SEJARAH STADION
2.1. Sejarah Stadion
Stadion berasal dari kata Yunani "stadia" yang merupakan arena pacuan kuda dengan
bentuk memanjang dan di ujung nya berbentuk huruf U. Dengan ukuran panjang lintasan yaitu
antara 180-200m. Stadion tertua yang diketahui adalah di Olympia, di barat Peloponnese,
Yunani, di mana Olimpiade kuno diadakan sejak 776 SM. Awalnya pertandingan hanya terdiri
dari olahraga yaitu lari sprint sepanjang lintasan lari stadion. Oleh karena itu panjang stadion
Olympia di Yunani telah dijadikan patokan sebagai ukuran jarak (sekitar 190 meter atau 210
kaki). Stadion Yunani dan Romawi telah ditemukan di sejumlah kota-kota kuno, mungkin yang
paling terkenal adalah di Stadion Domitianus, di Roma, Italia.
Abad 19
Perkembangan stadion di abad ke 19, stadion merupakan jenis bangunan yang terlihat
setelah revolusi industri. adanya permintaan dari masyarakat untuk dapat menonton
pertandingan secara langsung namun tidak di dukung dengan kapasitas stadion, maka dari itu
dikembangkan teknologi struktur yang baru untuk memfasilitasi pembangunan stadion agar
lebih besar. selain itu adanya dorongan untuk melaksanakan kembali olimpiade pada akhir abad
ke 19. atas dorongan dari Baron Pierre e coubertien, kongres pertemuan ini dilaksanakan pada
tahun 1894, yang bertujuan untuk melkasanakan kembali olimpiade modern yang sedang di
pentaskan di Athena. Untuk tujuan ini seorang arsitek beserta arkeolog dari jerman, menggali
kembali stadion kuno yang dibangun 331 masehi silam. Dan membangun kembali dengan
bentuk memanjang U-shape dengan kapasitas 50.000 penonton. Setelah itu, Olimpiade
diadakan setiap empat tahun, kecuali ketika terganggu perang
Pada tahun 1908 permainan sepak bola diadakan di london, White City stadion dibangun
oleh seorang arsitek James Fulton. Stadion ini dibangun dengan kapasitas lebih dari 80.000
penonton dan dirancang fungsional untuk beberapa lintasan olahraga yang tujuannya untuk
olimpiade modern. Stadion ini merupakan stadion pertama yang menggunakan struktur baja.
Stadion ini menampung banyak olahraga individu di sekeliling lintasan lari, dengan ini
kemudian sejumlah cabang olahraga Olimpiade membuat arena yang lebih kecil. Dalam
beberapa tahun kemudian WhiteCity stadion menjadi terabaikan dan akhirnya dihancurkan
pada tahun 1980 karena semakin terabaikan.
Pada tahun 1936 kota Berlin akhirnya menjadi tuan rumah pertandingan Olimpiade.
pada saat itu Nazi baru saja berkuasa, dan menggunakan kesempatan ini untuk kembali
memperpanjang pembangunan stadion yang mulai dibangun pada tahun 1913 dengan kapasitas
110.000 penonton. Sayangnya stadion Berlin ini tidak hanya digunakan untuk fungsi-fungsi
olahraga, tetapi digunakan juga untuk demontrasi politik massa.
Stadion Berlin Jerman (1950)
Abad 20
Perkembangan stadion di abad 20, diikuti dengan adanya lapangan sepakbola, lintasan
lari, dan area olahraga lainnya mengikuti perkembangan jumlah cabang olahraga yang
dilombakan dalam olimpiade berskala dunia. Dengan mengikutsertakan beberapa cabang
olahraga, maka stadion olimpiade menambahkan standar lapangan dengan penambahan lintasan
lari sprint, lintasan lompat jauh, lintasan lompat jangkit, lintasan lompat galah, lintasan lompat
tinggi, area tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram, dan lainnya.
(John, Sherard dan Vickery,2007:11)
Rome Olympic Stadium Roma,Italy
Menurut Jezek dalam buku History of Soccer, disebutkan bahwa sejarah olahraga sepak
bola dimulai sejak abad ke-2 dan ke-3 sebelum Masehi di Tiongkok. Pada masa Dinasti
Han tersebut, masyarakat menggiring bola kulit dengan menendangnya ke jaring kecil.
Permainan serupa juga dimainkan di Jepang dengan sebutan Kemari. Di Italia, permainan
menendang dan membawa bola juga digemari terutama mulai abad ke-16 (Jezek,2006 : 2)
Sebelum PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) lahir di Indonesia sudah ada
beberapa organisasi sepakbola yang dikelola dengan baik. Pada tahun 1902 organisasi tersebut
dikelola atas prakarsa seorang pedagang yang bernama H.M. Djen di Surabaya. Di Jakarta juga
terdapat organisasi bernama VIJ. Di Surakarta (VVB), di Bandung BIVB, di Yogyakarta PSIM,
di Madiun MVB, dan lain-lainnya. Selanjutnya berdiri JVB (Jawa Voetbal Bond) di Solo, dan
Indonesisch Voetball Bond (IVB) yang berdiri di Surabaya.Kemudian Pada tanggal 19 April
1930, diadakan pertemuan yang diikuti oleh Soekadi (Jakarta), Mr. Syamsuddin (Bandung), M
Wijardjo (Magelang), M.Dharsono (Madiun), M. Pamoedji (Surabaya), Soeronto, Soedaryo
Tjorosisworo dan Sutarman (Surakarta), H.A. Hamid, Daslam dan Amir Notopranoto
(Yogyakarta), termasuk Ir. Suratin, Soetjitro dari Yogyakarta dan E.A. Mangindaan seorang
siswa HKS dari Magelang. Setelah melalui berbagai pertemuan akhirnya disepakati berdirinya
organisasi induk yang diberi nama Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang
berkedudukan di Yogyakarta.
Pada tahun 1938 walau masih memakai nama Hindia Belanda, Indonesia merupakan
bangsa Asia pertama yang ikut Piala Dunia tahun 1938, walaupun langsung tersingkir di
pertandingan pertama. Hindia Belanda Kalah 6-0 melawan Timnas Hungaria. Tahun 1949
pemerintah Indonesia menetapkan nama PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia), dan
memperkenalkan kejuaraan nasional pertama tahun 1951yang dijuarai oleh kesebelasan
Persebaya Surabaya.
Debut internasional PSSI terjadi pada Asian Games di New Delhi India, tetapi Indonesia
kalah dari India, Afganistan, Burma dan Iran. Kemenangan pertama ti nas Indonesia diraih
ketika mengalahkan Singapura Selection 4-1 di Singapura sepulang dari India. Selanjutnya pada
tahun 1953, Indonesia mengalahkan Hongkong 4-1 dan Filipina 5-0 serta kalah 0-2 dari
Yugoslavia dalam pertandingan persahabatan.
Permainan timnas Indonesia makin siap menjelang pertandingan Olimpiade tahun 1956.
Indonesia menuju babak final Olimpiade di Melbourne Australia dan membuat kejutan saat
menahan imbang Rusia 0-0, walaupun akhirnya dikalahan 0-4 dalam partai ulangan. Salah satu
saksi sejarah pertandingan itu adalah kiper legendaris timnas Rusia Lev Yashin yang dijuluki
The Black Spider . Orang yang berada di balik kisah sukses tim Indonesia saat itu adalah pelatih
utama Tony Pogaknik yang berasal dari Yugoslavia.
