1. OFFER
adanya prakarsa yaitu The Offeror (Pihak Pertama) selaku
orang yang mempunyai prakarsa dengan mengajukan usul (proposal)
untuk membuat kontrak kepada pihak lain.
2. Acceptance
ada pihak yang ditawari dan menerima (acceptance) dan setuju diikat
dengan persyaratan yang termuat dalam penawaran.
3. Mutual Assent
adanya kesepakatan timbal balik (perjumpaan keinginan) dari
penawaran dan penerimaan.
4. Capacity
adanya kecakapan untuk membuat kontrak menurut hukum.
5. Consideration
adanya sesuatu yang bernilai (yang diperjanjikan) dalam kontrak dan
mengikat para pihak.
6. Legality
kontrak yang diadakan oleh para pihak harus yang dibenarkan oleh
hukum (bukan sesuatu tindakan yang ilegal.
PELAKSANAAN PERJANJIAN
ASAS KONSENSUALITAS
Perjanjian sudah timbul dan mengikat sejak tercapainya
konsensus/kesepakatan kedua belah pihak.
PERJANJIAN BERLAKU SEBAGAI UNDANG-UNDANG (Pasal
1338 KUH Perdata).
Setiap perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.
Maka Jika perjanjian telah dilahirkan,
- pihak yang membuatnya harus mentaatinya
- dengan itikad baik
- tidak boleh merugikan piha lain
PERJANJIAN BERDASAR PADA KEPATUHAN, KEBIASAAN
DAN UNDANG-UNDANG.
Perjanjian tidak hanya mengikat dari isi/hal-hal yang diperjanjikan, tetapi juga
mengikat (yang menurut sifat dari perjanjian) diwajibkan oleh kepatutan,
kebiasaan dan UU (Pasal 1339 KUH Perdata).
DARI ISI/PRESTASINYA
ADA TIGA MACAM PERJANJIAN :
2. Kebebasan berkontrak
artinya sistem dalam perjanjian itu bersifat terbuka dan bebas,
sehingga setiap orang dapat membuat perjanjian sesuai dengan
maksud dan keinginannya.
Namun tetap harus diperhatikan Pasal 1320 BW dan Pasal 1338 BW)
2. Konsensualisme.
bahwa perjanjian itu lahir sejak saat tercapainya kata sepakat.
Misalnya : sesuai Pasal 1458 BW, bahwa jual beli dianggap terjadi,
ketika telah tercapai kata sepakat tentang benda dan harganya,
meskipun barang belum diserahkan dan harganya belum dibayar.
BATALNYA PERJANJIAN
ADA 2 SYARAT :
1. TIDAK DIPENUHINYA SYARAT SUBYEKTIF
artinya unsur kesepakatan dan kecakapan sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
BW tidak terpenuhi.
Akibat Hukumnya ;
Perjanjian itu dapat dibatalkan (vernietigbaar)
Contohnya : Perjanjian yang dibuat oleh anak di bawah umur (belum dewasa),
masih di bawah pengampuan atau perjanjian itu dibuat dengan kesepakatan yang
tidak bebas (dalam tekanan)
Akibat Hukumnya :
Perjanjian itu batal demi hukum (nietig verklaard)
Akibat Hukumnya :
Menurut Pasal 1460 BW, jika barang yang dibeli sudah ditentukan sejak perjanjian, maka risiko ini
ditanggung oleh pembeli, meskipun barang belum diserahkan dan penjual berhak menuntut harganya.
Pasal ini tidak diberlakukan lagi melalui SEMA No. 3 Tahun 1963.
Menurut Pasal 1474 BW ), penjual mempunyai kewajiban utama, yaitu menyerahkan barangnya dan
menanggung nya. Penyerahan barang ini harus sudah dalam kekuasaan dan kepunyaan pembeli (Pasal
1475 BW).
Dalam perjanjian sewa-menyewa barang (Pasal 1553 BW), bahwa jika barang yang sedang disewa itu
musnah karena kesalahan yang tidak disengaja, maka perjanjian sewa menyewa gugur demi hukum
(tidak ada hak dan kewajiban)
Akibat Hukumnya :
Perjanjian itu batal, dihentikan atau diberi kelonggaran kepada debitur.
3. WANPRESTASI
artinya keadaan dimana pihak debitur tidak dapat melaksanakan prestasi/ melaksanakan tidak tepat
waktu atau melaksanakan tidak sesuai dengan yang seharusnya.
Prestasi adalah hal-hal yang harus dilaksanakan dalam suatu perjanjian (pemenuhan perjanjian).
Akibat Hukumnya :
Pihak debitur dapat dikatakan telah melakukan pelanggaran hukum atau tindakan melawan hukum
terhadap hak kreditur (onrechtmatigedaan).