Jurding
PENGANTAR
The American Diabetes Association menganjurkan olahraga teratur pada diabetes tipe 1.
Pada kenyataannya, bagaimanapun, penggabungan olahraga dalam kehidupan sehari-hari
secara signifikan terhambat oleh risiko hipoglikemia. Kekhawatiran dari hipoglikemia, yang
terjadi terutama pada malam hari, merupakan penghalang utama untuk mengikuti olahraga
teratur karena risiko hipoglikemia meningkat ketika latihan tersebut dilakukan di malam
hari, seperti penurunan glukosa darah mungkin terjadi saat tidur.
Laboratorium kami telah menunjukkan mungkin untuk menormalkan glikemia awal setelah
latihan dengan membuat penyesuaian waktu makan, kedua pemberian insulin dan
karbohidrat setelah latihan dengan komposisi-cepat. Secara khusus, mengkonsumsi bahan
makanan setelah latihan menyebabkan glikemik indeks (GI) rendah, sementara pada
pengurangan dosis insulin kerja-cepat, melindungi pasien dari hipoglikemia awal, dan
meminimalkan paparan hiperglikemia dan peradangan setelah makan.
Sayangnya penyesuaian tersebut efeknya hanya jangka pendek untuk mencegah dari
hipoglikemia; beberapa hari kemudian glukosa masih mungkin terdapat setelah 8 jam
latihan, dan selama tidur jika latihan dilakukan di malam hari. Mungkin lebih hati- hati untuk
menyesuaikan dosis insulin basal yang diberikan pada hari latihan. Menimbang bahwa
penurunan glikemia setelah latihan malam biasanya bertepatan pada 8 jam setelah latihan
, dan selama waktu tidur.
Dalam literatur, perubahan pada komponen basal dari rejimen insulin
telah di uji cobakan pada individu yang di terapi terus menerus dengan
subkutan infus insulin (CSII). Ketika tingkat infus dikurangi atau
dihentikan, risiko yang timbul dari hipoglikemia dapat dikurangi.
Bagaimanapun , sebagian besar pasien dirawat menggunakan rejimen
basal-bolus dengan diberikan beberapa suntikan harian (MDI). Metode
yang jauh lebih fleksibel yaitu suntikan insulin dari pada CSII, yang
berarti bahkan perubahan kecil dalam dosis dapat memiliki efek yang
signifikan dan tahan lama. Sementara mengurangi dosis insulin basal
berpotensi mencegah hipoglikemia setelah jam latihan, ini mungkin sulit
terjadi untuk mengurangi sebelum dan sesudah latihan dosis insulin
kerja cepat dapat menyebabkan periode hiperglikemia berkelanjutan,
peningkatan peradangan dan menyebabkan gangguan hormonal dan
metabolisme lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek dari pengurangan dosis
insulin basal, ketika digunakan pada saat puasa terhadap insulin kerja
cepat dan asupan karbonhidrat, pada pagi hari larut malam, dan hari
selanjutnya , setelah latihan sore diabetes tipe 1. Selain itu, kami
bertujuan untuk menilai dampak pada metabolisme, inflamasi, dan
respon hormonal kontra-regulasi.
METODE
Metode pasien
kriteria kelayakan termasuk usia 18-35 tahun, riwayat diabetes > 2 tahun, dan (HbA1c)
<8,0% (64 mmol / mol). 10 laki-laki dengan diabetes tipe 1 didata ((rata-rata SEM) usia
27 2 tahun, indeks massa tubuh 25 0,8 kg / m2 , riwayat diabetes 12 2 tahun, HbA1c
6,9 0,2% (52,4 2,2 mmol / mol), VO2 maksimum 51,3 2,1 mL / kg / min). Semua
menggunakan regimen basal-bolus terdiri glargine (n = 8) atau detemir (n = 2) kerja
panjang insulin, dan kerja cepat insulin aspart. Peserta yang stabil pada regimen insulin
yang dipakai berturut turut selama minimal 1 tahun. Lima puluh persen dari peserta
menggunakan insulin glargine diberikan di pagi hari, dan 50% di malam hari.
Kedua peserta menggunakan detemir insulin diberikan ini dua kali sehari (pagi dan sore).
Semua pada perhitungan karbohidrat, pemberian 1,0 0,2 unit (IU) dari insulin aspart 10
g/karbohidrat.
Sepenuhnya informasi persetujuan tertulis diperoleh dari semua peserta yang mengikuti
persetujuan studi oleh Dinas Kesehatan Komite Etik Penelitian Nasional lokal(13 / NE /
0016; NCT02204839). Peserta menghadiri Newcastle National Institute for Health
Research Clinical Research Facility untuk mengunjungi persiapan awal uji lab sebelum
membuat perincian.
Tahap sebelum laboratorium
pemantauan glukosa kontinyu
Peserta yang dilengkapi dengan monitor glukosa berkelanjutan (CGM;
Paradigma Veo, Medtronic Diabetes, Northridge, California, USA)
minimal 48 jam setiap sebelum percobaan pada lengan. Sebuah sensor
Enlite (Medtronic MiniMed, Northridge, California, USA) dimasukkan ke
dalam daerah perut posterolateral untuk meminimalkan waktu fisiologis
tertinggal antara darah dan glukosa interstitial. Meskipun Paradigma Veo
memberikan profil glukosa waktu yang benar sebagai bagian dari
fasilitas pompa insulin, peserta tidak menggunakan CSII dan terus tetep
menggunakan rejimen basal bolus insulin mereka. Selama CGM pakai,
peserta disediakan minimal empat pada kapiler tes glukosa darah
(GlucoMen LX, Menarini, Diagnostik, Berkshire, UK) yang masuk ke
dalam CGM untuk tujuan kalibrasi.
Diet dan aktivitas replikasi
Peserta diminta untuk meniru diet dan diperintahkan untuk
mempertahankan regimen insulin normal, dengan dosis basal standar
(dosis, tempat suntikan, dan waktu injeksi) selama 24 jam setiap hari
sebelum percobaan eksperimental. Sepanjang waktu ini, peserta
diberikan dengan pedometer (Omron Healthcare Europe BV, Hoofdorp,
Belanda) untuk merekam hitungan keseluruhan. Sebelumnya peserta
diminta untuk menjaga pola serupa sampai di uji coba untuk
menghindari aktivitas berat dalam 48 jam.
Percobaan eksperimental
intervensi terdiri dari tahanan umum dosis basal insulin atau
mengurangi jumlah total dosis insulin basal diberikan pada hari
tersebut 80% (yaitu, pengurangan 20%). dasarnya waktu dosis
dipertahankan sesuai dengan rejimen individu masing-masing
peserta. Setelah olahraga dibawah sekitar 80% peserta terjadi
penurunan basal dosis insulin kembali seperti biasanya.