Hadirnya Galatama yang semula diikuti 8(delapan) klub, berkembang terus dan
meramaikan putaran kompetisi nasional yang selama itu pelaksanaanya kurang teratur. Tapi
hadirnya Galatama menimbulkan masalah baru, bahkan perserikatan menganggap kehadiran
Galatama sebagai hal yang tidak menyenangkan, yang terlalu dimanjakan. Hal ini berlainan
seperti yang diharapkan oleh PSSI, dimana bertujuan meningkatkan prestasi dengan
memperbanyak jumlah pertandingan yang diselenggarakan. Dalam KLB PSSI dan Kongres
PSSI ke-28, Galatama menjadi anggota penuh PSSI dan kedudukan setiap klub sama dengan
perserikatan. Namun otonominya yang dianggap berlebihan sudah terhapus dengan adanya
kedudukan Ketua Liga dalam Pengurus Harian PSSI. Selanjutnya pada musim kompetisi tahun
1995, kompetisi perserikatan dan Galatama dilebur dalam satu kompetisi bernama Liga
Indonesia atau Divisi Utama Liga Indonesia. (Rinaldi,Natakusumah, dan Happy,2014:23)
2.2.1 Sejarah Stadion Sepak Bola di Indonesia
Stadion Gajayana Malang, Indonesia
Stadion Gajayana merupakan stadion tua warisan zaman Belanda, terletak di Kota
Malang, Jawa Timur. Stadion ini mulai dibangun pada tahun 1924 dan dibuka tahun 1926.
Kemudian pada awal 90-an stadion mengalami renovasi sehingga dapat menampung sekitar
15.000penonton. Stadion ini kedepan terus berbenah untuk menjadi stadion bertaraf
internasional dengan kembali melakukan renovasi besar-besaran pada 2006 untuk menjadikan
Stadion Gajayana menjadi stadion dengan konsep olahraga dengan bisnis dan digadangkan jadi
stadion percontohan di Indonesia. Sekarang Stadion Gajayana termasuk dalam komplek Malang
Olympic Garden. Sekarang Stadion Gajayana yang baru ini dapat menampung sekitar 35.000
penonton. Stadion ini merupakan kandang dua klub besar Indonesia, Arema Indonesia dan
Persema Malang. Namun setelah Arema Indonesia telah berpindah homebase ke Stadion
Kanjuruhan, jadilah Persema Malang klub yang menjadikan stadion ini sebagai kandangnya
Stadion Ikada
Lapangan Ikada merupakan salah satu tempat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada
masanya, 19 September 1945, Presiden RI Soekarno disapa Bung Karno pernah
menggelar rapat raksasa. Namun, bagaimana sebuah lapangan luas dapat menjadi sebuah
stadion? Perjalanannya dimulai ketika Jakarta ditetapkan untuk menjadi tuan rumah PON
(Pekan Olahraga Nasional) II/1951 yang diselenggarakan pada 21-28 Oktober 1951. Tanggal
18 Juli 1951 merupakan hari yang bersejarah bagi Stadion Ikada. Pada tanggal tersebut
dilaksanakan semacam peletakan batu pertama untuk pendirian sebuah stadion. Penggalian
pertama dilakukan oleh Dr. Halim selaku pengurus besar panitia PON.
Pemborong stadion ini ialah NV Volkers Aannemersbureau dengan anggaran lebih dari Rp 1
juta. Menurut rencana, stadion ini akan membangun tempat bagi 30 ribu penonton dan
meliputi luas lebih dari 15 ribu meter persegi.
Dalam perkembangannya, stadion ini dinamakan Stadion Ikada. Namun, Ikada di sini
hanyalah sebuah nama atau istilah dan bukannya singkatan sebagaimana awalnya karena
nama tersebut mengandung arti sejarah yang besar bagi bangsa Indonesia
Pada awal November 1962 itulah Stadion Ikada dibongkar. Menurut kabar, material-material
yang masih bermanfaat dialihkan untuk stadion di Solo (Jawa Tengah) dan Kotabaru (Irian
Barat).
