Metabolik
RESTA AMANDA KUSUMA PUTRI
Sindrom metabolik merupakan sekelompok
kelainan metabolik baik lipid maupun non-
lipid yang merupakan faktor resiko penyakit
jantung koroner yang terdiri atas obesitas,
dislipidemia, hipertensi dan kadar glukosa
plasma abnormal, keadaan tersebut sangat
National Cholesterol Education Program
erat dengan suatu kelainan sistemik yang
Expert Panel on Detection, Evaluation dikenal sebagai resistensi insulin
and Treatment of High Bloof Cholesterol
in Adults Treatment Panel III (NCEP ATP
III) tahun 2001
Etiologi belum diketahui pastinya,
penyebab paling utama adalah
resistensi insulin.
Patofisologi Diabetes
- Hipertensi
- Dislipidemia
Perempuan Laki-Laki
Adriansyah, H. Dkk. 2014. Sindrom Metabolik : Pengertian, Epidemologi dan Kriteria Diagnosis. Jurnal Medika Vol XXX. No. 11.
Hal 739-741
Kriteria Sindrom Metabolik menurut IDF,
WHO, NCEP-ATP III
Nurhaedar Jafar. 2012. Sindrom Metabolik. Jurnal Media Gizi Masyarakat, Vol. 1, No. 2, Februari 2012: 71-78
Penatalaksanaan
Terapi farmakologik
Mengurangi asupan
lemak jenuh untuk Mengurangi asupan garam untuk
menurunkan resistensi menurunkan tekanan darah
insulin
Both metformin and TZDs enhance insulin action in the liver and suppress
endogenous glucose production. TZDs, but not metformin, also improve insulin-
mediated glucose uptake in muscle and adipose tissue.
Benefits of both drugs have also been seen in patients with NAFLD and PCOS, and
the drugs have been shown to reduce markers of inflammation and small dense
LDL.
GLYCEMIC
CONTROL
In patients with the metabolic syndrome and Type 2 diabetes, aggressive
glycemic control decreases cardiovascular risk..
Use of low dose aspirin can be recommended for patients with metabolic
syndrome, who have a high CV risk, those with overt type 2 diabetes
mellitus, or atherosclerotic cardiovascular diseases.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. Departemen Kesehatan RI: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
Kriteria Penegakan Diagnosis
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. Departemen Kesehatan RI: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
Etiologi Diabetes
Ditemukan ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies) dengan frekuensi 0,5-4%, adanya
antibodi anti-GAD (Glutamat dekarboksilase), adanya IAA (Anti-Insulin Antibody),
Tipe 1 defisiensi sekresi insulin
Obesitas, diat tinggi lemak dan rendah serat serta kurang gerak badan, sel-sel sasaran
insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal, produksi glukosa
hepatik yang berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan pankreas secara progresif
Tipe 2
IFG (Impaired Fasting Glucose) kadar gula darah puasa sekitar 100-125 mg/dl dan
Pra- IGT (Impared Glucose Tolerance) atau TGT keadaan darah seseorang berada pada
keadaan normal tapi tidak cukup tinggi dikategorikan ke dalam kondisi diabetes
Diabetes
PENATAL
AKSANA
AN
Terapi
Terapi Non-Farmakologis :
- pengaturan Diet
- olahraga
Terapi Farmakologis
Terapi Farmakologis
Terapi Kombinasi
Terapi Insulin
Sekresi insulin dikendalikan oleh tubuh untuk menstabilkan kadar gula darah
Insulin akan disekresi oleh sel B pankreas yang diinfuskan ke dalam hari melalui vena
porta dan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah
Efek kerja insulin dengan membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel,
mempengaruhi metabolisme baik karbohidrat, lipid, protein maupun mineral,
meningkatkan lipogenesis, menekan lipolisis serta meningkatkan transpor asam amino ke
dalam sel
Prinsip terapi :
- semua penderita DM 1 memerlukan insulin tapi DM 2 adanya kemungkinan
memerlukan insulin dan penderita DM yang mendapatkan nutrisi parenteral
- keadaan stress dan DM Gestasional membutuhkan terapi insulin
- gangguan fungsi ginjal atau konraindikasi terhadap OHO
Cara pemberian disediaakan dalam bentuk suntikan.
Penggolongan insulin
Terapi Hipoglikemia Oral
Gol. Sulfonilurea diabsoprsi melalui usus, setelah itu distribusinya tersebar ke seluruh
cairan ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasama terutama albumin
ES Gol. Sulfonilurea antara lain, gangguang saluran cerna dan syaraf pusat,
meningkatkan ADH, hipoglikemia pada dosis yang tidak tepat dan pada pemakaian yang
cukup lama
Interaksi Obat dapat meningkatkan resiko hipoglikemia setelah diberikat senyawa seperti,
alkohol, insulin, fenformin, sulfonamida, kloramfenikol dann klofibrat
Gol. Meglitinida dan Turunan Fenilalanin, cara kerjanya hampir sama dengan golongan
Sulfonilurea
Gol. Biguanida beberapa jarang digunakan kemabli untuk pengobatan, hanya jenis
metformin yang masih dipakai di beberapa negara karena frekuensi asidosis laktat cukup
sedikit asal dosis tidak melebihi 1700 mg/hari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan
hati
ES Gol. Giguanida muntah, kadang-kadang diare dan menyebabkan asidosis laktat
Gol. Inhibitor a-Glukosidase efektif pada penderta diet tinggi karbohidrat dan kadar
glukosa plasma puasa kurang dari 180mg/dl, dosis awalnya 50 mg lalu dinaikan secara
bertahap 150-600 mg/hari
ES Gol. Inhibitor a-Glukosidase perut kurang neak, lebih banyak flatus dan kadang-
kadang diare, bila diminum bermaan dengan gol sulfonilurea dapat terjadi hipoglikemia
yang hanya dapat diatasi dengan glukosa murni, jadi tidak dapat diatasi dengan
pemberian gula pasir