Anda di halaman 1dari 20

PATOFISIOLOGI

Hematotorak biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kecelakaan


sehingga mengalami trauma dada (toraks). Pada trauma tumpul dada,
tulang rusuk menyayat jaringan paru-paru atau arteri, menyebabkan
darah berkumpul di ruang pleura (antara pleura viseral dan parietal).
Benda tajam seperti pisau atau peluru yang menembus paru-paru,
mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau
menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini
memungkinkan masuknya darah ke dalam rongga pleura. Normalnya,
Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah
seseorang. Hemothorax tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang
berdarah didinding dada. Secara klinis pasien yang menderita
hemotorax menunjukkan distress pernafasan berat, agitasi, sianosis,
takipnea berat, takikardia dan peningkatan awal tekanan darah,
diikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung.
PENATALAKSANAAN
Kematian penderita hematotorax dapat disebabkan banyaknya
darah yang hilang dan terjadi kegagalan pernafasan, maka
perlu dilakukan penatalaksanaan sebagai berikut:
1. Pengosongan rongga pleura dari darah;
2. Menghentikan perdarahan;
3. Memperbaiki keadaan umum;
1. Resusitasi cairan.
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang
dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus
cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian pemberian darah
dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat
dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk autotranfusi, bersamaan
dengan pemberian infus dipasang pula chest tube ( WSD ).

2. Pemasangan WSD ( Water Sealed Drainage )


WSD Adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan water seal
untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura) .
3.Thoracotomy.
Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar
<1500ml, tetapi perdarahan tetap berlangsung terus.
Bila didapatkan kehilangan darah terus menerus sebanyak
200cc/jam dalam waktu 2 4 jam.
Luka tembus toraks di daerah anterior, medial dari garis
puting susu atau luka di daerah posterior, medial dari
scapula harus dipertimbangkan kemungkinan
diperlukannya torakotomi, oleh karena kemungkinan
melukai pembuluh darah besar, struktur hilus atau jantung
yang potensial menjadi tamponade jantung.
4. pemberian antibiotik, dilakukan apabila ada
infeksi sekunder
Antibiotika yang digunakan disesuaikan
dengan test kepekaan dan kultur
Apabila belum jelas kuman penyebabnya,
sedangkan keadaan penyakit gawat, maka
penderita dapat diberi broad spectrum
antibiotic, misalnya ampisilin dengan dosis
250 mg 4 x sehari.
ASKEP
Pengkajian
1. Umur : sering terjadi usia 18-30
2. Alergi terhadap obat dan makanan tertentu
3. Riwayat penyakit dulu dan sekarang
Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan: sesak nafas,nyeri,batuk-batuk,terdapat
retraksi klavikula / dada
2. Sistem kardiovaskuler: nyeri dada meningkat karena
pernafasan dan batuk seperti: takhikardia,lemah,pucat. Hb
turun atau normal,hipotensi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi
paru yang tidak maksimal ditandai dengan akumulasi
udara/cairan.
2.Infektifitas bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder
akibat nyeri dan keletihan.
3.Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan
trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder ditandai
degan pemasangan selang dada.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk
ambulasi dengan alat eksternal.
5. Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran
Mediatinum.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
trauma mekanik terpasang bullow drainage.
7. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat
masuknya organisme sekunder terhadap trauma.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola penafasan berhubungan
dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena
trauma.
tujuan: pola pernafasan efektif
Kriteria hasil:
a. memperlihatkan frekuensi pernafasan yang
efektif
b. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru
Intervensi:
a. Beri posisi yang nyaman bagi pasien
b. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin
c. Observasi fungsi pernafasan, catat frekuensi
pernafasan,dispena atau perubahan tanda-
tanda vital
2. Infektifitas bersihan jalan napas berhubungan
dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan
batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan: jalan nafas lancar/ normal
Kriteria hasil:
a. Menunjukkan batuk yang efektif
b. Tidak ada lagi penumpukan sekret disaluran
pernafasan
c. Klien merasa nyaman.
Intervensi
a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang
efektif dan mengapa terdapat penumpukan
sekret disaluran pernafasan.
b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat
pengontrolan batuk
c. Ajarkan nafas dalam dan perlahan saat duduk
setegak mungkin.
3.Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan
dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder ditandai degan pemasangan selang dada.
Tujuan : pasien menyatakan peredaan nyeri setelah
tindakan
Kriteria hasil:
a. nyeri mereda setelah dilakukan intervensi
b. Pasien menyebutkan intervensi yang dirasa efektif
c. Pasien dapat menyebutkan faktor-faktor yang
meningkatkan nyeri.
Intervensi:
Kaji skala nyeri
Ajarkan metode distraksi selama nyeri (misal:
mendengarkan lagu, menghitung gambar)
untuk mengalihkan perhatian pasien dari rasa
nyeri
Ajarkan tindakan pereda nyeri noninvasif
Beri pereda nyeri yang optimal dengan
analgesik
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
ketidakadekuatan ambulasi dengan alat eksternal
Tujuan: mengurangi cedera fisik pada pasien
Kriteria hasil:tidak mengalami cedera fisik
Intervensi:
Kaji cara berjalan pasien
Bantu dengan ambulasi dan aktifitas perawatan diri
sesuai kebutuhan kolaborasi
5. Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran
Mediastinum.
Tujuan: Memudahkan aktivitas nafas kembali teratur
Kriteria hasil: Nafas klien menjadi teratur 14-20 kali/menit
Intervensi:
1. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-
paru yang terkena kembali bisa mengembang
2. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi
maupun prosedur lainnya
3. Latihan menarik nafas dalam (spirometri insentif)
4. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma
mekanik terpasang bullow drainage.
Tujuan: mengurangi kerusakan integritas kulit pasien
Kriteria hasil:tidak ada kerusakan integritas kulit pada
pasien
Intervensi:
Perhatikan alat bullow dainage berfungsi baik,cek setiap
1-2 jam
Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang
benar
Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal
7. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat
masuknya organisme sekunder terhadap trauma.
Tujuan:mengurangi resiko terhadap infeksi
Kriteria hasil:tidak terjadi infeksi pada pasien
Intervensi:
Pantau suhu tubuh setiap 4 jam
Pantau hasil sinar X dada dan laporan jumlah darah
lengkap
Berikan anti biotik sesuai pesanan
Berikan imun globulin tetanus manusia sesuai pesanan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/104055563/Defin
isihematotorak

Anda mungkin juga menyukai