Anda di halaman 1dari 44

IDENTITAS

Nama : Tn.E
Usia : 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status : Menikah
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Alamat : Kab.kaur - Bengkulu
Tgl masuk RS : 28 april 2016, jam 09.15 WIB
No. Rekam Medik : xxxxx
ANAMNESIS

Keluhan Utama : OS datang dengan keluhan sesak


napas sejak 1 jam sebelum masuk Rumah Sakit.

Keluhan Tambah : Batuk, berkeringat.


ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang : OS MRS dengan keluhan
sesak napas sejak 1 jam SMRS. Sesak napas dirasakan
bertambah saat beraktivitas dan tidak berkurang saat
beristirahat. Sesak napas disertai dengan batuk, batuk
dirasakan sejak 4 hari SMRS, batuk berdahak berwarna
putih, dan batuk tidak bercampur darah. Os hanya
nyaman jika duduk membungkuk dan hanya dapat
berbicara kata demi kata. Os juga mengeluhkan
berkeringat, badan terasa dingin dan nafas terasa berat.
BAB dan BAK baik. Demam dan pilek disangkal. Mual
muntah (-) Pasien mengaku pernah di rawat dengan
keluhan yang sama.
RPD
Riwayat asma (+) berulang 1-2 x sebulan.

RPK :
Ibu OS mempunyai riwayat asma
R. Alergi :
Cuaca dingin (+), udang (-), debu, obat-obatan dan
makanan disangkal

R. Pengobatan:
OS biasanya menggunakan obat semprot (berotex ).

R. Psikososial:
Pola makan tidak teratur, jarang olahraga, tidak
merokok.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Pasien sesak.
Kesadaran : CM dan kooperatif
TTV :
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 100x/menit (kuat, cukup,
regular)
RR : 39x/menit
Suhu : 36,4 C
BB : 65 kg
STATUS GENERALIS
Kepala : Bentuk normocephal, rambut warna
hitam, distribus merata, tidak mudah dicabut.
Mata : Peteki (-), hematom (-), skar (-),
eritema (-), ikterik (-).
Kulit : Alis mata madarosis (-/-), bulu mata
rontok (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
refleks pupil (+), isokor kanan-kiri.
Hidung : Normonasi, deviasi septum (-),
sekret (-), darah (-), nafas cuping hidung (+)
Telinga : Normotia, nyeri tekan tragus (-/-),
otore (-/-), darah (-/-)
Mulut : Bibir kering (-), lidah kotor (-), tremor
(-), tepi lidah hiperemis (-), perdarahan gusi (-).
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid
(-)
Dada : Normochest, retraksi dinding dada (+)
PARU-PARU
Inspeksi : Simetris ka=ki, skar (-), otot bantu
pernapasan (+/+), spider nevi (-)
Palpasi : Vokal fremitus simetris, nyeri tekan (-
/-)
Perkusi : Sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler , ronkhi (-/-),
wheezing(+/+)
JANTUNG
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi :
Batas kanan jantung linea sternalis dextra
Batas kiri jantung linea midclavikularis
sinistra
Auskultasi : BJ 1 dan 2 reguler, Murmur(-),
Gallop (-).
ABDOMEN
Inspeksi : cekung (-), skar (-), caput medusa (-), spider
nevi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), Nyeri tekan
abdomen (-), Hepatomegali (-), Splenomegali (-),
Rebound tes (-), Ballotement (-)
Perkusi : Timpani pada 4 kuadran, shifting dullness(-)
Ekstr. Atas : Pucat, dingin, perfusi baik
Ekstr. Bawah : Pucat, dingin, perfusi baik
HASIL LABORATORIUM
Pemeriksaan Nilai Rujukan

