Anda di halaman 1dari 32

ETIKA PROFESI

KETIDAKSESUAIAN YANG TERDAPAT PADA GEDUNG


UNIKOM BERDASARKAN PERATURAN DAN STANDAR
YANG BERLAKU
PENGERTIAN ETIKA

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) Etika merupakan


tentang baik dan buruknya perilaku, hak serta kewajiban moral,
sekumpulan asas atau nilai-nilai yang berhubungan dan
berkaitan dengan akhlak, nilai mengenai benar atau salahnya
perbuatan atau perilaku yang dianut oleh masyarakat.
KODE ETIK PROFESI ARSITEK

Ada 5 kewajiban yang harus dipenuhi oleh arsitek professional (kewajiban secara umum, kewajiban kepada
masyarakat, kewajiban pada profesi, kewajiban pada pengguna jasa, kewajiban pada teman sejawat). Tidak
terpenuhinya 5 kewajiban tersebut oleh arsitek dianggap suatu penyimpangan atau pelanggaran kode etik.
Penyimpangan/pelanggaran terhadap kepentingan umum
Penyimpangan/pelanggaran terhadap kepentingan masyarakat
Penyimpangan/pelanggaran terhadap pengguna jasa
Penyimpangan/pelanggaran terhadap profesi
Penyimpangan/pelanggaran terhadap teman sejawat
SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

Pada dasarnya penyimpangan dari apa yang tertera dalam kode etik dan kaidah dan tatalaku profesi IAI tidak
ada sanksi hukumnya, yang ada adalah sanksi organisasi yaitu berupa teguran lisan, teguran tertulis,
penonaktifan sebagai anggota dan yang paling berat adalah dikeluarkan dari keanggotaan IAI. Sanksi yang di
berikan oleh organisasi (IAI) ini akan berdampak pada profesi dan psikologis bagi anggota yang terkena sanksi ,
bahkan kemungkinan tidak mendapatkan pekerjaan sebagai profesi arsitek, namun apabila pelanggaran ini
menyangkut hukum terkait dengan pelanggaran undang-undang, peraturan pemerintahan dan lain sebagainya
maka penyelesaiannya lewat pengadilan.
LETAK GEOGRAFIS GEDUNG UNIKOM

UNIKOM berada di Jl. Dipatiukur no 114-116


Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Dipatiukur
merupakan kawasan komersial sesuai dengan
peruntukan RTRW kota bandung. Tetapi ada juga
kawasan pendidikan seperti pada UNIKOM,ITHB,
dan UNPAD.
SPESIFIKASI GEDUNG UNIKOM

Luas lahan :
Luas bangunan :
Jumlah lantai : 15 lantai
Jumlah basement : 3 basement
Fungsi bangunan : Sarana pendidikan (kampus)
Fasilitas bangunan : Lab komputer, kelas, studio gambar, auditorium, perpustakaan, parkir basement, ruang
server, kantin, musholla dan lain sebagainya.
PERATURAN DAN STANDAR YANG TIDAK
DIPENUHI OLEH GEDUNG UNIKOM

Peraturan yang tidak dipenuhi,mencangkup peraturan standar maupun peraturan administratif yang dikeluarkan
oleh pemerintah setempat. Adapun peraturan dan standar yaitu bersumber pada :
1. Standar Nasional Indonesia
2. Peraturan Pemerintah (Perpres, Permen, Pergub, Perwalkot, dan lain-lain)
KDB, KLB & GSB

KDB (Kofisien Dasar Bangunan) adalah nilai dalam suatu presentase yang menunjukkan luas tapak yang
dapat dibangun.
KLB (Kofisien Luas Bangunan) merupakan perbandingan antara luas total bangunan dibandingkan dengan
luas lahan.
GSB (Garis Sempadan Bangunan) adalah suatu aturan oleh pemerintah daerah setempat yang mengatur
batasan lahan yang boleh dan tidak boleh dibangun.
KETERANGAN :

1. KDB
2. KLB
3. Tinggi Bangunan
4. Luas (Ha)
PERATURAN PEMERINTAH YANG TIDAK
DIPENUHI PADA GEDUNG UNIKOM

Diketahui :

Luas Lahan Unikom : 2205 m2


Luas Lantai Dasar : 2057 m2
KDB : 40 %
Luas Dasar Bangunan yang harus dibangun 882m2
Tapak yang dibangun sebesar 93%
Diketahui :

Luas Lahan Unikom : 2205 m2


KLB : 0,8
Luas Total Lantai yang boleh terbangun : 1.764 m2
Jumlah Tinggi Lantai Bangunan : 2 Lantai
STANDAR YANG TIDAK DIPENUHI PADA
GEDUNG UNIKOM

- Basement
- Sistem Kebakaran
- Tangga Darurat
- Fasilitas Difabel atau Penyandang Disabilitas
- Signage
- Green Building
BASEMENT

Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang keseluruhan atau sebagian terletak di bawah
tanah. Basement adalah ruang bawah tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung yang dibuat sebagai tempat
untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang semakin padat dan mahal. Basement pada bangunan gedung biasanya
digunkan sebagai tempat utilitas dan pelataran kendaraan.
BASEMENT
PEDOMAN PERENCANAAN DAN PENGOPERASIAN FASILITAS PARKIR DIREKTORAT BINA SISTEM
LALU LINTAS ANGKUTAN KOTA DAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