Stadion Ikada - 1955
BAB II
SEJARAH STADION
2.1. Sejarah Stadion
Stadion berasal dari kata Yunani "stadia" yang merupakan arena pacuan kuda dengan
bentuk memanjang dan di ujung nya berbentuk huruf U. Dengan ukuran panjang lintasan yaitu
antara 180-200m. Stadion tertua yang diketahui adalah di Olympia, di barat Peloponnese,
Yunani, di mana Olimpiade kuno diadakan sejak 776 SM. Awalnya pertandingan hanya terdiri
dari olahraga yaitu lari sprint sepanjang lintasan lari stadion. Oleh karena itu panjang stadion
Olympia di Yunani telah dijadikan patokan sebagai ukuran jarak (sekitar 190 meter atau 210
kaki). Stadion Yunani dan Romawi telah ditemukan di sejumlah kota-kota kuno, mungkin yang
paling terkenal adalah di Stadion Domitianus, di Roma, Italia.
Abad 19
Perkembangan stadion di abad ke 19, stadion merupakan jenis bangunan yang terlihat
setelah revolusi industri. adanya permintaan dari masyarakat untuk dapat menonton
pertandingan secara langsung namun tidak di dukung dengan kapasitas stadion, maka dari itu
dikembangkan teknologi struktur yang baru untuk memfasilitasi pembangunan stadion agar
lebih besar. selain itu adanya dorongan untuk melaksanakan kembali olimpiade pada akhir abad
ke 19. atas dorongan dari Baron Pierre e coubertien, kongres pertemuan ini dilaksanakan pada
tahun 1894, yang bertujuan untuk melkasanakan kembali olimpiade modern yang sedang di
pentaskan di Athena. Untuk tujuan ini seorang arsitek beserta arkeolog dari jerman, menggali
kembali stadion kuno yang dibangun 331 masehi silam. Dan membangun kembali dengan
bentuk memanjang U-shape dengan kapasitas 50.000 penonton. Setelah itu, Olimpiade
diadakan setiap empat tahun, kecuali ketika terganggu perang
Pada tahun 1908 permainan sepak bola diadakan di london, White City stadion dibangun
oleh seorang arsitek James Fulton. Stadion ini dibangun dengan kapasitas lebih dari 80.000
penonton dan dirancang fungsional untuk beberapa lintasan olahraga yang tujuannya untuk
olimpiade modern. Stadion ini merupakan stadion pertama yang menggunakan struktur baja.
Stadion ini menampung banyak olahraga individu di sekeliling lintasan lari, dengan ini
kemudian sejumlah cabang olahraga Olimpiade membuat arena yang lebih kecil. Dalam
beberapa tahun kemudian WhiteCity stadion menjadi terabaikan dan akhirnya dihancurkan
pada tahun 1980 karena semakin terabaikan.
Abad 20
Perkembangan stadion di abad 20, diikuti dengan adanya lapangan sepakbola, lintasan
lari, dan area olahraga lainnya mengikuti perkembangan jumlah cabang olahraga yang
dilombakan dalam olimpiade berskala dunia. Dengan mengikutsertakan beberapa cabang
olahraga, maka stadion olimpiade menambahkan standar lapangan dengan penambahan lintasan
lari sprint, lintasan lompat jauh, lintasan lompat jangkit, lintasan lompat galah, lintasan lompat
tinggi, area tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram, dan lainnya.
(John, Sherard dan Vickery,2007:11)
Stadion Abad 21
Stadion Nasional Beijing
Pembangunan Stadion Nasional Beijing dimulai pada tanggal 24 Desember 2003. Pada
Juli 2004 , proyek ini dihentikan sementara karena perubahan desain pada stadion. Pada tanggal
27 Desember ditahun yang sama , konstruksi dilanjutkan dan selesai pada Maret 2008. Biaya
yang dikeluarkan pada pembangunan stadion ini sekitar 2.267 juta yuan Cina ( sekitar 33 juta
dolar ).