Hb 16,7 14-18 gr/dl

Leukosit 10.827 5000 10.000 /mm3

Eritrosit 4,9 4,8 5,5 / mm3

Trombosit 268.000 150000-400000 / mm3

Hematokrit 49 40 54 %

GDS 152 < 200 mg / dl


Resume

Tn. E 36 tahun keluhan dipsneu (+) sejak 1 jam


SMRS, dirasakan bertambah saat beraktivitas dan
tidak berkurang saat beristirahat, disertai dengan
batuk, batuk dirasakan sejak 4 hari SMRS. Os
hanya nyaman jika duduk membungkuk dan
hanya dapat berbicara kata demi kata. Os juga
mengeluhkan berkeringat dan nafas terasa berat
(+), riw. Asma (+),riw ibu asma (+), menggunakan
obat semprot berotex, alergi cuaca dingin. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan TD : 140/90 mmHg,
Nadi : 100x/menit (kuat, cukup, regular), RR :
39x/menit, Suhu : 36,4 C, whezing (+/+), alat
bantu napas (+/+).
Diagnosis : Asma bronkial serangan berat
penatalaksanaan
O2 2-3 lpm
IUFD RL 20 gtt makro
Injeksi dexametason 3 x 1 amp ( iv )
Nebu ventolin
1 x = whezing (+/+), RR = 32 x/m
2x = whezing (+/+), RR = 28 x / m
Loading aminofilin 5 mg/kgbb ( 1 ampul )
dalam 100 cc D5% ,lanjutkan maintanance
drip aminofilin 0,5 mg/kgbb/8 jam 1 amp (
240 mg ) dalam 500 cc D5% 20 tpm
Follow up IGD
Jam 09.45 WIB
HR : 125 x / menit
RR : 32 x / menit
TD : 130/80 mmHg
Jam 10.15 WIB
HR : 125 x / menit
RR : 28 x / menit
TD : 110/70 mmHg
Jam 12.00 WIB
HR : 110 x / menit
RR : 26 x / menit
TD : 110 / 70 mmHg
Follow up bangsal
28 april 2016 ,20.00 WIB
S : sesak berkurang, batuk (+), lemas ( + ), sudah dapat
berbaring, demam ( - )
O : Keadaan umum : Pasien sesak.
Kesadaran : CM dan kooperatif
TD : 100 / 70 mmHg
N : 84 x / menit
RR : 24 x / menit
S : 36, 3 o C
wheezing ( - / - )

A : Asma bronkial
P:
Observasi TTV
O2 2-3 lpm
Injeksi dexametason 3 x 1 amp ( iv )
Nebu ventolin
drip aminofilin 0,5 mg/kgbb/8 jam 1 amp ( 240 mg ) dalam
500 cc D5% 20 tpm
2 april 2016 ,10.00 WIB
S : sesak berkurang, batuk (+), sudah dapat berbaring, demam
(-)
O : Keadaan umum : baik.
Kesadaran : CM dan kooperatif
TD : 110 / 70 mmHg
N : 88 x / menit
RR : 21 x / menit
S : 36,7 o C
wheezing ( - / - )
A : Asma bronkial
P:
Rawat jalan
Metilprednisolon 3 x 4 mg
Se...... 2 x 1
Berotex 3 x 1
Ranitidin 2 x 1
ambroxol syr 3 x 1
ANALISA KASUS
Dipsneu sejak 1 jam, batuk
tn. E 36 th datang ke (+), berkeringat, nyaman jika
RSUD KAUR duduk membungkuk dan
berbicara kata demi kata

TD : 140/90 mmHg
Nadi : 100x/menit Riwayat asma (+), Ibu
RR : 39x/menit (+), obat semprot
Suhu: 36,4 C berotex
Wheezing (+/+), alat bantu
napas (+)
Lanjutan,,