Besarnya tanjakan ramp pada buku pedoman Direktorat Bina


Ramp kendaraan pada alur sirkulasi masuk dan
Sistem Lalu lintas adalah 15% dan bisa diterapkan sampai 20% (
keluar gedung unikom sangat curam, tidak sesuai
1:7 -1:9 ) dan bila digunkan oleh penajalan kaki untuk naik dan
dengan standar
turan tidak boleh lebih dari 10%
BASEMENT
PEDOMAN PERENCANAAN DAN PENGOPERASIAN FASILITAS PARKIR DIREKTORAT BINA SISTEM
LALU LINTAS ANGKUTAN KOTA DAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

Ramp kendaraan pada sirkulasi masuk dan keluar kendaraan harus


Ramp kendaraan pada alur sirkulasi keluar gedung
bebas hambatan dari struktur yang dapat mengganggu alur
unikom tidak sesuai dengan standar karena terdapat
sirkulasi kendaraan, karena sangat berbahaya jika terjadi
Kolom yang berada di tengah-tengah ramp
kecelakaan
BASEMENT
PEDOMAN PERENCANAAN DAN PENGOPERASIAN FASILITAS PARKIR DIREKTORAT BINA SISTEM LALU
LINTAS ANGKUTAN KOTA DAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

Untuk lebar ramp satu arah cukup disediakan lebar jalur 3,5 m dan untuk dua
Radius dan lebar ramp kendaraan pada alur sirkulasi gedung
arah sebesar 6,5 m. Untuk radius minimal ramp berbentuk lingkaran helikal
Unikom tidan sesuai dengan standar karena mempunyai
adalah 9,7 m. Radius yang disarankan adalah 10,5 11,5 m/ sedangkan lebar
belokan yang curam saat naik dan turun
jalur pada ramp helikal adalah 4,2- 5,4 m.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 26/PRT/M/2008

Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan
sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem
proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya
kebakaran.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
(SNI 03-1735- 2000)
Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung.

Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan
penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat
ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan.

Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian
kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang
kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam khusus.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 26/PRT/M/2008
PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN

Gedung unikom hanya mempunyai 1 tangga kebakaran Pada peraturan mentri pekerjaan umum, bangunan yang memiliki luas
yang terletak didekat lift lantai lebih dari 2000m2 minimal mempunyai 2 tangga kebakaran. Luas
lantai bangunan unikom adalah 2057
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
(SNI 03-1735- 2000)
TATA CARA PERENCANAAN AKSES BANGUNAN DAN AKSES LINGKUNGAN UNTUK PENCEGAHAN
BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG.

Pada bangunan unikom ini akses untuk penyelamatan dan akses Pada SNI 03-1735- 2000 bangunan gedung mempunyai standar
pemadam kebakaran tidak sesuai standar yang ditentukan komponen saf kebakaran
FASILITAS DIFABEL ATAU PENYANDANG DISABILITAS

APA ITU DIFABEL DAN DISABILITAS?

Menurut WHO (World Health Organization), difabel adalah suatu kehilangan atau ketidaknormalan baik itu yang
bersifat fisiologis, psikologis maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis.

Menurut Konveksi Hak Penyandang Disabilitas/CRPD, disabilitas adalah ketidakseimbangan interaksi antara kondisi
biologis dan lingkungan sosial.
FASILITAS DIFABEL ATAU PENYANDANG DISABILITAS
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016, Tentang Penyandang Disabilitas
Standar Aksesibilitas Bangunan Gedung, Fasilitas dan Lingkungan bagi Penyandang Disabilitas
Standar aksesibilitas bangunan gedung, fasilitas dan lingkungan termasuk detil ukuran dan penerapannya diatur melalui
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 30 Tahun 2006.
Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi semua orang termasuk penyandang disabilitas dan lansia guna mewujudkan
kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi:
- Ukuran dasar ruang - Ram - Wastafel
- Jalur pedestrian - Tangga - Telepon
- Jalur pemandu - Lift - Perlengkapan dan Peralatan Kontrol
- Area parkir - Lift tangga - Perabot
- Pintu - Toilet - Rambu dan Marka
Prinsipnya setiap bangunan gedung, fasilitas dan lingkungan wajib memenuhi 4 azas fasilitas dan aksesibilitas, yaitu:
- Keselamatan
- Kemudahan
- Kegunaan
- Kemandirian
RAMP

Ramp merupakan alternatif rute/jalan yang di pakai sebagai akses penyandang bagi orang cacat, lansia, dan
orang-orang yang tidak bisa menggunakan tangga sehingga mudah untuk naik ketempat yang lebih tinggi.

Aksesibilitas Pada Gedung UNIKOM Standar Aksesibilitas Bangunan Gedung


Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk
awalan atau akhiran ramp (curb ramps/landing) Sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan
maksimum 6.
Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7) tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan
kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman, dan 120 cm dengan tepi pengaman.

LANTAI RAMP
Berikut ini contoh penutup lantai yang dipakai pada lantai ramp, baik di dalam maupun di luar bangunan :

Material penutup Lantai


ELEVATOR ATAU LIFT
Elevator atau lift merupakan alat transportasi vertikal yang sangat dibutuhkan terutama pada bangunan gedung
bertingkat tinggi, untuk membawa orang atau barang dari atas ke bawah atau sebaliknya.

Fasilitas Pada Gedung UNIKOM Standar Fasilitas Bangunan Gedung

Ukuran ruang lift harus dapat memuat pengguna kursi roda, mulai dari masuk melewati pintu lift, gerakan memutar,
menjangkau panel tombol dan keluar melewati pintu lift. Ukuran bersih minimal ruang lift adalah 140cm x 140cm.
Ruang lift harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) menerus pada ketiga sisinya.
TOILET
Toilet umum adalah sebuah ruangan yang dirancang khusus lengkapd engan kloset, persedian air bersih dan perlengkapan
lain yang bersih, aman, dan higienis. Dimana masyarakat di tempat-tempat domestik, komersial maupun publik dapat
membuang hajat serta memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan psikologis lainnya

Fasilitas Pada Gedung UNIKOM Standar Fasilitas Bangunan Gedung

Ukuran minimum ruangan 167 cm x 183 cm,


Ketinggian wastafel 76 cm, dan ruangan bebas sekitar wastafel 120 cm, tersedia handbar disamping wastafel.
Ruang sirkulasi toilet 122 cm x 142 cm
Ruang untuk urinoir 91.1 cm, ketinggian maksimum untuk orang dewasa 43 cm dan untuk anak-anak 35.6 cm.
SIGNAGE
GREEN BUILDING
PERWALKOT BANDUNG NOMOR 1023 TAHUN 2016 TENTANG BANGUNAN GEDUNG
HIJAU

Tujuan dari perwalkot 1023 :


- Pengaturan bangunan gedung hijau ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemohon maupun aparat pelaksana dalam
memenuhi persyaratan bangunan gedung hijau.
- Pengaturan bangunan gedung hijau bertujuan mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung untuk menghemat, menjaga
dan menggunakan sumber daya secara efisien.

Bangunan yang masuk kedalam peraturan green building :


- Bangunan gedung baru atau penambahan bangunan gedung, dengan luasan paling sedikit 5.000 m (lima ribu meter
persegi) termasuk di dalamnya ruang bawah tanah
- Bangunan gedung baru, dengan luasan kurang dari 5.000 m (lima ribu meter persegi) termasuk dalamnya ruang
bawah tanah.
GREEN BUILDING
PERWALKOT BANDUNG NOMOR 1023 TAHUN 2016 TENTANG BANGUNAN GEDUNG
HIJAU

Sistem Pencahayaan Bangunan Peraturan yang tertera pada Perwalkot


1.) Persyaratan sistem pencahayaan pada bangunan gedung
hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c, harus
mengoptimalkan penggunaan pencahayaan alami.
2.) Pencahayaan alami sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa jendela pada bangunan dengan fungsi perkantoran,
pendidikan, ruang lobi atau fungsi yang serupa

Pencahayaan pada ruang kelas dan studio. Hanya


mengandalkan pencahayaan buatan.
GREEN BUILDING
PERWALKOT BANDUNG NOMOR 1023 TAHUN 2016 TENTANG BANGUNAN GEDUNG
HIJAU

Penyediaan Lahan parkir sepeda Peraturan yang tertera pada Perwalkot

Pasal 36
1.) Penyediaan fasilitas sarana parkir sepeda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b,
diperhitungkan dengan perbandingan setiap 25 (dua
puluh lima) parkir mobil wajib menyediakan paling
sedikit 1 (satu) tempat parkir sepeda.

Tidak adanya parkiran untuk sepeda di semua parkiran


UNIKOM.
GREEN BUILDING
PERWALKOT BANDUNG NOMOR 1023 TAHUN 2016 TENTANG BANGUNAN GEDUNG
HIJAU

Penyediaan ventilasi udara Peraturan yang tertera pada Perwalkot

Pasal 27
Sistem ventilasi mekanis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 huruf a, digunakan jika ventilasi
alami tidak memungkinkan
Dalam hal ventilasi mekanis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digunakan pada daerah
perimeter, maka harus disediakan jendela yang
dapat dibuka dengan luasan paling sedikit 5%
Tidak ada ventilasi mekanis, yaitu berupa jendela untuk (lima perseratus) dari luas ruangan tersebut.
sirkulasi udara
KESIMPULAN

Suatu rancangan yang baik dan benar akan dapat berdiri kokoh jika mentaati
peraturan yang telah berlaku di daerah tersebut. Disamping itu terdapat peran
penting seorang arsitek yang harus mentaati kode etik yang sudah ditentukan oleh
profesi tersebut. Karena, suatu rancangan seorang arsitek akan berdampak pada
kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan disekitarnya. Jangan sampai
rancangan yang telah dibuat oleh arsitek itu menjadi preseden yang tidak sesuai
dengan standar dan peraturan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai