Anda di halaman 1dari 25

BAB II

SEJARAH STADION
2.1. Sejarah Stadion

Stadion berasal dari kata Yunani "stadia" yang merupakan arena pacuan kuda dengan
bentuk memanjang dan di ujung nya berbentuk huruf U. Dengan ukuran panjang lintasan yaitu
antara 180-200m. Stadion tertua yang diketahui adalah di Olympia, di barat Peloponnese,
Yunani, di mana Olimpiade kuno diadakan sejak 776 SM. Awalnya pertandingan hanya terdiri
dari olahraga yaitu lari sprint sepanjang lintasan lari stadion. Oleh karena itu panjang stadion
Olympia di Yunani telah dijadikan patokan sebagai ukuran jarak (sekitar 190 meter atau 210
kaki). Stadion Yunani dan Romawi telah ditemukan di sejumlah kota-kota kuno, mungkin yang
paling terkenal adalah di Stadion Domitianus, di Roma, Italia.

Stadion tertua yang diketahui adalah di Olympia, di barat Peloponnese

Abad 19
Perkembangan stadion di abad ke 19, stadion merupakan jenis bangunan yang terlihat
setelah revolusi industri. adanya permintaan dari masyarakat untuk dapat menonton
pertandingan secara langsung namun tidak di dukung dengan kapasitas stadion, maka dari itu
dikembangkan teknologi struktur yang baru untuk memfasilitasi pembangunan stadion agar
lebih besar. selain itu adanya dorongan untuk melaksanakan kembali olimpiade pada akhir abad
ke 19. atas dorongan dari Baron Pierre e coubertien, kongres pertemuan ini dilaksanakan pada
tahun 1894, yang bertujuan untuk melkasanakan kembali olimpiade modern yang sedang di
pentaskan di Athena. Untuk tujuan ini seorang arsitek beserta arkeolog dari jerman, menggali
kembali stadion kuno yang dibangun 331 masehi silam. Dan membangun kembali dengan
bentuk memanjang U-shape dengan kapasitas 50.000 penonton. Setelah itu, Olimpiade
diadakan setiap empat tahun, kecuali ketika terganggu perang

Pada tahun 1908 permainan sepak bola diadakan di london, White City stadion dibangun
oleh seorang arsitek James Fulton. Stadion ini dibangun dengan kapasitas lebih dari 80.000
penonton dan dirancang fungsional untuk beberapa lintasan olahraga yang tujuannya untuk
olimpiade modern. Stadion ini merupakan stadion pertama yang menggunakan struktur baja.
Stadion ini menampung banyak olahraga individu di sekeliling lintasan lari, dengan ini
kemudian sejumlah cabang olahraga Olimpiade membuat arena yang lebih kecil. Dalam
beberapa tahun kemudian WhiteCity stadion menjadi terabaikan dan akhirnya dihancurkan
pada tahun 1980 karena semakin terabaikan.

White City Stadium London, Inggris

Pada tahun 1936 kota Berlin akhirnya menjadi tuan rumah pertandingan Olimpiade.
pada saat itu Nazi baru saja berkuasa, dan menggunakan kesempatan ini untuk kembali
memperpanjang pembangunan stadion yang mulai dibangun pada tahun 1913 dengan kapasitas
110.000 penonton. Sayangnya stadion Berlin ini tidak hanya digunakan untuk fungsi-fungsi
olahraga, tetapi digunakan juga untuk demontrasi politik massa.
Stadion Berlin Jerman (1950)

Stadion Berlin Jerman (2000) Tribun sudah menggunakan atap.

Abad 20
Perkembangan stadion di abad 20, diikuti dengan adanya lapangan sepakbola, lintasan
lari, dan area olahraga lainnya mengikuti perkembangan jumlah cabang olahraga yang
dilombakan dalam olimpiade berskala dunia. Dengan mengikutsertakan beberapa cabang
olahraga, maka stadion olimpiade menambahkan standar lapangan dengan penambahan lintasan
lari sprint, lintasan lompat jauh, lintasan lompat jangkit, lintasan lompat galah, lintasan lompat
tinggi, area tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram, dan lainnya.
(John, Sherard dan Vickery,2007:11)
Rome Olympic Stadium Roma,Italy

2.2 Sejarah Sepak Bola

Menurut Jezek dalam buku History of Soccer, disebutkan bahwa sejarah olahraga sepak
bola dimulai sejak abad ke-2 dan ke-3 sebelum Masehi di Tiongkok. Pada masa Dinasti
Han tersebut, masyarakat menggiring bola kulit dengan menendangnya ke jaring kecil.
Permainan serupa juga dimainkan di Jepang dengan sebutan Kemari. Di Italia, permainan
menendang dan membawa bola juga digemari terutama mulai abad ke-16 (Jezek,2006 : 2)

Sepak bola modern mulai berkembang di Inggris dengan menetapkan peraturan-


peraturan dasar dan menjadi sangat digemari oleh banyak kalangan. Di beberapa kompetisi,
permainan ini menimbulkan banyak kekerasan selama pertandingan sehingga akhirnya Raja
Edward III melarang olahraga ini dimainkan pada tahun 1365. Raja James I dari Skotlandia juga
mendukung larangan untuk memainkan sepak bola. Pada tahun 1815, sebuah perkembangan
besar menyebabkan sepak bola menjadi terkenal di
lingkunganuniversitas dan sekolah. Kelahiran sepak bola modern terjadi di Freemasons Tavern
pada tahun 1863 ketika 11 sekolah dan klub berkumpul dan merumuskan aturan baku untuk
permainan tersebut. Bersamaan dengan itu, terjadi pemisahan yang jelas antara
olahraga rugby dengan sepak bola
Pada tahun 1815, sebuah perkembangan besar menyebabkan sepak bola menjadi
terkenal di lingkunganuniversitas dan sekolah. Kelahiran sepak bola modern terjadi di
Freemasons Tavern pada tahun 1863 ketika 11 sekolah dan klub berkumpul dan merumuskan
aturan baku untuk permainan tersebut. Bersamaan dengan itu, terjadi pemisahan yang jelas
antara olahraga rugby dengan sepak bola (soccer). Pada tahun 1869, membawa bola dengan
tangan mulai dilarang dalam sepak bola. Selama tahun 1800-an, olahraga tersebut dibawa
oleh pelaut, pedagang, dan tentara Inggris ke berbagai belahan dunia. Pada tahun 1904, asosiasi
tertinggi sepak bola dunia (FIFA) dibentuk dan pada awal tahun 1900-an, berbagai kompetisi
dimainkan diberbagai negara.

2.2.1 Sejarah Sepak Bola Indonesia

Sebelum PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) lahir di Indonesia sudah ada
beberapa organisasi sepakbola yang dikelola dengan baik. Pada tahun 1902 organisasi tersebut
dikelola atas prakarsa seorang pedagang yang bernama H.M. Djen di Surabaya. Di Jakarta juga
terdapat organisasi bernama VIJ. Di Surakarta (VVB), di Bandung BIVB, di Yogyakarta PSIM,
di Madiun MVB, dan lain-lainnya. Selanjutnya berdiri JVB (Jawa Voetbal Bond) di Solo, dan
Indonesisch Voetball Bond (IVB) yang berdiri di Surabaya.Kemudian Pada tanggal 19 April
1930, diadakan pertemuan yang diikuti oleh Soekadi (Jakarta), Mr. Syamsuddin (Bandung), M
Wijardjo (Magelang), M.Dharsono (Madiun), M. Pamoedji (Surabaya), Soeronto, Soedaryo
Tjorosisworo dan Sutarman (Surakarta), H.A. Hamid, Daslam dan Amir Notopranoto
(Yogyakarta), termasuk Ir. Suratin, Soetjitro dari Yogyakarta dan E.A. Mangindaan seorang
siswa HKS dari Magelang. Setelah melalui berbagai pertemuan akhirnya disepakati berdirinya
organisasi induk yang diberi nama Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang
berkedudukan di Yogyakarta.

Pada tahun 1938 walau masih memakai nama Hindia Belanda, Indonesia merupakan
bangsa Asia pertama yang ikut Piala Dunia tahun 1938, walaupun langsung tersingkir di
pertandingan pertama. Hindia Belanda Kalah 6-0 melawan Timnas Hungaria. Tahun 1949
pemerintah Indonesia menetapkan nama PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia), dan
memperkenalkan kejuaraan nasional pertama tahun 1951yang dijuarai oleh kesebelasan
Persebaya Surabaya.
Debut internasional PSSI terjadi pada Asian Games di New Delhi India, tetapi Indonesia
kalah dari India, Afganistan, Burma dan Iran. Kemenangan pertama ti nas Indonesia diraih
ketika mengalahkan Singapura Selection 4-1 di Singapura sepulang dari India. Selanjutnya pada
tahun 1953, Indonesia mengalahkan Hongkong 4-1 dan Filipina 5-0 serta kalah 0-2 dari
Yugoslavia dalam pertandingan persahabatan.
Permainan timnas Indonesia makin siap menjelang pertandingan Olimpiade tahun 1956.
Indonesia menuju babak final Olimpiade di Melbourne Australia dan membuat kejutan saat
menahan imbang Rusia 0-0, walaupun akhirnya dikalahan 0-4 dalam partai ulangan. Salah satu
saksi sejarah pertandingan itu adalah kiper legendaris timnas Rusia Lev Yashin yang dijuluki
The Black Spider . Orang yang berada di balik kisah sukses tim Indonesia saat itu adalah pelatih
utama Tony Pogaknik yang berasal dari Yugoslavia.

Pada masa kepengurusan H. Bardosono diselenggarakan pertemuan para pembina klub-


klub sepakbola untuk merintis berdirinya sepakbola profesional. T.D.Pardede, tokoh sepakbola
Sumatera Utara yang sudah memulai semacam organisasi sepakbola profesional dengan
menghimpun sejumlah pemain nasional menjadi pelopor bersama sejumlah pemilik klub lain
.Seperti Benny Moelyono (Warna Agung), Charlie Pelepessy (I M), Hoetasoit (Jayakarta) dan
lain-lainnya.

Tetapi setelah masa kepengurusan Bardosono di Kongres Luar Biasa yang


diselenggarakan di Kota Semarang membuat rencana itu tidak sesuai harapan. Kemudian Ketua
Umum yang berikutnya, yaitu Ali Sadikin, mengadakan pertemuan serupa di tahun 1981 yang
kemudian menghasilkan rumusan berdirinya Liga Sepakbola Utama (Galatama) dengan
Kolumnis Kadir Yusuf sebagai ketua. Sebagai juara pertama kalinya dari kompetisi semipro ini
adalah tim Warna Agung Jakarta dengan pemain bintang mereka Ronny Pattinasarani.

Hadirnya Galatama yang semula diikuti 8(delapan) klub, berkembang terus dan
meramaikan putaran kompetisi nasional yang selama itu pelaksanaanya kurang teratur. Tapi
hadirnya Galatama menimbulkan masalah baru, bahkan perserikatan menganggap kehadiran
Galatama sebagai hal yang tidak menyenangkan, yang terlalu dimanjakan. Hal ini berlainan
seperti yang diharapkan oleh PSSI, dimana bertujuan meningkatkan prestasi dengan
memperbanyak jumlah pertandingan yang diselenggarakan. Dalam KLB PSSI dan Kongres
PSSI ke-28, Galatama menjadi anggota penuh PSSI dan kedudukan setiap klub sama dengan
perserikatan. Namun otonominya yang dianggap berlebihan sudah terhapus dengan adanya
kedudukan Ketua Liga dalam Pengurus Harian PSSI. Selanjutnya pada musim kompetisi tahun
1995, kompetisi perserikatan dan Galatama dilebur dalam satu kompetisi bernama Liga
Indonesia atau Divisi Utama Liga Indonesia. (Rinaldi,Natakusumah, dan Happy,2014:23)
2.2.1 Sejarah Stadion Sepak Bola di Indonesia
Stadion Gajayana Malang, Indonesia
Stadion Gajayana merupakan stadion tua warisan zaman Belanda, terletak di Kota
Malang, Jawa Timur. Stadion ini mulai dibangun pada tahun 1924 dan dibuka tahun 1926.
Kemudian pada awal 90-an stadion mengalami renovasi sehingga dapat menampung sekitar
15.000penonton. Stadion ini kedepan terus berbenah untuk menjadi stadion bertaraf
internasional dengan kembali melakukan renovasi besar-besaran pada 2006 untuk menjadikan
Stadion Gajayana menjadi stadion dengan konsep olahraga dengan bisnis dan digadangkan jadi
stadion percontohan di Indonesia. Sekarang Stadion Gajayana termasuk dalam komplek Malang
Olympic Garden. Sekarang Stadion Gajayana yang baru ini dapat menampung sekitar 35.000
penonton. Stadion ini merupakan kandang dua klub besar Indonesia, Arema Indonesia dan
Persema Malang. Namun setelah Arema Indonesia telah berpindah homebase ke Stadion
Kanjuruhan, jadilah Persema Malang klub yang menjadikan stadion ini sebagai kandangnya

Stadion Gajayana Malang - 1942

Stadion Gajayana Malang - 2012


Stadion Sriwedari Surakarta, Indonesia
Stadion Sriwedari merupakan salah satu stadion tertua di Indonesia yang menjadi stadion
tempat dilangsungkannya Pekan Olahraga Nasional (PON) I pada tanggal 9 September 1946.
Sekarang stadion ini menjadi Monumen PON I. Saat ini stadion digunakan sebagai arena
pertandingan sepak bola besar dan konser musik.
Pada tahun 1932, Sri Susuhunan Paku Buwono X dari Keraton Surakarta berinisiatif untuk
membangun sebuah stadion untuk kegiatan olahraga kerabat Karaton dan kalangan pribumi.
Stadion ini merupakan stadion pertama yang dibangun oleh bangsa Indonesia. Sedangkan
stadion-stadion lain saat itu dibangun oleh orang Belanda.
Sedangkan khusus di Soerakarta saat itu, atlet sepakbola bumiputra hanya boleh main di
lapangan Alun-alun Kidul, tanpa alas kaki. Melihat perlakuan yang tidak adil tersebut
membuat R.M.T Wongsanegoro mengusulkan kepada Raja Surakarta untuk membangun
Stadion yang dikhususkan menampung atlit bumiputra. Kemudian Raja yang berkuasa sejak
tahun bedirinya klub Rood-Wit itu langsung setuju, orang nomor satu yang terkenal sangat
menaruh perhatian terhadap sepakbola ini memberikan lokasi di Kebun Suwung (Kelurahan
Sriwedari).

Stadion Sriwedari Surakarta - 1946


Perencana stadion dipercayakan kepada Mr. Zeylman dengan menghabiskan biaya
sebesar 30000 gulden, dan pelaksa pembangunan sendiri dilakukan oleh R. Ng.
Tjondrodiprojo beserta 100 pekerjanya selama 8 bulan. Stadion yang berbentuk oval dan
dilengkapi dengan trek untuk bermain atletik dan lampu sorot di setiap sudut ini selesai pada
tahun 1933.
Peresmian Stadion Sriwedari dilakukan oleh G.P.H Hargopalar atas nama Sri Susuhunan.
Bangsa Belanda meminta agar bisa menggunakan stadion megah tersebut. Akhirnya terpaksa
Persis Solo dan anggotanya hanya bisa menggunakan stadion tersebut pagi dan sore dan
malam menjadi hak Voetbal Bond Soerakarta (Klub Sepakbola Belanda).
Untuk selanjutnya, stadion tersebut pada tanggal 9-12 September 1948 juga dijadikan
sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama. Dan sampai sekarang setiap
tanggal 9 September juga dijadikan sebagai hari olahraga Indonesia. Di masa pemerintahan
Orde Baru, stadion ini juga dijadikan sebagai monumen PON Pertama.
Setelah meninggalnya Raden Maladi pada tanggal 30 April 2001, maka Stadion Sriwedari
berganti nama menjadi Stadion R.Maladi. Hal ini untuk menghormati jasa sang pahlawan
yang juga pernah menjadi Ketua Umum PSSI (1950-1959). Selain itu sosok Raden Maladi
juga tidak bisa dipisahkan dengan kota Surakarta karena beliau lahir di Surakarta pada
tanggal 30 Agustus 1912. Walaupun ketika menjadi penjaga gawang tangguh karirnya
banyak dihabiskan di klub PSIM Mataram, mantan Menteri Penerangan (1959-1962) dan
mantan Menpora (1964-1966) ini sangatlah berjasa juga dalam persepakbolaan Surakarta.