Desain keseluruhan bangunan Stadion Olimpiade Beijing banyak menggunakan bahan
kelas tinggi dan analisis halus yang membentuk bangunan modern . Desain stadion besar ini
dilakukan secara bersama-sama oleh arsitek Swiss Herzog Jacques dan Pierre de Meuron , dan
arsitek Cina Li Xinggang dan yang lainnya. Para desainer tidak melakukan perombakan secara
berlebihan pada tampilan stadion. Mereka hanya memperkuat struktur baja seluruhnya dan
membiarkan stadion berada pada penampilan yang paling alami. Bentuk stadion terlihat seperti
sarang burung besar Juga tampak agak seperti cradle bantalan harapan manusia masa depan.
Kemudian, atap yang bisa dibuka telah dihilangkan dari arena ini. Tanah pada stadion menjadi
rusak pada tanggal 24 Desember 2003, dan atas insiden ini akhirnya stadion resmi dibuka pada
tanggal 28 Juni 2008.Stadion ini meliputi area seluas sekitar 258 ribu meter2 ,yang dapat
menampung 80.000 kursi tetap dan 11.000 kursi sementara. Fasadenya dibentuk oleh frame baja
besar.
Permukaan atas adalah berbentuk pelana dengan sumbu utama dari 332,3 meter dan
sumbu rintisan dari 296,4 meter. Titik tertinggi stadion adalah 68,5 meter di atas tanah dan titik
terendah adalah 42,8 meter. Bagian atas ditutupi oleh gelembung udara film semi- transparan.
Jenis bahan tahan air dan dapat membuat sinar matahari cukup untuk menembus ke dalam
stadion. Karena itu, rumput di dalamnya dapat tumbuh dengan baik.
https://allianz-arena.com/en/arena/webcam
Bagian eksterior stadion dibangun dari 2.874 panel udara ETFE-foil yang dijaga terus
mengembang oleh udara kering bertekanan 3,5 Pa. Dari jauh, panel tampak berwarna putih
tetapi ketika diteliti dengan seksama, terdapat sedikit titik pada panel. Saat dilihat dari dekat,
panel sebenarnya tembus pandang dengan ketebalan 0,2 mm. Setiap panel dapat menyala
dengan cahaya putih, merah, atau biru.
2.2.1 Sejarah Sepak Bola Indonesia
Sebelum PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) lahir di Indonesia sudah ada
beberapa organisasi sepakbola yang dikelola dengan baik. Pada tahun 1902 organisasi tersebut
dikelola atas prakarsa seorang pedagang yang bernama H.M. Djen di Surabaya. Di Jakarta juga
terdapat organisasi bernama VIJ. Di Surakarta (VVB), di Bandung BIVB, di Yogyakarta PSIM,
di Madiun MVB, dan lain-lainnya. Selanjutnya berdiri JVB (Jawa Voetbal Bond) di Solo, dan
Indonesisch Voetball Bond (IVB) yang berdiri di Surabaya.Kemudian Pada tanggal 19 April
1930, diadakan pertemuan yang diikuti oleh Soekadi (Jakarta), Mr. Syamsuddin (Bandung), M
Wijardjo (Magelang), M.Dharsono (Madiun), M. Pamoedji (Surabaya), Soeronto, Soedaryo
Tjorosisworo dan Sutarman (Surakarta), H.A. Hamid, Daslam dan Amir Notopranoto
(Yogyakarta), termasuk Ir. Suratin, Soetjitro dari Yogyakarta dan E.A. Mangindaan seorang
siswa HKS dari Magelang. Setelah melalui berbagai pertemuan akhirnya disepakati berdirinya
organisasi induk yang diberi nama Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang
berkedudukan di Yogyakarta.
