOR
TERENDAH TERTINGGI RATA-RATA
II 00:01:35 00:19:27 00:12:17
1 Elisabeth IIIA 00:02:05 00:19:43 00:09:05
IIIB 00:01:57 00:18:25 00:10:25
II 00:00:59 00:35:18 00:19:26
IIIA 00:01:03 00:34:28 00:24:29
2 St. Tawang
IIIB 00:00:55 00:18:09 00:09:27
IV 00:01:08 00:21:18 00:11:23
I 00:00:52 00:23:43 00:11:31
3 Simpang Lima IIIA 00:11:46 00:24:27 00:14:15
IIIB 00:11:59 00:23:17 00:15:24
I 00:01:07 00:19:30 00:08:45
II 00:03:01 00:18:22 00:13:40
4 SMAN 5
IIIA 00:02:12 00:19:03 00:11:12
IV 00:07:00 00:13:04 00:09:28
I 00:01:02 00:19:11 00:06:42
II 00:02:20 00:15:21 00:09:52
5 Balaikota
IIIA 00:02:37 00:23:42 00:12:08
IV 00:02:57 00:12:47 00:08:34
No Pertanyaan Kuisioner Pilihan Kuisioner Responden Prosentase
< 10 menit 52 21%
11 - 15 menit 124 50%
15 Waktu tunggu kedatangan bus
16 - 20 menit 51 20%
> 21 menit 23 9%
Total 250 100%
WAKTU HENTI (Menit)
NO HALTE KORIDOR
TERENDAH TERTINGGI RATA-RATA
II 00:00:55 00:01:05 00:01:02
1 Elisabeth IIIA 00:00:52 00:01:03 00:01:01
IIIB 00:00:57 00:01:05 00:01:02
II 00:00:45 00:01:08 00:01:06
IIIA 00:00:35 00:01:03 00:01:01
2 St. Tawang
IIIB 00:00:50 00:01:07 00:01:04
IV 00:00:53 00:01:04 00:01:02
I 00:00:48 00:01:08 00:01:06
3 Simpang Lima IIIA 00:00:51 00:01:10 00:01:07
IIIB 00:00:59 00:01:06 00:01:04
I 00:00:53 00:01:01 00:00:59
II 00:00:39 00:01:04 00:01:02
4 SMAN 5
IIIA 00:00:53 00:01:00 00:00:57
IV 00:00:35 00:01:03 00:01:01
I 00:00:54 00:01:00 00:00:59
II 00:00:39 00:01:05 00:01:05
5 Balaikota
IIIA 00:00:58 00:01:03 00:01:02
IV 00:00:50 00:01:03 00:01:01
-Sering terjadi beberapa bus tidak merapat penuh di shelter yang membahayakan
keadaan penumpang sehingga perlu diperhatikan kondisi bibir sheltrer agar
memudahkan bus untuk merapat atau dengan mengadakansosialisai kepada
seluruh supir BRT untuk lebih memperhatikan keselamatan penumpang.
- Dari seluruh shelter transit point, shelter SMAN5 dan Balaikota yang paling
sibuk hal itu dikarenakan shelter tersebut merupakan shelter induk, dan juga
dilewati oleh semua koridor sehingga memerlukan perhatian lebih demi
kenyamanan dan keamanan pengguna transit BRT.
- Untuk kenyamanan dan kemudahan pengguna maupun pengelola transit,
alangkah baiknya untuk tiap shelter transit point agar dibuat pemisah atau
pembatas untuk penumpang pengguna layanan transit atau pengguna yang baru
akan naik BRT. Sehingga sebelum naik bus, pengelola lebih mudah dalam
mengecek pengguna transit maupun non transit.
- Dari hasil kuisioner seluruh shelter didominasi oleh penumpang yang hanya 1x
melakukan transit, hal ini karena brt merupakan angkutan dalam kota, namun ada
beberapa yang melakukan transit lebih dari 1x, hal ini dapat disebabkan karena
penumpang dengan jarak tempuh yang jauh sehingga memerlukan beberapa kali
transit.
- Dari hasil pengamatan, papan informasi tidak terdapat di semua shelter,
hal ini tentu akan menyulitkan pengguna apabila terdapat pengumuman
dari pengelola terkait operasional BRT, seperti pengalihan jalur mendadak
karena suatu event, koridor yang tidak diberangkatkan karena alasan
tertentu, perubahan jadwal keberangkatan, dll. Informasi hanya ditempel di
dinding shelter, selain akan membuat pengguna kesulitan mendapat
informasi juga sangat mengganggu nilai keindahan shelter.
- CCTV juga tidak terdapat di semua halte, berdasarkan hasil wawancara
dan pengamatan, pengguna tidak terlalu memperdulikan ada atau tidaknya
CCTV di shelter, sehingga sarana CCTV tidak terlalu diperhatikan.
Sedangkan dari sudut pandang pengelola hal ini dikarenakan masalah biaya
pengadaan serta perawatan yang cukup mahal.
- Dari semua shelter, elisabeth merupakan shelter dengan fasilitas paling
tidak memadai, hal ini disebabkan karena lokasi shelter yang terletak pada
lokasi rawan kemacetan, juga shelter transit ini berada diantara shelter
transit lain membuat para pengguna merasa malas untuk transit di shelter
ini dikarenakan keadaan lalu lintas yang macet. Sehingga pengguna tidak
terlalu perduli dengan fasilitas yang ada.
-Perlu adanya pembenahan shelter BRT, baik dari kondisi shelter
maupun fasilitas di dalam shelter, dan juga penempatannya sebaiknya
berada di lokasi-lokasi strategis.
-Perbaikan fasilitas pejalan kaki seperti trotoar juga semestinya menjadi
bahan pertimbangan pengelola, mengingat akses ke shelter juga
merupakan daya tarik konsumen.
-Angkutan umum jenis lain sebaiknya hanya sebagai angkutan feeder
untuk mencapai shelter BRT, jadi tidak ada angkutan yang beroperasi
pada rute BRT.

Anda mungkin juga menyukai