Stadion Ikada
Lapangan Ikada merupakan salah satu tempat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada
masanya, 19 September 1945, Presiden RI Soekarno disapa Bung Karno pernah
menggelar rapat raksasa. Namun, bagaimana sebuah lapangan luas dapat menjadi sebuah
stadion? Perjalanannya dimulai ketika Jakarta ditetapkan untuk menjadi tuan rumah PON
(Pekan Olahraga Nasional) II/1951 yang diselenggarakan pada 21-28 Oktober 1951. Tanggal
18 Juli 1951 merupakan hari yang bersejarah bagi Stadion Ikada. Pada tanggal tersebut
dilaksanakan semacam peletakan batu pertama untuk pendirian sebuah stadion. Penggalian
pertama dilakukan oleh Dr. Halim selaku pengurus besar panitia PON.
Pemborong stadion ini ialah NV Volkers Aannemersbureau dengan anggaran lebih dari Rp 1
juta. Menurut rencana, stadion ini akan membangun tempat bagi 30 ribu penonton dan
meliputi luas lebih dari 15 ribu meter persegi.
Dalam perkembangannya, stadion ini dinamakan Stadion Ikada. Namun, Ikada di sini
hanyalah sebuah nama atau istilah dan bukannya singkatan sebagaimana awalnya karena
nama tersebut mengandung arti sejarah yang besar bagi bangsa Indonesia
Pada awal November 1962 itulah Stadion Ikada dibongkar. Menurut kabar, material-material
yang masih bermanfaat dialihkan untuk stadion di Solo (Jawa Tengah) dan Kotabaru (Irian
Barat).
Stadion Ikada - 1955
BAB II
SEJARAH STADION
2.1. Sejarah Stadion

Stadion berasal dari kata Yunani "stadia" yang merupakan arena pacuan kuda dengan
bentuk memanjang dan di ujung nya berbentuk huruf U. Dengan ukuran panjang lintasan yaitu
antara 180-200m. Stadion tertua yang diketahui adalah di Olympia, di barat Peloponnese,
Yunani, di mana Olimpiade kuno diadakan sejak 776 SM. Awalnya pertandingan hanya terdiri
dari olahraga yaitu lari sprint sepanjang lintasan lari stadion. Oleh karena itu panjang stadion
Olympia di Yunani telah dijadikan patokan sebagai ukuran jarak (sekitar 190 meter atau 210
kaki). Stadion Yunani dan Romawi telah ditemukan di sejumlah kota-kota kuno, mungkin yang
paling terkenal adalah di Stadion Domitianus, di Roma, Italia.

Stadion tertua yang diketahui adalah di Olympia, di barat Peloponnese


http://www.wikiwand.com/no/Panathenske_stadion

Abad 19
Perkembangan stadion di abad ke 19, stadion merupakan jenis bangunan yang terlihat
setelah revolusi industri. adanya permintaan dari masyarakat untuk dapat menonton
pertandingan secara langsung namun tidak di dukung dengan kapasitas stadion, maka dari itu
dikembangkan teknologi struktur yang baru untuk memfasilitasi pembangunan stadion agar
lebih besar. selain itu adanya dorongan untuk melaksanakan kembali olimpiade pada akhir abad
ke 19. atas dorongan dari Baron Pierre e coubertien, kongres pertemuan ini dilaksanakan pada
tahun 1894, yang bertujuan untuk melkasanakan kembali olimpiade modern yang sedang di
pentaskan di Athena. Untuk tujuan ini seorang arsitek beserta arkeolog dari jerman, menggali
kembali stadion kuno yang dibangun 331 masehi silam. Dan membangun kembali dengan
bentuk memanjang U-shape dengan kapasitas 50.000 penonton. Setelah itu, Olimpiade
diadakan setiap empat tahun, kecuali ketika terganggu perang

Pada tahun 1908 permainan sepak bola diadakan di london, White City stadion dibangun
oleh seorang arsitek James Fulton. Stadion ini dibangun dengan kapasitas lebih dari 80.000
penonton dan dirancang fungsional untuk beberapa lintasan olahraga yang tujuannya untuk
olimpiade modern. Stadion ini merupakan stadion pertama yang menggunakan struktur baja.
Stadion ini menampung banyak olahraga individu di sekeliling lintasan lari, dengan ini
kemudian sejumlah cabang olahraga Olimpiade membuat arena yang lebih kecil. Dalam
beberapa tahun kemudian WhiteCity stadion menjadi terabaikan dan akhirnya dihancurkan
pada tahun 1980 karena semakin terabaikan.

White City Stadium London, Inggris


http://www.britainfromabove.org.uk/image/epw036466
Pada tahun 1936 kota Berlin akhirnya menjadi tuan rumah pertandingan Olimpiade.
pada saat itu Nazi baru saja berkuasa, dan menggunakan kesempatan ini untuk kembali
memperpanjang pembangunan stadion yang mulai dibangun pada tahun 1913 dengan kapasitas
110.000 penonton. Sayangnya stadion Berlin ini tidak hanya digunakan untuk fungsi-fungsi
olahraga, tetapi digunakan juga untuk demontrasi politik massa.
Stadion Berlin Jerman (1950)
http://www.bilderbuch-
berlin.net/Fotos/olympiastadion_historisch_olympiapark_schwimmstadion_298840

Stadion Berlin Jerman (2000) Tribun sudah menggunakan atap.


https://www.berlinpass.com/berlin-attractions/Olympiastadion-Berlin.html

Abad 20
Perkembangan stadion di abad 20, diikuti dengan adanya lapangan sepakbola, lintasan
lari, dan area olahraga lainnya mengikuti perkembangan jumlah cabang olahraga yang
dilombakan dalam olimpiade berskala dunia. Dengan mengikutsertakan beberapa cabang
olahraga, maka stadion olimpiade menambahkan standar lapangan dengan penambahan lintasan
lari sprint, lintasan lompat jauh, lintasan lompat jangkit, lintasan lompat galah, lintasan lompat
tinggi, area tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram, dan lainnya.
(John, Sherard dan Vickery,2007:11)

Rome Olympic Stadium Roma,Italy


http://www.keyword-suggestions.com/MTk2MCByb21lIG9seW1waWMgc3RhZGl1bQ/

Stadion Abad 21
Stadion Nasional Beijing
Pembangunan Stadion Nasional Beijing dimulai pada tanggal 24 Desember 2003. Pada
Juli 2004 , proyek ini dihentikan sementara karena perubahan desain pada stadion. Pada tanggal
27 Desember ditahun yang sama , konstruksi dilanjutkan dan selesai pada Maret 2008. Biaya
yang dikeluarkan pada pembangunan stadion ini sekitar 2.267 juta yuan Cina ( sekitar 33 juta
dolar ).
Desain keseluruhan bangunan Stadion Olimpiade Beijing banyak menggunakan bahan
kelas tinggi dan analisis halus yang membentuk bangunan modern . Desain stadion besar ini
dilakukan secara bersama-sama oleh arsitek Swiss Herzog Jacques dan Pierre de Meuron , dan
arsitek Cina Li Xinggang dan yang lainnya. Para desainer tidak melakukan perombakan secara
berlebihan pada tampilan stadion. Mereka hanya memperkuat struktur baja seluruhnya dan
membiarkan stadion berada pada penampilan yang paling alami. Bentuk stadion terlihat seperti
sarang burung besar Juga tampak agak seperti cradle bantalan harapan manusia masa depan.
Kemudian, atap yang bisa dibuka telah dihilangkan dari arena ini. Tanah pada stadion menjadi
rusak pada tanggal 24 Desember 2003, dan atas insiden ini akhirnya stadion resmi dibuka pada
tanggal 28 Juni 2008.Stadion ini meliputi area seluas sekitar 258 ribu meter2 ,yang dapat
menampung 80.000 kursi tetap dan 11.000 kursi sementara. Fasadenya dibentuk oleh frame baja
besar.

Stadion Nasional Beijing


http://sulistiawarman.blogspot.co.id/2011/03/megahnya-stadion-sarang-burung.html

Permukaan atas adalah berbentuk pelana dengan sumbu utama dari 332,3 meter dan
sumbu rintisan dari 296,4 meter. Titik tertinggi stadion adalah 68,5 meter di atas tanah dan titik
terendah adalah 42,8 meter. Bagian atas ditutupi oleh gelembung udara film semi- transparan.
Jenis bahan tahan air dan dapat membuat sinar matahari cukup untuk menembus ke dalam
stadion. Karena itu, rumput di dalamnya dapat tumbuh dengan baik.

Stadion Allianz Arena


Allianz Arena merupakan stadion sepak bola yang berlokasi di Munich, Bavaria, Jerman,
dengan kapasitas 75.024 tempat duduk. Stadion ini memilii eksterior yang dilapisi dengan panel
plastik ETFE yang bisa mengembang, dan merupakan stadion pertama di dunia dengan warna
eksterior yang bisa berubah. Terletak di 25 Werner Heisenberg-Allee, Allianz Arena merupakan
stadion terbesar ketiga di Jerman setelah Signal Iduna Park di Dortmund dan Olympiastadion di
Berlin. Dua klub sepakbola professional yaitu FC Bayern Munich dan TSV 1860 Mnchen,
telah menggunakan Allianz Arena sebagai stadion laga kandang sejak musim 2005-06. Kedua
klub sebelumnya bermarkas di Stadion Olimpiade Munich sejak 1972.
Aliianz Arena memiliki julukan Schlauchboot (perahu karet), dengan Museum Bayern
Munich, FC Bayern Erlebniswelt, terletak di dalamnya. Setelah mendapat persetujuan dari
pemerintah kota pada 16 Januari 2006, kapasitas stadion meningkat dari 69.000 menjadi 71.000
penonton. Ekspansi yang telah disetujui pada bulan Januari 2015, untuk selanjutnya
memperbesar kapasitas stadion menjadi 75.000 untuk pertandingan Bundesliga dan 70.000
untuk pertandingan Liga Champions.

Stadion Allianz Arena Jerman

https://allianz-arena.com/en/arena/webcam

Bagian eksterior stadion dibangun dari 2.874 panel udara ETFE-foil yang dijaga terus
mengembang oleh udara kering bertekanan 3,5 Pa. Dari jauh, panel tampak berwarna putih
tetapi ketika diteliti dengan seksama, terdapat sedikit titik pada panel. Saat dilihat dari dekat,
panel sebenarnya tembus pandang dengan ketebalan 0,2 mm. Setiap panel dapat menyala
dengan cahaya putih, merah, atau biru.
2.2.1 Sejarah Sepak Bola Indonesia

Sebelum PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) lahir di Indonesia sudah ada
beberapa organisasi sepakbola yang dikelola dengan baik. Pada tahun 1902 organisasi tersebut
dikelola atas prakarsa seorang pedagang yang bernama H.M. Djen di Surabaya. Di Jakarta juga
terdapat organisasi bernama VIJ. Di Surakarta (VVB), di Bandung BIVB, di Yogyakarta PSIM,
di Madiun MVB, dan lain-lainnya. Selanjutnya berdiri JVB (Jawa Voetbal Bond) di Solo, dan
Indonesisch Voetball Bond (IVB) yang berdiri di Surabaya.Kemudian Pada tanggal 19 April
1930, diadakan pertemuan yang diikuti oleh Soekadi (Jakarta), Mr. Syamsuddin (Bandung), M
Wijardjo (Magelang), M.Dharsono (Madiun), M. Pamoedji (Surabaya), Soeronto, Soedaryo
Tjorosisworo dan Sutarman (Surakarta), H.A. Hamid, Daslam dan Amir Notopranoto
(Yogyakarta), termasuk Ir. Suratin, Soetjitro dari Yogyakarta dan E.A. Mangindaan seorang
siswa HKS dari Magelang. Setelah melalui berbagai pertemuan akhirnya disepakati berdirinya
organisasi induk yang diberi nama Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang
berkedudukan di Yogyakarta.

Pada tahun 1938 walau masih memakai nama Hindia Belanda, Indonesia merupakan
bangsa Asia pertama yang ikut Piala Dunia tahun 1938, walaupun langsung tersingkir di
pertandingan pertama. Hindia Belanda Kalah 6-0 melawan Timnas Hungaria. Tahun 1949
pemerintah Indonesia menetapkan nama PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia), dan
memperkenalkan kejuaraan nasional pertama tahun 1951yang dijuarai oleh kesebelasan
Persebaya Surabaya.
Debut internasional PSSI terjadi pada Asian Games di New Delhi India, tetapi Indonesia
kalah dari India, Afganistan, Burma dan Iran. Kemenangan pertama ti nas Indonesia diraih
ketika mengalahkan Singapura Selection 4-1 di Singapura sepulang dari India. Selanjutnya pada
tahun 1953, Indonesia mengalahkan Hongkong 4-1 dan Filipina 5-0 serta kalah 0-2 dari
Yugoslavia dalam pertandingan persahabatan.
Permainan timnas Indonesia makin siap menjelang pertandingan Olimpiade tahun 1956.
Indonesia menuju babak final Olimpiade di Melbourne Australia dan membuat kejutan saat
menahan imbang Rusia 0-0, walaupun akhirnya dikalahan 0-4 dalam partai ulangan. Salah satu
saksi sejarah pertandingan itu adalah kiper legendaris timnas Rusia Lev Yashin yang dijuluki
The Black Spider . Orang yang berada di balik kisah sukses tim Indonesia saat itu adalah pelatih
utama Tony Pogaknik yang berasal dari Yugoslavia.
Pada masa kepengurusan H. Bardosono diselenggarakan pertemuan para pembina klub-
klub sepakbola untuk merintis berdirinya sepakbola profesional. T.D.Pardede, tokoh sepakbola
Sumatera Utara yang sudah memulai semacam organisasi sepakbola profesional dengan
menghimpun sejumlah pemain nasional menjadi pelopor bersama sejumlah pemilik klub lain
.Seperti Benny Moelyono (Warna Agung), Charlie Pelepessy (I M), Hoetasoit (Jayakarta) dan
lain-lainnya.

Tetapi setelah masa kepengurusan Bardosono di Kongres Luar Biasa yang


diselenggarakan di Kota Semarang membuat rencana itu tidak sesuai harapan. Kemudian Ketua
Umum yang berikutnya, yaitu Ali Sadikin, mengadakan pertemuan serupa di tahun 1981 yang
kemudian menghasilkan rumusan berdirinya Liga Sepakbola Utama (Galatama) dengan
Kolumnis Kadir Yusuf sebagai ketua. Sebagai juara pertama kalinya dari kompetisi semipro ini
adalah tim Warna Agung Jakarta dengan pemain bintang mereka Ronny Pattinasarani.

Hadirnya Galatama yang semula diikuti 8(delapan) klub, berkembang terus dan
meramaikan putaran kompetisi nasional yang selama itu pelaksanaanya kurang teratur. Tapi
hadirnya Galatama menimbulkan masalah baru, bahkan perserikatan menganggap kehadiran
Galatama sebagai hal yang tidak menyenangkan, yang terlalu dimanjakan. Hal ini berlainan
seperti yang diharapkan oleh PSSI, dimana bertujuan meningkatkan prestasi dengan
memperbanyak jumlah pertandingan yang diselenggarakan. Dalam KLB PSSI dan Kongres
PSSI ke-28, Galatama menjadi anggota penuh PSSI dan kedudukan setiap klub sama dengan
perserikatan. Namun otonominya yang dianggap berlebihan sudah terhapus dengan adanya
kedudukan Ketua Liga dalam Pengurus Harian PSSI. Selanjutnya pada musim kompetisi tahun
1995, kompetisi perserikatan dan Galatama dilebur dalam satu kompetisi bernama Liga
Indonesia atau Divisi Utama Liga Indonesia. (Rinaldi,Natakusumah, dan Happy,2014:23)

2.2.1 Sejarah Stadion Sepak Bola di Indonesia


Stadion Gajayana Malang, Indonesia
Stadion Gajayana merupakan stadion tua warisan zaman Belanda, terletak di Kota
Malang, Jawa Timur. Stadion ini mulai dibangun pada tahun 1924 dan dibuka tahun 1926.
Kemudian pada awal 90-an stadion mengalami renovasi sehingga dapat menampung sekitar
15.000penonton. Stadion ini kedepan terus berbenah untuk menjadi stadion bertaraf
internasional dengan kembali melakukan renovasi besar-besaran pada 2006 untuk menjadikan
Stadion Gajayana menjadi stadion dengan konsep olahraga dengan bisnis dan digadangkan jadi
stadion percontohan di Indonesia. Sekarang Stadion Gajayana termasuk dalam komplek Malang
Olympic Garden. Sekarang Stadion Gajayana yang baru ini dapat menampung sekitar 35.000
penonton. Stadion ini merupakan kandang dua klub besar Indonesia, Arema Indonesia dan
Persema Malang. Namun setelah Arema Indonesia telah berpindah homebase ke Stadion
Kanjuruhan, jadilah Persema Malang klub yang menjadikan stadion ini sebagai kandangnya

Stadion Gajayana Malang - 1942

Stadion Gajayana Malang - 2012


Stadion Sriwedari Surakarta, Indonesia
Stadion Sriwedari merupakan salah satu stadion tertua di Indonesia yang menjadi stadion
tempat dilangsungkannya Pekan Olahraga Nasional (PON) I pada tanggal 9 September 1946.
Sekarang stadion ini menjadi Monumen PON I. Saat ini stadion digunakan sebagai arena
pertandingan sepak bola besar dan konser musik.
Pada tahun 1932, Sri Susuhunan Paku Buwono X dari Keraton Surakarta berinisiatif untuk
membangun sebuah stadion untuk kegiatan olahraga kerabat Karaton dan kalangan pribumi.
Stadion ini merupakan stadion pertama yang dibangun oleh bangsa Indonesia. Sedangkan
stadion-stadion lain saat itu dibangun oleh orang Belanda.
Sedangkan khusus di Soerakarta saat itu, atlet sepakbola bumiputra hanya boleh main di
lapangan Alun-alun Kidul, tanpa alas kaki. Melihat perlakuan yang tidak adil tersebut
membuat R.M.T Wongsanegoro mengusulkan kepada Raja Surakarta untuk membangun
Stadion yang dikhususkan menampung atlit bumiputra. Kemudian Raja yang berkuasa sejak
tahun bedirinya klub Rood-Wit itu langsung setuju, orang nomor satu yang terkenal sangat
menaruh perhatian terhadap sepakbola ini memberikan lokasi di Kebun Suwung (Kelurahan
Sriwedari).

Stadion Sriwedari Surakarta - 1946


Perencana stadion dipercayakan kepada Mr. Zeylman dengan menghabiskan biaya
sebesar 30000 gulden, dan pelaksa pembangunan sendiri dilakukan oleh R. Ng.
Tjondrodiprojo beserta 100 pekerjanya selama 8 bulan. Stadion yang berbentuk oval dan
dilengkapi dengan trek untuk bermain atletik dan lampu sorot di setiap sudut ini selesai pada
tahun 1933.
Peresmian Stadion Sriwedari dilakukan oleh G.P.H Hargopalar atas nama Sri Susuhunan.
Bangsa Belanda meminta agar bisa menggunakan stadion megah tersebut. Akhirnya terpaksa
Persis Solo dan anggotanya hanya bisa menggunakan stadion tersebut pagi dan sore dan
malam menjadi hak Voetbal Bond Soerakarta (Klub Sepakbola Belanda).
Untuk selanjutnya, stadion tersebut pada tanggal 9-12 September 1948 juga dijadikan
sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama. Dan sampai sekarang setiap
tanggal 9 September juga dijadikan sebagai hari olahraga Indonesia. Di masa pemerintahan
Orde Baru, stadion ini juga dijadikan sebagai monumen PON Pertama.
Setelah meninggalnya Raden Maladi pada tanggal 30 April 2001, maka Stadion Sriwedari
berganti nama menjadi Stadion R.Maladi. Hal ini untuk menghormati jasa sang pahlawan
yang juga pernah menjadi Ketua Umum PSSI (1950-1959). Selain itu sosok Raden Maladi
juga tidak bisa dipisahkan dengan kota Surakarta karena beliau lahir di Surakarta pada
tanggal 30 Agustus 1912. Walaupun ketika menjadi penjaga gawang tangguh karirnya
banyak dihabiskan di klub PSIM Mataram, mantan Menteri Penerangan (1959-1962) dan
mantan Menpora (1964-1966) ini sangatlah berjasa juga dalam persepakbolaan Surakarta.