Pada tahun 1938 walau masih memakai nama Hindia Belanda, Indonesia merupakan
bangsa Asia pertama yang ikut Piala Dunia tahun 1938, walaupun langsung tersingkir di
pertandingan pertama. Hindia Belanda Kalah 6-0 melawan Timnas Hungaria. Tahun 1949
pemerintah Indonesia menetapkan nama PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia), dan
memperkenalkan kejuaraan nasional pertama tahun 1951yang dijuarai oleh kesebelasan
Persebaya Surabaya.
Debut internasional PSSI terjadi pada Asian Games di New Delhi India, tetapi Indonesia
kalah dari India, Afganistan, Burma dan Iran. Kemenangan pertama ti nas Indonesia diraih
ketika mengalahkan Singapura Selection 4-1 di Singapura sepulang dari India. Selanjutnya pada
tahun 1953, Indonesia mengalahkan Hongkong 4-1 dan Filipina 5-0 serta kalah 0-2 dari
Yugoslavia dalam pertandingan persahabatan.
Permainan timnas Indonesia makin siap menjelang pertandingan Olimpiade tahun 1956.
Indonesia menuju babak final Olimpiade di Melbourne Australia dan membuat kejutan saat
menahan imbang Rusia 0-0, walaupun akhirnya dikalahan 0-4 dalam partai ulangan. Salah satu
saksi sejarah pertandingan itu adalah kiper legendaris timnas Rusia Lev Yashin yang dijuluki
The Black Spider . Orang yang berada di balik kisah sukses tim Indonesia saat itu adalah pelatih
utama Tony Pogaknik yang berasal dari Yugoslavia.
Pada masa kepengurusan H. Bardosono diselenggarakan pertemuan para pembina klub-
klub sepakbola untuk merintis berdirinya sepakbola profesional. T.D.Pardede, tokoh sepakbola
Sumatera Utara yang sudah memulai semacam organisasi sepakbola profesional dengan
menghimpun sejumlah pemain nasional menjadi pelopor bersama sejumlah pemilik klub lain
.Seperti Benny Moelyono (Warna Agung), Charlie Pelepessy (I M), Hoetasoit (Jayakarta) dan
lain-lainnya.
Hadirnya Galatama yang semula diikuti 8(delapan) klub, berkembang terus dan
meramaikan putaran kompetisi nasional yang selama itu pelaksanaanya kurang teratur. Tapi
hadirnya Galatama menimbulkan masalah baru, bahkan perserikatan menganggap kehadiran
Galatama sebagai hal yang tidak menyenangkan, yang terlalu dimanjakan. Hal ini berlainan
seperti yang diharapkan oleh PSSI, dimana bertujuan meningkatkan prestasi dengan
memperbanyak jumlah pertandingan yang diselenggarakan. Dalam KLB PSSI dan Kongres
PSSI ke-28, Galatama menjadi anggota penuh PSSI dan kedudukan setiap klub sama dengan
perserikatan. Namun otonominya yang dianggap berlebihan sudah terhapus dengan adanya
kedudukan Ketua Liga dalam Pengurus Harian PSSI. Selanjutnya pada musim kompetisi tahun
1995, kompetisi perserikatan dan Galatama dilebur dalam satu kompetisi bernama Liga
Indonesia atau Divisi Utama Liga Indonesia. (Rinaldi,Natakusumah, dan Happy,2014:23)
Stadion Ikada
Lapangan Ikada merupakan salah satu tempat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada
masanya, 19 September 1945, Presiden RI Soekarno disapa Bung Karno pernah
menggelar rapat raksasa. Namun, bagaimana sebuah lapangan luas dapat menjadi sebuah
stadion? Perjalanannya dimulai ketika Jakarta ditetapkan untuk menjadi tuan rumah PON
(Pekan Olahraga Nasional) II/1951 yang diselenggarakan pada 21-28 Oktober 1951. Tanggal
18 Juli 1951 merupakan hari yang bersejarah bagi Stadion Ikada. Pada tanggal tersebut
dilaksanakan semacam peletakan batu pertama untuk pendirian sebuah stadion. Penggalian
pertama dilakukan oleh Dr. Halim selaku pengurus besar panitia PON.
Pemborong stadion ini ialah NV Volkers Aannemersbureau dengan anggaran lebih dari Rp 1
juta. Menurut rencana, stadion ini akan membangun tempat bagi 30 ribu penonton dan
meliputi luas lebih dari 15 ribu meter persegi.
Dalam perkembangannya, stadion ini dinamakan Stadion Ikada. Namun, Ikada di sini
hanyalah sebuah nama atau istilah dan bukannya singkatan sebagaimana awalnya karena
nama tersebut mengandung arti sejarah yang besar bagi bangsa Indonesia
Pada awal November 1962 itulah Stadion Ikada dibongkar. Menurut kabar, material-material
yang masih bermanfaat dialihkan untuk stadion di Solo (Jawa Tengah) dan Kotabaru (Irian
Barat).
Stadion Ikada - 1955
Stadion Siliwangi
Stadion Siliwangi adalah sebuah stadion yang berada di Kota Bandung, Jawa
Barat. Stadion ini berada di Jln. Lombok Bandung, saat berdirinya memang lebih
diperuntukkan bagi pembinaan jasmani anggota Kodam III/Siliwangi. Hal tersebut
karena memang Stadion Siliwangi adalah milik Kodam III/Siliwangi, bukan milik
Pemprov Jabar atau Pemkot Bandung. Seiring belum dimilikinya stadion yang lebih
representatif di Kota Bandung untuk menggelar kegiatan olahraga yang besar, stadion
dengan kapasitas sekitar 25.000 penonton tersebut seolah identik dengan kandang Persib
Bandung
Stadion Siliwangi Bandung
http://m.galamedianews.com/injury-time/71933/stadion-siliwangi-selalu-hadirkan-sejarah-buat-
persib.html
Stadion GBK
Menjelang Piala Asia 2007, dilakukan renovasi pada stadion yang mengurangi
kapasitas stadion menjadi 88.083 penonton. Gedung olahraga ini dibangun mulai sejak
pada tanggal 24 Agustus 1962 sebagai kelengkapan sarana dan prasarana dalam
rangka Asian Games 1962 mulai buka diresmikan sejak pada tanggal 24
Agustus 1962 yang diadakan di Jakarta.
Stadion GBK Jakarta
http://www.rebutbola.com/2016/12/21/rancangan-stadion-gbk-terbaru-untuk-asian-
games-sudah-oke-kah/
Stadion Gelora Bandung Lautan Api berada tepat di cekungan Danau Purba Bandung
yang tanahnya mudah amblas & dibangun setinggi 5 meter dari permukaan tanah. Namun
karena lahan yang digunakan lunak, ketinggian akan turun 1,7 meter hingga ketinggiannya
menjadi 3,3 meter. Oleh karena itu, sampai tahap pelaksanaan proyek hambatan utama adalah
pengurugan tanah dan keterlambatan perizinan ke PU untuk bukaan akses tol untuk
pengangkutan material. Tanah untuk bangunan stadion adalah 24,5 hektaree, sementara kalau
dengan fasilitas pendukung lain ditargetkan 40 hektaree.
Sebelum tanah di urug diatas tanah asli, dilakukan terlebih dahulu pemasangan lembaran
material geotextile tujuannya supaya penurunan tanah akibat konsolidasi merata. Selanjutnya
dilakukan kegiatan penjahitan dari ketebalan 5 meter pengurugan tanah, nantinya akan turun 1,7
meter sehingga stadion berada pada ketinggian 3,3 meter diatas permukaan tanah yang sekarang.
Karena teknologi ini biayanya mahal, maka hanya dilakukan pada area stadion yaitu seluas
50.000 meter persegi.