Dari anamnesis dan Diagnosis : Asma


pemeriksaan fisik bronkial serangan berat

Rencana diagnostik:
Rencana terapi : beta 2 Spirometri, uji provokasi
agonis, hindari faktor bronkus, pemeriksaan
pencetus sputum
DEFINISI
Asma adalah penyakit paru dengan
karakteristikobstruksi saluran napas yang
reversibel (tetapi tidak lengkap pada
beberapa pasien) baik secara spontan
maupun dengan pengobatan, inflamasi
saluran napas, dan peningkatan respons
saluran napas terhadap berbagai
rangsangan (hipereaktivitas).
PREVALENSI
Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain jenis kelamin, umur
pasien, status atopi, faktor keturunan serta
faktor lingkungan.
Pada masa kanak-kanak ditemukan
prevalensi anak laki-laki berbanding anak
perempuan 1,5:1, tetapi menjelang
dewasa perbandingan tersebut lebih
kurang sama dan pada masa menopause
perempuan lebih banyak dari laki-laki.
Di Indonesia prevalensi berkisar antara 5-
7 %.
KLASIFIKASI
Mc Connel dan Holgate membagi asma
dalam 3 kategori, yaitu asma ekstrinsik,
asma instrinsik, dan asma yang berkaitan
dengan penyakit paru obstruksi kronik.
ETIOLOGI
PATOGENESIS
Asma sebagai penyakit inflamasi
Hipereaktivitas saluran napas
Inflamasi saluran napas
Kerusakan epitel
Mekanisme neurologis
Gangguan Instrinsik
Obstruksi Saluran Napas
FAKTOR PENCETUS
Infeksi virus saluran napas: influenza
Pemajanan terhadap alergen tungau, debu
rumah, bulu binatang.
Pemajanan terhadap iritan asap rokok, minyak
wangi.
Kegiatan jasmani: lari.
Ekspresi emosional takut, marah, frustasi.
Obat-obat aspirin, penyekat beta, anti-
inflamasi non-steroid.
Lingkungan kerja: uap zat kimia.
Polusi udara: asap rokok.
Pengawet makanan; sulfit.
Lain-lain, misalnya haid, kehamilan, sinusitis.
GEJALA KLINIS
Serangan episodik batuk
Mengi
Sesak napas
Awal serangan rasa berat di dada, dan
pada asma alergik mungkin disertai pilek
atau bersin
PF: Ekspirasi memanjang, mengi,
hiperinflasi dada, pernapasan cepat
sampai sianosis
Asma Intermiten
Gambaran klinis sebelum pengobatan
Gejala intemiten (kurang dari sekali
seminggu)
Serangan singkat (beberapa jam
sampai hari)
Gejala asma malam kurang dari 2 kali
sebulan
Di antara serangan pasien bebas gejala
dan fungsi paru normal
Nilai APE dan VEP1 > 80% dari nilai
prediksi, variabilitas < 20 %.
Asma Persisten Ringan
Gambaran klinis sebelum pengobatan
Gejala lebih dari 1x seminggu, tetapi
kurang dari 1x per hari
Serangan mengganggu aktivitas dan
tidur
Serangan asma malam lebih dari
2x/sebulan
Nilai APE atau VEP1 antara >80% dari
nilai prediksi, variabilitas 20-30 %.
Asma Persisten Sedang
Gambaran klinis sebelum pengobatan
Gejala setiap hari
Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
Serangan asma malam lebih dari 1x
seminggu
Setiap hari menggunakan beta 2 agonis
hirup
Nilai APE atau VEP1 antara 60- 80% dari
nilai prediksi, variabilitas >30 %.
Asma Persisten Berat
Gejala terus-menerus, sering mendapat
serangan
Gejala asma malam sering
Aktivitas fisis terbatas karena gejala asma
Nilai APE atau VEP1 < 60% dari nilai
prediksi, variabilitas >30 %.
DIAGNOSIS BANDING
1. Bronkitis Kronik
2. Emfisema Paru
3. Gagal Jantung Kiri Akut
4. Emboli Paru
DERAJAT SERANGAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah: eosinofil, IgE meningkat
Dahak : kristal charcot leyden, spiral
curschman
Foto toraks PA
Test kulit,test provokasi bronkus
Pem.Spirometri, analisa gas darah
PENATALAKSANAAN
1. Mencegah Ikatan Alergen IgE
2. Mencegah Penglepasan Mediator
3. Melebarkan Saluran Napas dengan
Bronkodilator
4. Mengurangi Respons dengan Jalan
Meredam Inflamasi Saluran Napas
PENGOBATAN ASMA
INTERMITEN
OBAT PENGONTROL
Tidak perlu

