Anda di halaman 1dari 33

POLIO

Kelompok 3
Aditya Jaka Laksana (2015710009)
Audi Cahyani (2015710034)
Hana Nisrina (2015710037)
Marisa Purwo (2015710052)
Nanda Rahmayanti (2015710003)
Rika Safitriana (2015710029)
SKENARIO
Tahun 1980an ditemukan kasus-kasus cacat pada anak
dengan tanda kaki membentuk huruf O atau X
dipedesaan. Setelah penyelidikan epidemiologi dan
pemeriksaan DNA diketahu virus liar telah menular ke
sekelompok anak tersebut. Seorang dari 200 anak yang
terinfeksi virus akan mengalami gejala, terutama
kelumpuhan. Seorang dari 10 anak yang mengalami
gejala akan meninggal. Oral polio vaccine dibutuhkan
untuk menekan case fatality rate penyakit tersebut.
Penyakit ini termasuk kedalam Expended program on
immunization dan menentukan universal coverage on
immunitation. Penyakit ini akan dapat diatasi bahkan
mungkin menghilang jika terdapat herd immunity.
KATA SULIT

Vaksin Polio Oral


Virus polio liar
(OPV)

Case fatality rate Herdimmunity


KATA KUNCI

Anak

Tanda Kaki

Kelumpuhan
MIND MAPPING
Tujuan Belajar
1. Dapat memahami kata sulit
2. Dapat memaparkan kata kunci
3. Dapat mengetahui definisi polio
4. Dapat mengetahui faktor penyebab
5. Dapat mengetahui riwayat alamiah
6. Dapat mengetahui faktor risiko
7. Dapat mengetahui jenis jenis polio
8. Dapat mengetahui epidemiologi polio
9. Dapat mengetahui frekuensi penyakit polio
10. Dapat mengetahui program pemerintah
HASIL BELAJAR
PEMBAHASAN

Poliomyelietis adalah penyakit menular, disebabkan oleh


infeksi virus polio, terutama menyerang pada anak-anak,
dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian,
dikarenakan virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir kesistem saraf pusat. Dan infeksi virus terjadi
disaluran pencernaan yang menyebar ke kelenjar limfae
regional sebagian kecil menyebar ke sistem saraf. Yang
diserang virus ini bagian saraf motorik otak dibagian grey
matter. Penelitian menyebutkan bahwa 33,3% menyerang
anak-anak dibwah umur 5 tahun.
FAKTOR PENYEBAB

Tipe 1

Virus Polio
(genus enterovirus) Tipe 2

Tipe 3
RIWAYAT ALAMIAH
PENYAKIT

Prepathogenesis Patogenesis

Masa Masa Akhir


Masa Dini
Inkubasi Lanjut Penyakit
Lima Level Pencegahan Penyakit
Polio
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap
penyakit-penyakit tertentu (general and
specific protection
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan
pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)
4. Pembatasan kecacatan (dissability
limitation)
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
FAKTOR RISIKO

Lingkungan Gizi

Sosial Kepadatan
Budaya
Ekonomi Penduduk

Perilaku
Pendidikan
Masyarakat
JENIS JENIS POLIO

Non paralis

Polio paralis
spinal

Polio bulbar
EPIDEMIOLOGI
1. Sebelum tahun 1880 : epidemi yang pertama
kali dilaporkan dari Scandinavia dan Eropa
Barat kemudian Amerika Serikat.
2. akhir tahun 1940 dan awal tahun 1950 :
epidemic Polio mielitis teratur di temukan di
Amerika Serikat
3. tahun 1920 : 90% kasus terjadi pada anak < 5
tahun
4. awal tahun 1950 : kejadian tertinggi adalah
pada usia 5-9 tahun
5. tahun 2005-2006 : terjadi Kejadian Luar
Biasa Polio di Indonesia, kasus pertama
dilaporkan dari kab. Sukabumi (Jawa Barat).
6. Provinsi Jawa dan Sumatera, terdapat
jumlah kasus 303 pada tahun 2005 dan 2
kasus pada tahun 2006
FREKUENSI
1. Insiden
WHO menyebutkan ditemukannya 33 kasus baru
dalam dua pekan terakhir di wilayah yang sudah
terinfeksi polio sebelumnya. Wabah polio yang
menyebar di wilayah Jawa Barat itu merupakan
yang pertama dalam 10 tahun terakhir.
Polio di Indonesia pertama kali dideteksi di Jawa
Barat bulan April lalu. Sekitar 6,5 juta anak telah
divaksinasi sejak kasus pertama polio dalam 10
tahun terkahir di Indonesia terdeteksi, termasuk
di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta.
WHO menyatakan bahwa hingga saat ini masih ada
beberapa negara yang endemis polio. Adapun
urutan negara yang memiliki frekuensi penyakit polio
terbanyak yakni
1. Nigeria (560 orang)
2. Yaman (470 orang)
3. lndonesia (295 orang)
4. Kenya sebanyak 216 kasus
5. Di Indonesia, Banten berjumlah 161 kasus, Jawa
Barat 59 kasus, Lampung 25 kasus, Jawa
Tengah 20 kasus, Sumatra Utara 10 kasus, Jawa
Timur 5 kasus, Sumatera Selatan 5 kasus, DKI
Jakarta 4 kasus, Riau 3 kasus dan Nanggroe
Aceh Darussalam sebanyak 3 kasus
2. Prevalen
Menurut data dari World Health Organization
(WHO), prevalensi imunisasi pada anak
secara global pada tahun 2012 ialah DPT
sebesar 83%, Polio sebesar 84%, Campak
sebesar 84%, Hepatitis B sebesar 79% dan
BCG sebesar > 80%. Persentase imunisasi
di dunia secara global terus meningkat dari
tahun-tahun sebelumnya (WHO, 2012).
Jumlah kematian pada anak di bawah lima tahun
pada tahun 2008 adalah sebesar 8,8 juta anak,
dengan sekitar 17% diantaranya merupakan
kematian yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Sedangkan pada tahun 2011, jumlah kematian pada
anak menurun menjadi 6,9 juta. Meskipun imunisasi
terbukti dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortilitas pada anak, masih banyak anak di dunia
yang belum mendapatkan perlindungan dengan
imunisasi tersebut. Lebih dari 70% anak yang belum
mendapatkan imunisasi tersebut bertempat tinggal di
negara-negara berkembang seperti Ethiopia, India,
Uganda, Afrika Selatan, Filipina dan Indonesia
(WHO, 2012).
PROGRAM PEMERINTAH
1. Program Nasional dalam Eradikasi Polio
a. KLB polio tahun 2005
Selama 10 tahun Indonesia telah bebas
Polio, tetapi pada bulan Maret 2005 dilaporkan
adanya penderita Polio di Desa Girijaya,
Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat. Ditemukannya kasus Polio liar di
Cidahu,pada bulan maret 2005, dinyatakan
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Untuk mengatasi penyebaran virus Polio liar
berlanjut, telah dilakukan upaya sebagai
berikut:
1)Di daerah terjangkit dilakukan OKI
(Outbreak Response Immunization)
2)Melakukan Mopping Up
3)Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
b. Eradikasi polio global tahun 2013
Untuk mencapai eradikasi polio pada
tahun2013, perlu ada upaya-upaya prioritas
sebagai berikut :
1)menghentikan transmisi virus polio liar
2)mendapatkan sertifikat telah bebas dari
polio
3)menyimpan virus polio liar pada
laboratorium-laboratorium yang telah
ditentukan
4)stockpile mOPV
c. Dasar-dasar perubahan penggunaan OPV
ke lPV
Kelebihan penggunaan OPV :
Harga terjangkau
Mudah cara pemberiannya
Dapat mengimunisasi secara alami kepada
anak yang kontak dengan penerima vaksin.
Menimbulkan mocosal immunity pada
intestinum dan oropharyng (25%
anakmengekskresi virus "challenge").
Memberikan kekebalan humoral seumur
hidup.
Kekurangan dari OPV :
Dapat menyebabkan kelumpuhan pada penerima
vaksin (VAPP)
Virus hidup yang dapat diekskresi lewat feces dan
menularkan pada anak yang kontak dengan
penerima vaksin (kontak VAPP).
Dapat bermutasi menjadi ganas kembali (VDVP)
Tidak dapat digabung/dikombinasi dengan
antigen/vaksin lain.
Tidak dapat diberikan kepada anak yang
immunodeficiency/immunocompromise.
Ekskresi virus vaksin lewat feces pada anak yang
sehat dapat berlangsung sampai 4-6 minggu dan
pada anak yang immunodeficiency bisa sampai 10
tahun.
Kelebihan dan kekurangan dari IPV :
Memberikan serokonversi yang sangat tinggi.
Pemberiannya dapat dicombinasi dengan
antigen/vaksin lain (DPT-HB-IPV).
Virus mati, sehingga tidak menularkan
kepada anak yang kontak.
Tidak menyebabkan kelumpuhan (VAPP)
pada penerima vaksin/kontaknya.
Tidak akan terjadi mutasi virus vaksin
menjadi ganas (VDVP)
Menimbulkan mucosal immunity
padaoropharynx.
Kekurangan dari IPV :
Harga mahal
Pemberiannya disuntikkan
Tidak/sedikit menimbulkan mucosal
immunity pada intestinum (85% anak
masih mengexcresi virus "challenge").
Tidak dapat memberikan kekebalan alami
kepada anak yang kontak dengan
penerima vaksin
d. Program rehabilitasi medik
1)Fase akut (< 2 minggu)
2)Fase subakut (2 minggu - 2 bulan)
3)Fase penyembuhan (2 bulan 2 tahun)
4)Fase kronis (> 2 tahun)
2. Program Internasional dalam Eradikasi Polio
Strategi global pasca eradikasi polio.
Beberapa strategi pilihan yang ditawarkan oleh
WHO berdasarkan masukkan dari berbagai ahli
polio, adalah:
Tidak menggunakan OPV ataupun IPV.
Menyimpan stok monovalent polio vaksin (mOPV).
Menggunakan sebagian IPV dan OPV dalam
jangka waktu tertentu.
Menggunakan IPV saja dalam jangka waktu
tertentu.
KESIMPULAN

