Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS MENGENAI

DAMPAK LINGKUNGAN
Oleh Kelompok 6:
Siti Miftachul Marifah (17208153043)
Handika Nur Arofik (17208153052)
Anisa Fajar Kumala (17208153064)
A. Sejarah AMDAL

Analisis mengenai dampak lingkungan atau Amdal adalah Hasil studi mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan
di Indonesia.
Sejarah AMDAL dimulai tahun 1969 di Amerika Serikat. The National Environmental Policy
Act of 1969 (NEPA 1969) diperkenalkan sebagai sebuah instrumen untuk mengendalikan dampak
segala macam kegiatan yang bisa merusak kelestarian lingkungan. Instrumen tersebut dalam bentuk
regulasi. Dalam perkembangan selanjutnya, peraturan ini diadopsi oleh banyak Negara.
Perhatian terhadap masalah lingkungan hidup di Indonesia diawali oleh seminar tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas
Padjajaran di Bandung pada tahun 1972. Para Sarjana dan ahli Indonesia sudah lama mengikuti
perkembangan masalah lingkungan, namun Pemerintah Indonesia baru mengenal masalah
lingkungan secara resmi sejak mengikuti sidang khusus PBB tentang lingkungan hidup di Stockholm
5 Juni 1972.
B. Pengertian AMDAL

Pembangunan berwawasan lingkungan pada hakekatnya dilaksanakan


untuk mewujudkan pembangunan berlanjut (sustainable development). Instrumen
untuk mencapai pembangunan berlanjut adalah Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan). Menurut PP 29/1986, yang kemudian disempurnakan dengan PP
27/1999, yang semula hanya memiliki satu model AMDAL, kemudian berkembang
dan mempunyai beberapa bentuk AMDAL.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan kajian dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan dan
digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL
yaitu aspek fisika-kimia, ekologi, sosial-ekonomi social-budaya, dan kesehatan
masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan atau
kegiatan. Kajian ini menghasilkan dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan, Analisis Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
Rencana Pemantauan Lingkungan.
AMDAL digunakan untuk beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut.
1. Referensi bagi perencanaan pembangunan wilayah.
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang bagaimana
kondisi lingkungan hidup dari rencana usaha dan atau kegiatan.
3. Memberi masukan untuk penyusunan desain teknis dari rencana
usaha dan atau kegiatan.
4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup 5 memberi informasi bagi
masyarakat atas
dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau
kegiatan.
Bentuk hasil kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL terdiri dari lima
dokumen, yaitu:
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KAANDAL).
KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta kedalaman kajian ANDAL.
Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan dampak-dampak penting yang akan dikaji secara lebih
mendalam dalam ANDAL dan batas-batas studi ANDAL, sedangkan kedalaman studi berkaitan dengan
penentuan metodologi yang akan digunakan untuk mengkaji dampak.
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL).
ANDAL adalah dokumen yang berisi telaahan secara cermat terhadap dampak penting dari suatu rencana
kegiatan.
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).
Mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta
memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan.
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
RPL adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk melihat perubahan lingkungan
yang disebabkan oleh dampak-dampak yang berasal dari rencana kegiatan.
5. Dokumen Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif adalah dokumen yang meringkas secara singkat dan jelas hasil kajian ANDAL.
C. Jenis-Jenis AMDAL

Dalam PP 51/1993, dikenal ada beberapa model AMDAL yaitu AMDAL Proyek Individual (seperti
PP 29/1986), AMDAL Kegiatan Terpadu, AMDAL Kawasan, dan AMDAL Regional.
1. Analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan terpadu/multisektor
adalah hasil kajian mengenai dampak besar dan penting usaha/kegiatan
terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dan melibatkan
berbagai instansi yang membidangi kegiatan tersebut
2. Analisis mengenai dampak lingkungan kawasan adalah AMDAL kawasan adalah hasil kajian
mengenai dampak besar dan penting usaha/kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona pengembangan wilayah/kawasan sesuai
dengan RTRW (rencana tata ruang wilayah) yang ada.
3. Analisis mengenai dampak lingkungan regional adalah AMDAL yang diperuntukan bagi rencana
kegiatan pembangunan yang sifat kegiatannya saling terkait dalam hal perencanaan dan waktu
pelaksanaan kegiatannya.
D. Prosedur AMDAL
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL.
Penapisan (screening) dalam AMDAL merupakan tahap untuk menentukan suatu rencana usaha/ kegiatan
memerlukan AMDAL atau tidak. Menurut Soemarwoto (1989), penapisan dapat dilakukan melalui dua
metode,yaitu sebagai berikut:
1. Metode satu langkah
Dengan membuat daftar berbagai proyek yang diperkirakan menimbulkan dampak penting dan proyek-
proyek yang tidak menimbulkan dampak penting.
2. Metode dua langkah
Metode ini digunakan apabila jenis kegiatan belum dapat ditentukan wajib AMDAL atau tidak dalam satu
langkah, sehingga harus melalui dua langkah.
Jenis kegiatan yang wajib AMDAL ditentukan berdasarkan hal berikut:
a. Jenis proyek
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/
atau kegiatan yang wajib AMDAL.
b. Lokasi proyek
Lokasi proyek yang berada atau berbatasan atau dapat mengubah fungsi kawasan lindung wajib
menyusun AMDAL
2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat.
Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib mengumumkan rencana
kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman
dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan.
4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL
Berdasarkan Keputusan Kepala bapedal nomor 8/2000, pemrakarsa
wajib mengumunkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam
peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan dan kemudian melakukan
konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL.
Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan lingkup permasalahan
yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan). Penyusun ANDAL, RKL,
dan RPL dilakukan dengan mengacu pada ke ANDAL yang telah disepakati (hasil
penilaian komisi AMDAL).
Komisi penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di
tingkat pusat berkedudukan di Kementrian
Lingkungan Hidup, di tingkat provinsi berkedudukan di bapedalda/instansi
pengelolaan lingkungan hidup provinsi, dan di tingkat kabupaten/kota
berkedudukan di bapedalda/instansi pengelolaan lingkungan hidup
Kabupaten/Kota.
E. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL)
Upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL) adalah
upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab
dana atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL. (Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 86 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).
Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan
seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan formulir isian yang berisi:
1. Identitas pemrakarsa
2. Rencana usaha atau kegiatan
3. Dampak lingkungan yang akan terjadi
4. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan
5. Tanda tangan dan cap
Formulir isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada instansi-instansi berikut.

1. Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup


kabupaten atau kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten
atau kota.
2. Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup
provinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu kabupaten atau kota.
3. Instansi yang bertanggung di bidang pengeloalaan lingkungan hidup dan
pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih lebih dari
satu provinsi atau lintas batas negara.

Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak


lagi diwajibkan menyusun UKL-UPL. UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan
yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan limbahnya.
F. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

ANDAL adalah kajian secara cermat dan mendalam tentang dampak


penting suatu kegiatan yang direncanakan. Dampak penting adalah
perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh
suatu kegiatan.
G. Manfaat
1. Bagi masyarakat
AMDAL
a) Masyarakat dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya sehingga dapat mempersiapkan
diri di dalam penyesuaian kehidupannya apabila diperlukan.
b) Masyarakat dapat mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek dibangun sehingga
dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat menguntungkan dirinya dan menghindarkan diri dari
kerugian-kerugian yang dapat diderita akibat adanya proyek tersebut.
c) Masyarakat dapat ikut berpartisipasi di dalam pembangunan di daerahnya sejak dari awal, khususnya
di dalam memberikan informasiinformasi ataupun ikut langsung di dalam membangun dan menjalankan
proyek
2. Bagi Pemilik Proyek
a) Proyek terhindar dari perlanggaran terhadap undang-undang atau peraturan yang berlaku.
b) Proyek terhindar dari tuduhan pelanggaran pencemaran atau perusakanlingkungan.
c) Pemilik proyek dapat melihat masalah-masalah lingkungan yang akandihadapi di masa yang akan
datang.
d) Pemilik proyek dapat mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah di masa yang akan datang
3. Bagi pemerintah
a) Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tersebur tidak rusak (khusus untuk
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui)
b) Untuk mencegah rusaknya sumberdaya alam lainnya yang berada di luar lokasi proyek baik yang dioleh
olrh proyek lain, diolah masyarakat atau yang belum diolah
c) Untuk menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran air, pencemaran udara,
kebisingan dan lain sebagainya, sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan dan keselamatan
masyarakat.
H. Pentingnya AMDAL bagi Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Tujuan dan sasaran utama AMDAL adalah untuk menjamin agar suatu
usaha atau kegiatan pembangunan dapat beroperasi secara berkelanjutan tanpa merusak dan
mengorbankan lingkungan atau dengan kata lain usaha atau kegiatan tersebut layak dari segi aspek
lingkungan. Sedangkan kegunaan AMDAL adalah sebagai bahan untuk mengambil kebijaksanaan
(misalnya perizinan) maupun sebagai pedoman dalam membuat berbagai perlakuan
penanggulangan dampak negatif.
Dalam usaha menjaga kualitas lingkungan, secara khusus AMDAL berguna dalam hal:
1. Mencegah agar potensi sumber daya alam yang dikelola tidak rusak, terutama sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui.
2. Menghindari efek samping dari pengolahan sumber daya terhadap sumber daya alam lainnya,
proyek-proyek lain dan masyarakat agar tidak timbul pertentangan-pertentangan.
3. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran sehingga tidak mengganggu
kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan masyarakat.
4. Agar diketahui manfaatnya yang berdaya guna dan berhasil guna bagi bangsa, negara dan
masyarakat.
Melalui pengkajian AMDAL, kelayakan lingkungan sebuah rencana usaha atau kegiatan
pembangunan diharapkan mampu optimal meminimalkan
kemungkinan dampak lingkungan yang negatif serta dapat memanfaatkan dan mengelola sumber
daya alam secara efesien.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai