Oleh :
Delavemia Rostiani
G1A013105
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Menghitung jumlah sel Leydig pada tikus putih (Rattus novergicus)
jantan tanpa diinduksi model stres Sleep Deprivation.
b. Menghitung jumlah sel Leydig pada tikus putih (Rattus novergicus)
jantan yang diinduksi model stres Paradoxical Sleep Deprivation, Total
Sleep Deprivation, Paradoxical Sleep Deprivation dengan Sleep
Recovery, dan Total Sleep Deprivation dengan Sleep Recovery.
c. Membandingkan jumlah sel Leydig pada tikus putih (Rattus
novergicus) jantan antara kelompok tanpa diinduksi model stres Sleep
Deprivation dengan kelompok yang diinduksi model stres Paradoxical
Sleep Deprivation, Total Sleep Deprivation, Paradoxical Sleep
Deprivation dengan Sleep Recovery, dan Total Sleep Deprivation
dengan Sleep Recovery.
D. Manfaat Penelitian
Sel Leydig
ditemukan
oleh Franz
Leydig pada
tahun 1850
(Winbauer,
2010)
Setiap testis
manusia
mengandung sekitar
22 juta sel Leydig
per gram testis dan
dapat menghasilkan
10.000 molekul
testosteron per
detik (Weinbauer,
2010).
Sel Leydig memiliki bentuk Sitoplasma asidofilik dengan
bulat atau polygonal (18-20 tetesan lipid halus yang
m), inti bulat ditengah, mengandung ester kolesterol dan
heterokromatin di tepi serta endoplasma agranuler yang
satu atau dua anak inti yang mengandung enzim steroidogenik
jelas (Gartner dan Hiatt, untuk pembentukan testosteron
2012). (Fawcett, 2002).
G. Hipotesis
Terdapat perbedaan jumlah sel leydig pada tikus
putih (rattus novergicus) jantan yang diinduksi berbagai
model stres Sleep Deprivation.
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian true experimental research post-test
only with control grup design.
B. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dimana bahan dan lingkungan percobaan
dapat diusahakan seragam (Suhaemi, 2011).
Subjek berjumlah 30 ekor tikus dibagi kedalam 5 kelompok dengan masing-masing kelompok
berisi 6 ekor tikus.
Perhtungan menggunakan rumus Federer sebagai berikut :
Dengan estimasi
dropout (Tista,
2011):
C. Materi dan Bahan
Hewan coba tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan galur Wistar.
Kriteria inklusi :
Umur 3-4 bulan.
Berat badan 200-300 gram.
Keadaan normal dan sehat.
Kriteria eksklusi :
Tikus mati pada saat aklimatisasi atau saat
penelitian.
Tikus sakit pada saat aklimatisasi, ditandai
dengan gerakan tidak aktif, tidak mau
makan, bulu kusam dan rontok.
Penurunan berat badan lebih dari 10%
setelah aklimatisasi.
Alat Bahan
Timbangan analitik OHAUS pakan standar Comfeed AD II
Lima buah kandang tikus air mineral
berukuran 60 x 30 x 30 cm
Empat buah tangki berukuran Larutan NaCl fisiologis
123 x 44 x 44 cm berisi air
Alat kejut muscle atonia Larutan bouin
Sel Leydig
Kesesuain data antara peneliti dengan interobserver 1 dan Uji normalitas dilakukan pada data rerata
interobserver 2 diuji dengan uji Bland Altman. jumlah sel Leydig dengan menggunakan Uji
Shapiro-Wilk dan melanjutkan uji variansi
data hasil penelitian dengan metode Levene-
Uji univariat test
Post Hoc Uji One Way Data Normal dan Transformasi Data Normal namun
Tukey HSD Anova Variasi Homogen dengan fx log Variasi Tidak Homogen
BB Tikus
1. konsentrasi hormon
Menurut National Mayer ,2007 Uji Wilcoxon (p=0,001) anabolik dalam plasma
Academy of Science Rerata berat badan sehingga dapat hormon
(2009) Tingkat sebelum dan setelah sleep katabolik.
keparahan stres dapat
deprivation berbeda 2. Degradasi protein otot rangka
dinilai dengan
3. Peningkatan aktivitas tikus
mengamati kondisi secara signifikan
fisik tikus tersebut (Feng et al., 2015).
Efek utama memulihkan
sistem metabolik dan kognitif
tubuh tikus. SR juga memiliki
peran dasar untuk meregulasi
keseimbangan energi tubuh
(Hipolide et al., 2006); (Padilla
et al., 2016).
Peningkatan rerata
berat badan pada
kelompok IV dan V
Uji Wilcoxon (p=0,001)
setelah sleep
terdapat perbedaan bermakna rerata
recovery.
berat badan setelah sleep recovery
10.00
5,91 1,43
8.00
Mean Rerata Jumlah Sel Leydig
5,69 0,70
5,51 0,58
6.00
4,45 0,57
3,32 0,54
4.00
2.00
0.00
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4 KELOMPOK 5
KELOMPOK
Error bars: +/- 2 SD
FSH dan LH
semakin lama terganggunya waktu
jumlah sel tidur maka menyebabkan
Leydig kerusakan sel terutama dalam
FSH (1 - 2 ng/dL) sistem reproduksi yang lebih parah
LH (0,1 - 0,3 ng/dL) (Chennaoui et al., 2015).
kadar testosteron testosteron
0,7 ng/dL pasca (Alvarenga et al., 2015)
induksi stres 5 hari. (Hipolide et al., 2006); (Padilla et al., 2016); (Andric et al.,
(Wahyuni, 2015) 2012); (Wahyuni, 2015); (Orzel dan Gryglewska, 2010); (Gao et
Infertilitas
al., 2012).
Pelepasan hormon
hormon melatonin oleh kelenjar
melatonin pineal berlangsung secara
optimum pada malam hari
terutama pada waktu
tidur (Sherwood, 2012).
NADPH
Menurunkan peroksidase
lipid dan dapat
Stres oksidatif
menembus sawar darah
tripeptide dan ROS
testis (Ahwad, 2006).
glutathione (GSH)
(Wiryanthini, 2012); (El-Aziz dan Mustafa, 2012); (Everson et al., 2009); (Feng et al., 2015);
(Hirotsu et al., 2013); (Singh et al., 2008).
Stres oksidatif Hormon
dan ROS kortikosteron
Hormon
tripeptide melatonin FSH dan LH
glutathione (GSH)
Hidrogen peroksida
Apoptosis sel Leydig