Virus polio dapat menyebabkan penyakit polio meilitis.


Virus polio menyerang seluruh tubuh termasuk otot dan
saraf dan bisa mrnyebabkan kelemahan otot yang
sifatnya permanen, kelumpuhan atau kematian. Virus ini
termasuk kedalam virus liar yang transmisinya sangat
cepat menular dengan melalui kontak langsung maupun
tak langsung.penyebaran langsung melalui droplet dari
oral varing (mulut dan tenggorokan) atau dari tinja
penderita yang infeksius. Penularan terutama terjadi
langsung dari manusia ke manusia melalui fekal oral
(dari tinja ke mulut) dan atau yang jarang terjadi melalui
oral-oral (mulut ke mulut).
Masa inkubasi dari virus ini biasanya berlangsung antara
7-14 hari, dengan kurun waktu antara 3 sampai 35 hari.
Setelah 3-5 hari sejak terjadinya paparan, virus dapat
ditemukan dari tenggorok, darah dan tinja. Adapun faktor
risiko yang dapat mempengaruhi adalah lingkungan, gizi,
kepadatan penduduk, pendidikan, sosial ekonomi,
prilaku masyarakat, dan budaya. Jenis Polio ada
beberapa diantaranya adalah 1) Non paralis
menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu
dansensitif.terjadi kram otot pada leher dan punggung,
otot terasa lembek jika disentuh. 2) Polio paralis spinal
yaitu Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang
belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang
mengontrol pergerakanpada batang tubuh dan otot
tungkai. 3) Polio bulbar disebabkan oleh tidak adanya
kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang.
DAFTAR PUSTAKA
http://ejurnal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/download/7
95/856
digital123434-s-5383-validitaspenapisan-literatur.pdf
http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2005/07/050722_indon
esiapolio.shtml
http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.idai.or.id/artikel/klinik/i
munisasi/lembar-fakta-poliomielitis-rubela-
campak&ei=iy4cj9wW&lc=idc
ID&s=1&m=20&host=www.google.co.id&ts=1495339880&sig=ALNZ
jWmX5UH 1uQVv-_EUgKTJSVTs58JxA, diakses pada 20 Mei 2017
http://eprints.ums.ac.id/BAB_I/, diakses pada 20 Mei 2017
Tion, P. E. (2010). Eradikasi polio dan ipv (inactivated polio vaccine),
XX, 149158.
Suryawidjaja, J. E. (2008). Resurgensi poliomyelitis : status terkini
dari infeksi poliovirus di Indonesia Poliomyelitis resurgence :, 24(2).
Gendrowahyuyono, Harianja, H., Anggraini, N. D. and Bachtiar, N.
S. (2010) Eradikasi polio dan ipv (inactivated polio vaccine), Media
Litbang Kesehatan, XX, pp. 149158. Available at:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/795.
Pelealu, J. and Angliadi, L. S. (no date) Rehabilitasi medik pada
skoliosis, pp. 813.
Myrnawati. 2004. Buku Ajar Epidemiologi. Jakarta
Suryawidjaja, J. E. (2008) Resurgensi poliomyelitis : status terkini
dari infeksi poliovirus di Indonesia Poliomyelitis resurgence :, 24(2).
Penyakit, R. A. (2010) Riwayat alamiah penyakit, pp. 18.
Ii, B. A. B. and Pustaka, T. (2008) Validitas penapisan AFP..., Dwi
Rahmawati, FKM UI, 2008 6 Universitas Indonesia, pp. 625.

Anda mungkin juga menyukai