OBAT PELEGA
Bronkodilator aksi kerja cepat
Inhalasi agonis beta-2 bila perlu

OBAT ALTERNATIF
Kombinasi teofilin dan agonis beta-2 kerja cepat
dosis rendah oral
Th/ ASMA PERSISTEN SEDANG
OBAT PENGONTROL
Inhalasi kortikosteroid 500 1000 g +
inhalasi agonis beta-2 kerja lama

OBAT PENGONTROL LAIN


Teofilin lepas lambat atau agonis beta-2 kerja
lama oral atau antileukotrien
OBAT PELEGA
Bronkodilator aksi kerja cepat
Inhalasi agonis beta-2 bila perlu

OBAT ALTERNATIF
Kombinasi teofilin dan agonis beta-2 kerja cepat
dosis rendah oral
Th/ ASMA PERSISTEN BERAT
OBAT PENGONTROL
Inhalasi kortikosteroid > 1000 g +
inhalasi agonis beta-2 kerja lama + satu atau lebih obat
berikut bila perlu :
*Teofilin lepas lambat *Antileukotrien
*Agonis beta-2 kerja lama oral
*Kortikosteroid oral

OBAT PELEGA
Bronkodilator aksi kerja cepat
Inhalasi agonis beta-2 bila perlu

OBAT ALTERNATIF
Kombinasi teofilin dan agonis beta-2 kerja cepat
dosis rendah oral
PENGOBATAN ST. ASMATIKUS

1. Posisi setengah duduk


2. O2 : 3 - 4 L/menit dg kanula hidung
3. Cairan : 2 - 4 L / hari
4. Nebulaizer
5. Kortikosteroid : metilprednisolon
30-60mgIV tiap 6 jam dpt
dipertahankan 5-10 hari bila
gejala sudah teratasi, dpt diberi
metilprednisolon oral dosis 3 X 4
mg .
6. Aminofilin infus : 5-6 mg/kg BB
bolus perlahan IV dilanjutkan dg
dosis pemeliharaan = 0,2 - 0,8
mg/BB/jam
Obat lain : Antikolinergik
KOMPLIKASI
1. Pneumotoraks
2. Pneumomediastinum dan emfisema
subkutis
3. Atelektasis
4. Aspergillosis bronkopulmoner alergik
5. Gagal napas
6. Bronkitis
7. Fraktur iga
KAPAN PASIEN DIRUJUK?
1. Pasien dengan risiko tinggi kematian
karena asma
2. Serangan asma berat APE < 60 % nilai
prediksi
3. Respons bronkodilator tidak segera, dan
bila ada respons hanya bertahan < 3 jam
4. Tidak ada perbaikan dalam waktu 2-6 jam
setelah pengobatan kortikosteroid
5. Gejala asma makin memburuk.
TINJAUAN PUSTAKA
Abdul Rashid b A Rahman dkk. Clinical Practice Guidelines Management of Hypertension (3rd
Edition). 2008. Government Offices Complex

WHO, ISH Writing group. 2003 WHO and ISH statement on management of Hypertension. 2003.
Harisson. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Vol 3.ed.13. 2000. EGC: Jakarta.

Huon, Keith, John, et al. 2003. Lecture notes Kardiologi. Erlangga : Jakarta.

Ismail, Dasnan, Idrus Alwi, Muin Rahman. 2006. Panduan Pelayanan Medik. Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta.

Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Price Sylvia A, Wilson Lorraine. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. 2006. EGC :
Jakarta

Sudoyo, W. Aru. et. al. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Anda mungkin juga menyukai