Stadion Ikada
Lapangan Ikada merupakan salah satu tempat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada
masanya, 19 September 1945, Presiden RI Soekarno disapa Bung Karno pernah
menggelar rapat raksasa. Namun, bagaimana sebuah lapangan luas dapat menjadi sebuah
stadion? Perjalanannya dimulai ketika Jakarta ditetapkan untuk menjadi tuan rumah PON
(Pekan Olahraga Nasional) II/1951 yang diselenggarakan pada 21-28 Oktober 1951. Tanggal
18 Juli 1951 merupakan hari yang bersejarah bagi Stadion Ikada. Pada tanggal tersebut
dilaksanakan semacam peletakan batu pertama untuk pendirian sebuah stadion. Penggalian
pertama dilakukan oleh Dr. Halim selaku pengurus besar panitia PON.
Pemborong stadion ini ialah NV Volkers Aannemersbureau dengan anggaran lebih dari Rp 1
juta. Menurut rencana, stadion ini akan membangun tempat bagi 30 ribu penonton dan
meliputi luas lebih dari 15 ribu meter persegi.
Dalam perkembangannya, stadion ini dinamakan Stadion Ikada. Namun, Ikada di sini
hanyalah sebuah nama atau istilah dan bukannya singkatan sebagaimana awalnya karena
nama tersebut mengandung arti sejarah yang besar bagi bangsa Indonesia
Pada awal November 1962 itulah Stadion Ikada dibongkar. Menurut kabar, material-material
yang masih bermanfaat dialihkan untuk stadion di Solo (Jawa Tengah) dan Kotabaru (Irian
Barat).
Stadion Ikada - 1955

Stadion Siliwangi
Stadion Siliwangi adalah sebuah stadion yang berada di Kota Bandung, Jawa
Barat. Stadion ini berada di Jln. Lombok Bandung, saat berdirinya memang lebih
diperuntukkan bagi pembinaan jasmani anggota Kodam III/Siliwangi. Hal tersebut
karena memang Stadion Siliwangi adalah milik Kodam III/Siliwangi, bukan milik
Pemprov Jabar atau Pemkot Bandung. Seiring belum dimilikinya stadion yang lebih
representatif di Kota Bandung untuk menggelar kegiatan olahraga yang besar, stadion
dengan kapasitas sekitar 25.000 penonton tersebut seolah identik dengan kandang Persib
Bandung
Stadion Siliwangi Bandung
http://m.galamedianews.com/injury-time/71933/stadion-siliwangi-selalu-hadirkan-sejarah-buat-
persib.html

Stadion GBK

Stadion Utama Gelora Bung Karno adalah sebuah stadion serbaguna


di Jakarta, Indonesia yang merupakan bagian dari kompleks olahraga Gelanggang
Olahraga Bung Karno. Stadion ini umumnya digunakan sebagai arena
pertandingan sepak bola tingkat internasional. Stadion ini dinamai untuk
menghormati Soekarno, Presiden pertama Indonesia, yang juga merupakan tokoh yang
mencetuskan gagasan pembangunan kompleks olahraga ini. Dalam rangka de-
Soekarnoisasi, pada masa Orde Baru, nama stadion ini diubah menjadi Stadion Utama
Senayan melalui Keppres No. 4/1984. Setelah bergulirnya
gelombang reformasi pada 1998, nama Stadion ini dikembalikan kepada namanya
semula melalui Surat Keputusan Presiden No. 7/2001.Link untuk unduh salinan Keppres
7/2001Dengan kapasitas awal sekitar 120.000 orang, stadion yang mulai dibangun pada
pertengahan tahun 1958 dan penyelesaian fase pertamanya pada kuartal ketiga 1962 ini
merupakan salah satu yang terbesar di dunia.

Menjelang Piala Asia 2007, dilakukan renovasi pada stadion yang mengurangi
kapasitas stadion menjadi 88.083 penonton. Gedung olahraga ini dibangun mulai sejak
pada tanggal 24 Agustus 1962 sebagai kelengkapan sarana dan prasarana dalam
rangka Asian Games 1962 mulai buka diresmikan sejak pada tanggal 24
Agustus 1962 yang diadakan di Jakarta.
Stadion GBK Jakarta
http://www.rebutbola.com/2016/12/21/rancangan-stadion-gbk-terbaru-untuk-asian-
games-sudah-oke-kah/

Stadion GBLA Bandung

Stadion Gelora Bandung Lautan Api berada tepat di cekungan Danau Purba Bandung
yang tanahnya mudah amblas & dibangun setinggi 5 meter dari permukaan tanah. Namun
karena lahan yang digunakan lunak, ketinggian akan turun 1,7 meter hingga ketinggiannya
menjadi 3,3 meter. Oleh karena itu, sampai tahap pelaksanaan proyek hambatan utama adalah
pengurugan tanah dan keterlambatan perizinan ke PU untuk bukaan akses tol untuk
pengangkutan material. Tanah untuk bangunan stadion adalah 24,5 hektaree, sementara kalau
dengan fasilitas pendukung lain ditargetkan 40 hektaree.

Stadion GBLA, Bandung


http://www.buruan.co/wp-content/uploads/2014/11/satdion-gbla.jpg
` Tanah eksisting untuk stadion adalah berupa sawah dengan material lempung lunak
umumnya ketebalannya 30 meter. Oleh karena itu dilakukan rekayasa teknologi tinggi kontruksi
mirip menjahit/mengobras tanah melalui alat bantu pemasangan jalur-jalur pipa PVD
(Prefabricated Vertical Drain). PVD ini dipasang dengan jarak 1,3 x 1,3 meter sedalam 20
meter.

Sebelum tanah di urug diatas tanah asli, dilakukan terlebih dahulu pemasangan lembaran
material geotextile tujuannya supaya penurunan tanah akibat konsolidasi merata. Selanjutnya
dilakukan kegiatan penjahitan dari ketebalan 5 meter pengurugan tanah, nantinya akan turun 1,7
meter sehingga stadion berada pada ketinggian 3,3 meter diatas permukaan tanah yang sekarang.
Karena teknologi ini biayanya mahal, maka hanya dilakukan pada area stadion yaitu seluas
50.000 meter persegi.

Anda mungkin juga menyukai